Inilah salah satu perempuan peraih hadiah Nobel di bidang Fisiologi Kedokteran pada tahun 2009, Elizabeth Helen Blackburn. Bersama koleganya Carol W Greider dan Jack W Szostak lantaran berhasil mengungkap komposisi genetic dan fungsi telomere. Salah satu kontribusi hasil penemuan penelitiannya melahirkan enzim telomerase. Telomere merupakan bagian terkecil DNA (Deoxyribosa Nucleic Acid) susunan moleculelar yang berada di ujung kromosom pembawa sifat genetik
Elizabet lahir di Hobart, Tasmania, Australia pada 26 November 1948, merupakan ahli biologi molekuler sekaligus pakar biokimia kedokteran di lahirkan di Amerika. Gelar sarjana dan master di bidang biokimia diperolehnya di Universitas Melbourne. Karirnya mulai terasah ketika Elizabeth mentuntaskan pendidikan pascasarjana di Universitas Cambridge di Inggris dan meraih gelar doctor ketika ia berhasil mempertahankan hasil penelitiannya tentang komposisi asam nukleat bakteriofaq QX174.
Tak tanggung-tanggung Elizabet bekerja di laboratorium biokimia Frederick Sanger siang malam berkutat dengan teknik DNA sekwensing sampai ngelotok di luar kepala. Gelar Ph.D di bidang biologi molekuler diraihnya pada tahun 1975. Gelar doctor tak membuatnya puas. Ia meneruskan penelitiannya ke laboratorium biologi sel di Universitas Yale, New Haven Amerika. Bersma koleganya yang juga ahli genetika, Joseph Gall, melakukan pelacakan terhadap fenomena telomere terkait dengan kromosom protozoa yang kemudian menemukan Tetrahymena. Elizabet H Blackburn merasa yakin temuannya pengulangan bagian kecil –semen– telomere suatu organisme terjadi berulang dengan waktu sangat pendek.
Pembentukan ujung kromosom, menurut dugaan Elizabet H Blackburn, yang terjadi diujung kromosom dengan waktu tidak terlalu lama. Lantaran itulah, pada tahun 1978 Elisabet H Blackburn terpilih menjadi asisten professor biologi molekuler di University of California, Berkeley dan melanjutkan penelitian terhadap telomeres Tetrahymena. Pada tahun 1980 Blackburn bertemu Szostak, yang juga mempelajari telomere dan yang tertarik dengan penelitian Blackburn. Keduanya memulai usaha kolaboratif untuk memahami fungsi telomere, menggunakan ragi dan Tetrahymena sebagai organisme model untuk penyelidikan mereka. Pada tahun 1984 Blackburn dan Greider, yang saat itu adalah seorang mahasiswa pascasarjana di laboratorium Blackburn, menemukan telomerase.
Studi selanjutnya mereka mengungkapkan bahwa telomerase memainkan peran mendasar dalam mempertahankan kromosom karena dapat menambahkan DNA ke telomere, yang mempersingkat pembelahan sel berikut dan merupakan penentu utama rentang hidup sel. Lantaran melakukan berbagai penelitian berkelanjutan, Blackburn memilih tetap tinggal di Berkeley sampai tahun 1990, dan menjadi gurubesar di departemen biokimia dan biofisika di departemen mikrobiologi dan imunologi di University of California, San Francisco (UCSF). Pada tahun 1993 dia memperoleh gelar tambahan dari ketua departemen mikrobiologi dan imunologi di UCSF. Penelitian Blackburn kemudian melibatkan penyelidikan lebih lanjut mengenai komposisi genetik dan fungsi seluler telomere dan telomerase, serta studi tentang interaksi komponen seluler ini dan perannya dalam kanker dan penuaan.
Sepanjang karirnya di dunia laboratorium, Elisabet tak ketinggalan ia menyempatkan menulis berbagai makalah ilmiah yang dipublikasikan di jurnal bergengsi. Tak mengherankan bila berbagai gelar kehormatan dan penghargaan di sabetnya, seperti Gairdner Foundation International Awarad (1998), Lewis S Rosentiel untuk karya ‘Basic Medical Science’ (1999), dan Albert Lasker, ‘Basic Medical Research Award’.
Seperti diketahui telomerase merupakan enzim yang menambahkan urutan DNA pada semua jenis vertebrata di ujung 3’ utas DNA di bagian ujung kromosom eukariota. Selain itu telomerase juga mengandung bahan DNA rapat dan dapat menstabilkan kromosom. Lantaran termasuk dalam golongan enzim transcriptase balik alias reverse transcriptase, pembawa molekul RNA-nya sendiri sehingga dapat memendek setiap siklus replikasi. Dalam penelitian terbaru, ilmuwan menemukan hubungan yang jelas antara manusia berumur 100 tahun dengan enzim hiperaktif yang bisa memperbaiki sel-sel. Bisa jadi enzim ini, nantinya dapat digunakan untuk antipenuaan.
Sebuah studi biologi komparatif telomer, seperti dikutib Wikipedia, mamalia menunjukkan bahwa panjang telomer beberapa spesies mamalia berkorelasi terbalik, bukan langsung, dengan umur, dan menyimpulkan bahwa kontribusi panjang telomer untuk umur belum terselesaikan. Pemendekan telomer tidak terjadi seiring bertambahnya usia pada beberapa jaringan pascamitotik, seperti pada otak tikus. Pada manusia, panjang telomer otot rangka tetap stabil dari usia 23 –74 tahun. Pada otot rangka babon, yang terdiri dari sel-sel pasca-mitosis yang berdiferensiasi penuh, kurang dari 3% mionuklei mengandung telomer yang rusak dan persentase ini tidak meningkat seiring bertambahnya usia. Dengan demikian, pemendekan telomer tampaknya tidak menjadi faktor utama dalam penuaan sel-sel otak atau otot rangka yang berbeda (eddy j soe – berbagai sumber)
No Comment