Jejak Para Pejuang Kemerdekaan yang Dilupakan


Tidaklah berlebihan bila kita meluangkan waktu untuk mengingat jejak pejuang kemerdekaan negri ini. Rasanya pantas untuk dikemukakan, manakala negri tengah melangsungkan peringatan harijadi ke 79 kemerdekaan. Kami meyakini, para pengelola negri ini mengetahui secara seksama peran para pejuang bangsanya dengan baik. Coba tanyakan nama dan peran para pejuang pahlawan Indonesia yang pernah bertarung jibaku merebut kemerdekaan dari penjajah belanda dan jepang kala itu, pada pejabat di negri ini. Dapat dipastikan, pejabat pemerintah maupun direktur di perusahaan swasta yang beroperasi di Indonesia, mereka tidak tahu dan memahami peran para pejuang merebut kemerdekaan. Kami meyakini bahwa kesibukan mereka, para direktur maupun kepala pemerintahan, akan mengatakan sibuk untuk mengingat nama-nama pejuang Indonesia.

Sungguh terlalu konyol bila kita tanyakan pada pejabat pemerintah dan direktur perusahaan swasta tidak mengetahui peran Bung Karno dan Bung Hatta kala itu. Bisa jadi mereka hanya mengingat nama sang proklamator Soekarno dan Hatta. Coba tanyakan pada mereka nama pemikir dan pejuang lainnya seperti Sutan Sjahrir maupun Muhammad Yamin, misalnya kami yakin mereka tidak mengenalnya.

Bukan hanya nama Bung Karno, Hatta, Sjahrir dan Yamin yang tak pernah diingat dan dikenal para pejabat pemerintah maupun direktur perusahaan swasta yang kini merajai negri ini; namun juga tidak diketahui oleh dosen dan mahasiswa di perguruan tinggi negri maupun swasta. Sungguh sangat ironis bukan? “Selain Bung Karno dan Bung Hatta, saya tidak tahu dan mengetahui peran pejuang lain sebelum Indonesia merdeka,” ucap Je Soe ketika ditemui di Kampus Salemba 4 Jakarta. Sebelumnya sih, tahu dari pelajaran sejarah sewaktu masih kuliah tingkat satu di Fakultas kedokteran. Habis sibuk praktik hampir setiap hari. Saya’kan bukan sejarawan. Buat apa tahu peranan para pejuang dahulu. Apalagi mengetahui peran mereka ketika merebut kemerdekaan.”

Bukan hanya mahasiswa kedokteran di Jakarta yang tidak kenal dengan nama-nama para pejuang kemerdekaan bangsanya; coba sekali-kali tanyakan juga pada mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi wilayah timur nama Dr Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, alias Sam Ratulangi. Kami yakin tak banyak dosen dan mahasiswa yang mengenal tokoh nasional yang juga seorang pahlawan nasional. Padahal Ratulangi seorang jurnalis dan guru dari Sulawei Utara dan ahli filsafat. Ratulangi mengawali pendidikannya di sekolah dasar Belanda (Europeesche Lagere School), lalu ia melanjutkannya di Hoofden School, keduanya di Tondano. Menurut refrensi di media during Wikipedia, pada tahun 1904, ia berangkat ke Jawa untuk masuk Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (STOVIA) setelah menerima beasiswa dari sekolah tersebut. Namun sesampainya di Batavia (sekarang Jakarta), ia berubah pikiran dan memutuskan untuk belajar di sekolah menengah teknik Koningin Wilhelmina.

Ratulangi lulus pada tahun 1908 dan mulai bekerja pada konstruksi rel kereta api di daerah Priangan selatan di Jawa Barat. Di sana ia mengalami perlakuan yang tidak adil dalam hal upah dan penginapan karyawan dibandingkan dengan karyawan Indo Eurasia. Ratulangi berencana menggunakan uang yang dia terima untuk membiayai pendidikannya di Eropa. Dia tiba di Amsterdam pada tahun 1912 dan melanjutkan studinya yang dimulainya di Jawa, tetapi tidak selesai karena sakit ibunya. Pada tahun 1913, ia menerima sertifikat untuk mengajar matematika untuk tingkat sekolah menengah (Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek).

Ratulangi melanjutkan studinya di universitas di Amsterdam selama dua tahun lagi. Namun, ia tidak dapat menyelesaikan studinya, karena ia tidak diperbolehkan mengikuti ujian. Aturan dari universitas mengharuskan ia memiliki sertifikat tingkat SMA. Sertifikat tersebut tidak dimiliki Ratulangi, karena ia tidak pernah menyelesaikan studinya di Hogere Burgerschool (HBS) atau Algemene Middelbare School (AMS). Perannya dalam perjuangan tak dapat diragukan, Bahkan ketika Ratulangi menyampaikan pembelaan di pengadilan Belanda tentang kemerdekaan bangsanya di Indonesia. Hal seperti itulah yang pantas diketahui generasi milenial GenZet.

Previous Ekonom dan Sosiolog Bersatulah
Next Tatoolah Buah Dadamu Biar Deg-Degan Yang ngeliat

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *