Miliardan ton ban bekas segala jenis mobil dan speda motor -kalau ada- teronggok di satu dataran khusus di Kuwait. Saking kayanya negri minyak terbesar dunia itu, membiarkan ban bekas dikubur tak terurus bertahun-tahun. Jangan heran bila ban bekas itu dibiarkan terbakar akibat suhu udara sangat tinggi. Tak mengherankan bila asap bekas pembakaran ban bekas, menutupi udara kawasan zasirah Kuwait dan negri sekitarnya. Lantaran ketatnya peraturan tentang aksi² unjuk rasa menentang kebijakan pemetintahan, rakyat yang berdiam di sekitar lokasi kuburan tempat pembakaran ban bekas, tidak berani menentang kehendak perdana menteri dan penguasa negara itu. Setelah merasakan dampak ekologis akibat timbunan ban bekas, yang lama dan baru di pakai, terbakar dengan sendirinya, pemerintah kuwait memutuskan mengolah kembali residu bekas ban tersebut. Jangan heran bila bugget anggaran untuk membersihkan ban² bekas dan, tempat pengolah sampah itu mencapai triliunan dollar. Dengan fasilitas nan canggih, tempat penggolahan bekas ban yang mampu mengurai dan memilah unsur karet dan kawat ban, pemerintahan kerajaan Kuwait tak mau sembarangan dituding sebagai negara pencemar lingkungan dari negrinya.
Kesadaran ikut memelihara lingkungan agar tidak lagi membuang dan sekaligus melakukan pembakaran ban bekas, diterapkan dengan ketat, setelah beredar kecaman dari kelompok pemerhati lingkungan di media sosial internasional. Pemerintah kerajaan kuwait menerapkan aturan keras pembuangan ban bekas dan pembakaran hanya boleh dilakukan petugas dari pemerintah. “Semua orang tidak boĺeh membuang ban bekas dan membakarnya sendiri. Pemerintah yang mengatur hal itu,” tulis kontributor sarklewer.com di Kuwait. Meski pemerintah kerajaan kuwait telah melakukan aturan ketat, namun toh warga masyarakat ada pula yang dengan sengaja membuang ban bekas berikut kendaraannya di satu tempat. Mereka bahkan, tutur Achmed salah satu warga yang ditemui menuturkan, aturan keras itu tidak banyak hasilnya. Mereka berpendapat, tidak membuang ban bekas dan membakarnya, tapi mobil mereka. “Kami tidak membuang ban bekas dan membakar di tempat yang telah ditentukan, cuma meninggalkan mobil saya, apanya yang salah,” ujarnya, “toh lagi pula itu mobil² kami dan beli dengan duit sendiri kenapa ikut²an.”
Aturan ketat larangan membuang ban bekas dan membakarnya jelas menjadi dilema bagi sebagian besar warga di daerah kuwait yang daerahnya tercemar akibat pembuangan ban bekas dan pembakaran. Pemerintah kuwait acap bersitegang dengan warga masyarakat akibat beleid yang dinilai mereka tidak solutif untuk menyelesaikan persoalan pencemaran asab akibat pembakaran ban bekas. Meskipun pemerintah kuwait telah menetapkan aturan ketat terhadap warga negaranya yang melanggar pembuangan ban bekas dan membakarnya, dinas yang menangi pencemaran kini bernafas lega. Pasalnya pemerintah kiwait telah mendirikan pabrik pengolahan sampah terpadu dan tercanggih di area sangat luas dan selesai dibangun. Di pabrik tempat pengolah sampah ban bekas disortir kelayakan dan dipisahkan dari isi alat angkut dumck-truck sebelum dilumatkan. Melalui proses pembakaran dengan suhu tinggi dan pelumatan menggunakan metode pirolisis dari tenaga panas termal hingga tidak menimbulkan ekses pencermaran, dilakukan setiap hari.
Jadi ujar Achmed seperti dikutib media, Engginering Skill menyatakan telah ada kemajuan mengatasi limbah ban bekas di Kuwait. Selain pemerintah kerajaan di departemen lingkungan hidup dan enginering telah memanfaatkan limbah ban bekas untuk didaur-ulang menjadi bahan pembuat berbagai macam produk lain yang bermanfaat. Hasil pengolahan bekas ban yang dihancurkan dan diproses melalui mesin pengolah canggih, keluar telah jadi dekomposit metal fragmented sesuai desin yang diinginkan. “Kami anggap pemerintah Kuwait telah berhasil mengatasi persoalan limbah ban bekas dengan baik. Rasanya pemerintah Indonesia perlu mencontoh keberhasilan Kuwait mengatasi sampah. Kalau di Solo, kelihatan tumpukan ban bekas di TPA Putricempo, saya yakin akan dijadikan kursi tamu atau terumpah sandal anti selip bila dipakai gresek cari sampah,” katanya
No Comment