Jualan “Bincang Ranjang” Etiskah jadi Contoh & Ditonton


Mengapa mereka melakukan penayangan ekspose terhadap kaum perempuan agar mau bicara blak-blakan secara vulgar pengalaman di ranjang. Rasanya sangat tidak etis, mengumbar tayangan pengakuan, maaf orang-orang yang mengalami pengalaman di ranjang dan mau dilihat jutaan mata. Setidaknya, pengakuan perempuan, muda-usia tentu, pengalaman waktu ngeseks diranjang diumbar dan ditayangkan, menurut peneliti Institute for Media and Social Studies (IMSS) eddy je soe, sungguh sangat tidak masuk akal

Tidak hanya peneliti peneliti IMSS yang mengatakan tayangan tersebut tidak masuk akal, tetapi juga contributor sarklewer.com, Nicole, di Moscow heran dan terkaget-kaget. Bukan hanya aneh, katanya melalui chating dengan redaktur di kantor, tetapi juga menyebalkan. Di negara manapun, yang namanya ngumbar soal pengalaman sex di atas ranjang, tidak akan diceritakan dalam tayangan video pendek.

“Di negri takberagama seperti di rusia, ngember pengalaman ngesek di ranjang, baik di hotel atau apartemen, tak mungkin ditayangin dan bicara ngablak,” katanya sewot. “Lhoh katanya di negri pancasilais mengaku punya falsafah ketuhanan, apa tidak konyol. Cerita soal sex dan ditayangin biar dilihat orang lain. Menurut saya dan teman lain, sangat menggelikan.”

Kegalauan para pengamat pendidikan moralitas, tak hanya dapat didengarkan dari emak-emak pendidik di pelbagai daerah. Di Jogyakarta, misalnya dosen di sebuah universitas negri ketika dihubungi lewat jejaring chating merasa jengkel dengan tayangan perempuan ngumbar pengelamannya saat ngesex di ranjang. Menurut Drupasetri Prameswari, mengaku acara tersebut, sebaiknya dihentikan dan tidak perlu disebarluaskan dalam kanal medsos.

“Sebejat-bejatnya, kalau boleh saya katakana, maaf, acara seperti itu sebaiknya dihentikan. Tidak pantas dan buat apa orang lain perlu tahu. Apalagi yang tanya-tanya menjurus ke hal selangkangan dan buah dada, untuk apa. Bulan lalu, rencana dinas kependudukan dan keluarga saja berencana membagi-bagikan kondom dan ngajari anak-anak sekolah atas saja kami cegah, kowk malah bincang amben terus menerus ditayangin. Piye sekarepnya sendiri,” ujarnya

Tidak ada alasan, tayangan bincang ngesex di atas Kasur, saat ini malah semakin digemari anak-anak baru bongsor. Cilakanya, keluarganya justru membiarkan, kata peneliti senior IMSS, Eddy Je Soe, bila anaknya nonton tayangan cerita ngesex yang digeber lewat sosmed, “Mestinya jangan gitulah. Kalau mau cari ratting biar dapat bayaran, ndak usahlah mengundang perempuan lain berbicara soal tingkah-laku ngesex di atas kasur. Ndak penting amat. Apakah perempuan yang diundang biar ngobrol soal sex, kan tidak pantas dibeberkan. Apalagi si pewawancara dengan santai tanya gaya sex pada tamu yang diwawancarai. “Aneh. Bukankah mereka yang diundang juga sesame kaum perempuan, kowk bisa-bisanya ngomongin cara ternikmat kalau sedang main sex berbagai gaya,” kata Je Soe sewot

Tayangan ngobrol sex diatas bantal hotel atau motel rupa-rupanya banyak juga digemari emak-emak yang lagi nganggur tidak ada kerjaan. Setahu Drupasetri Prameswari, biasanya justru ibu-ibu setelah tidak lagi memasak di rumah, kurang kerjaan, dapat dipastikan menonton tayangan di saluran kanal sosmed televisi. Bukan hanya tayangan yang diupload di televisi nirkabel, banyak diburu untuk ditonton emak-emak setengah tuwir, saat ditinggal suaminya kerja kantoran.

“Kadang mereka menstel juga hand phone yang memuat jadual acara bincang ranjang. Bisa jadi lagi kegatelan. Kalau seperti itu, gimana cara ngatasinya. Kerja tidak, ngajar di sekolah atau jadi dosen pun juga setengah-setengah, pelariannya yach nonton bincang ranjang.” Meskipun demikian, lanjut Drupasetri Prameswari, dirinya tidak bisa menghakimi acara seperti tayangan di kanal medsos yang kian marak itu, lantaran zamannya sudah berubah. Apalagi tayangan bincang-bincang, entah ngobrol antara pewawancara dan tamu tersebut merupakan transaksi bisnis, orang lain tidak boleh sewot.

“Kalau tidak senang melihat acara, ngobrol soal ngehek itu menjadi pelajaran berharga atau tidak, itu persoalan lain. Kecuali bila ditayangkan proses sewaktu, maaf mengutip bahasa di tayangan itu, kasarnya ‘ngentot’ seperti dikatakan perempuan di acara ngobrol itu, jelas melanggar UU Pornoaksi. Itu yang dilarang. Bila hanya cangkeman, yach ndak apa-apa sih. Toh mereka saling diuntungkan. Dapat sponsor, produk dan siapa tahu anggap saja iklan diri.” Mau coba atau ingin lihat juga boleh kowq. (tim indepth/nicole di As | Jes di Solo)

Previous Lagu Genre Pop-Reb 2 Lipa, Digemari Generasi Milenial
Next Semilir Silir, Biznis Liur Masa Lampau, Saat Coblosan Pilkadal

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *