Hentikan Kebiasaan Remaja Ranum Selfie Ngeler Dada dan Paha


Fenomena Selfie memajang buah dada dan paha remaja masakini sedunia kian marak

Entah siapa pencetus gagasan utama setiap orang dengan mudah mengunggah photo selfie sorangan atau bersama kolega, hingga bisa bertengger di media social seperti, instagram (IG), tik-tok, facebook (FB) dengan bebas.  Meski keliatan asyik dan cenderung seenak jidatnya, namun jangan lupa batasan aturan undang-undang.  Di jaman now saat ini, pengguna media social alias medsos, memperbolehkan memejeng diri ‘ler’ hingga dilihat mata milyiartan jadi trend, digenari warga masyarakat dunia.

Lihat saja unggahan alias uploaded photo, entah gaya berbagai macam apapun, trada yang dapat melarang mereka. Namanya juga methaverse sebutan kecanggihan media social medsos, siapa brani ngelarang, mereka berdalih wong camera handphone (HP) gwe sendiri. Pasti seperti itulah kilah para ABG (anak baru geblek) unyu-unyu bila ditanya, kenapa harus ngeler toket, emang kagak rishi dilihatin orang lain. Bisa jadi, jangan-jangan sedang baok dan BO.  “Emang salah, tubuh-tubuh gwe, mau tak ler keq atau cipokan, apa urusan kamu,” katanya dalam bincang lewat chating

Kebiasaan pamer dada dan paha juga melanda ABG di negri Manila dan mancanegara lain (Ist)

Perkara gaya seronok, berduaan dan cipokan tak satupun khalayak dunia bisa melarangnya. Kalaupun ada undang-undang ITE, toh cuma berlaku bagi warga di negri berkode [62] alias nusantara, tak ngaruh apapun pada orang lain. Terlebih mereka yang senang mengupload potrex diri berselfiria di jagad maya, ngeler toket atau cipokan sekalipun. Jangan lupa pula, anggapan mereka, hobi mengudarakan potrex hingga dapat dipelototi jutaan mata di seluruh jagad, mengalirkan fulus ke rekening milikmu. Kehidupan berhura-hura menggenggam alat komunikasi HP seperti saat ini tentu jangan dibandingkan dengan kegemaran oma-oma dan opa mereka sebelum reformasi.

Bila di jaman non-methaverse digelondorkan pabrik canggih di negri maju hingga melabrak kalangan remaja dunia, jelas membawa kesenangan sekaligus kekawatiran. Apalagi penyebarannya melalui teknologi canggih bernama IG, Tiktokan, maupun FB-an. Kalau zaman jadul waktu itu orang hanya bisa pesan lewat kata terbatas melalui ‘Pager’ melalui operator lewat pesan pendek berbunyi tatit..titit..tatit. Nah paham’kan. Kini kalian tidak perlu ribet mengunggah photo sexy dirimu, atau berpose seronok sekalipun, tidak jadi masah. Justru ketika photo pose ataupun cerita-cerita pendek 2 menitan, bertujuan ingin tampil dan bisa dilihat mata melotot sejagad. Tentu berharap, sambil main-main iseng, sembari kerja tanpa mengeluarkan keringat dapat duit dollar. Jangan tanya pendapatan mereka yang telah menekuni bermedsos lewat jejaring internet pendapatannya. Menurut pengakuan mereka, dollar yang diterima ke rekening bila dikonversikan ke mata uang rupiah bisa mencapai jutaan, jangan tanya dosa apa kagak, Semakin banyak orang melihat duit mengalir dengan deras sejalan dengan banyaknya click viewer. Asyik bukan.

Jangan pula heran bila saat ini, entah muda-tuwir pun lagi gemar menguber click viewer di unggahan IG atau FB dan Tiktok. Padahal, sebenarnya, para pencari duit menggunggah photo pose seronok ngeler buah-dada pun, itulah yang sedang dicari. Perkara dicemo’oh para pemerhati media sosmed, masa bodoh teuing. Termasuk mencuri photo dari media lain dan menempelkannya di account miliknya tidak ada yang ngelarang. Sepanjang menambah clickviewer dan menghasilkan fulus nan mulus. Semulus buah dana nan ranum dan jenjang paha mulus mereka.

Kebiasaan ngeler paha bukan tradisi para pesohor dunia, tetapi warga nusantara pun melakukan hal sama (Ist)

Anda tertarik menekuni dunia methaverse, silakan saja. Sepanjang kelian tidak menggunggah video porno yang melabrak UU 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; maupun UU No 44 tahun 2008, tentang Pornografi dan Pornoaksi. Kelian boleh-boleh saja mau ngeler toket atau miss V asal ngelernya di dalam kamar mandi dan tidak disebarluaskan, no problemo. Rupanya virus pornografi dan pornoaksi gerakannya kelewat progresif, revolusioner dan massif menerjang etika lasas masalalu. Bagaimana tidak bila gambar-gambar seronok yang diunggah di layer phone cell digandrungi remaja maupun opa-oma masa kini. Intip saja tayangan ketiga unggahan ketiga medsos saat ini. Hasil pengamatan crew terhadap tayangan di medsos selama empat bulan menunjukkan prakiraan prosentase yang mengupload lebih dari 67 persen dari 17.350 click teramati dalam 13 menit setiap jamnya.

Bahkan, di wilayah beberapa daerah, misalnya Jogya, Solo dan Semarang, pengunggah content ‘memasarkan’ diri mereka sebagai pengguna medsos, bila dijumlahkan, berada diantara 42-67 persen dari jumlahnya. Sungguh memprihatinkan memang. Tampaknya UU Pornografi dan Pornoaksi maupun ITE, tak berkutik bila dikontraskan terhadap kemungkinan pengaruh negatif tayangan di medos. Meski beberapa waktu lalupun, UU terbaru terhadap kekerasan sexual terhadap perempuan, bisajadi tidak berpengaruh sama sekali bila tidak dari sekarang dihambat penyebaran melalui medsos tayangan pornograf dan pornoaksi tersebut. (nicole dari Manila / eddy je soe-Solo)

Jangan heran bila bintang film ngetop saat ini sedang gandrung mengunggah sosial media, (Ist)

Previous Tradisi Tumpek Landep Perlu Dijaga Kesuciannya
Next Gung Biyang Berdayakan Warga Desa Nyangking Petromax dari Rumah

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *