Gak Perlu Risau Bila Putri Anda Takjadi Liburan Bersamamu ke Jepang Buat Makan Sushi. Jangan berkecil hati bila putri kalian tidak dapat hadiah Cookies dan menikmati makanan khas Jepang Sushi saat berulang tahun, lantaran urung halan-halan vakansi ke negri matahari terbit itu. Ajaklah berbelanja kesenangannya, cookies dan sushi, maupun pisza seperti makanan Jepang di kota Solo. Selain tidak perlu menghamburkan duit buat wira-wiri ke kota-kota wisata terbaik di Jepang seperti di Tokyo, Kyoto dan Osaka. Kalau tujuannya hanya cari makan Nyotaimori yang digandrungi para pelancong asal negri mbahmu.

Biar tahu, istilah Nyotaimori, secara harafiah sebenarnya merupakan bentuk pelecehan terhadap kaum perempuan. Bagaimana tidak, kalau makan sushi dinikmati ketika sajian yang akan disantap diatas tubuh kaum wanita. Penyajian sushi atau sashimi di atas tubuh perempuan yang berpakaian minim, jelas menyalahi aturan etis orang dari negri timur. Namun toh itulah tradisi lawas yang digemari para pelancong. “Itu bukan kebudayaan Jepang secara umum,” ujar pengamat busana Sadao Vatanabe, dalam wawancara dengan Rolling Stone tahun lalu.
Tradisi Nyotaimori sajian makan di atas tubuh perempuan; maupun nantaimori kalau diletakkan di atas tubuh kaum pria, sebenarnya dilarang lantaran menyalahi etika tradisional kaum samurai lawas yang kolot maupun modern. Nach kalau Sushi yang sedang ditawarkan, pebisnis asal Mblora, sushi atau sashimi, bukan makanan varian di jepang, tetapi bahan makanan nan-elok nan enak banget.

Nah disitulah kenikmatan, bila Anda berwisata ke kota yang dulu suka kebanjiran dari kali bengawan Solo. Kalian kami jamin, bakal mendapat pengalaman krusial berlibur sembari mencari oleh-oleh makanan terlezat kueh terlezat maupun sushi di Solo. Kagak perlu berwisata di kota tercanggih teknologinya, berwisata di Jepang ke Tokyo, Kyoto dan Osaka. Jangan keder dengan julukan the “Golden Road” yang menawarkan kombinasi budaya, sejarah dan modernitas.
Kalau ngeyel, yach silahkan ke kota-kota yang popular seperti Hiroshima buat yang suka sejarah, atau ke Fukuoka dan Sapporo bila ingin ngerasain mbedidik berbedak butiran salju. Itulah pilihan-pilihan yang kadang membingungkan. Nah kalau Anda ke Solo, bila menyukai cerita sejarah, kulineran dan belanja, pergilah gethekan di Bengawan Solo. “Sambil maem sushi bukan dari Jepang, tapi made in kota Oslo.”
Anggap saja, merupakan hadiah sang putri tersayang Anda berupa soft cookies bermacam varian lengkap tersedia seperti ngerasain berada maem di caffee di Jepang berasa classic & double chooco, jelas tersaji di backrie terkenal sejak lama dan digandrungi mahasiswi maupun masyarakat luas di kota bengawan sambil mengayuh ‘satang’ gethek alias perahu dari kedebok pohon pisang.

Bukan hanya tersedia makanan kesukaan wong Jepang yang setiap hari makan sushie dan memborong di counter Zesza berkali-kali datang dari luar kota hanya untuk memburu produk tersaji. “Tentu hal itu menjadikan kami bangga, ternyata orang jepang yang sedang belajar nari di ISI Solo, maupun anak-anak mahasiswi dari luar kota acapkali mendatangi counter kami membeli sushi dan bermacam cookies buat oleh-oleh dan hadiah ulang tahun,” ujar Anggie Lezha. Biasanya, tutur Anggie menambahkan, kalau adik-adik mahasiswi itu malah sukaannya, selain sushie juga donnat yang bolong tengah itu. Entah apa sebabnya juga mereka, terutama mahasiswi perempuan cantik-cantik itu, memilih donat tipe berlubang tengah, “tanyain sendiri ajah masé, kalau nanti datang ke counter kami.”
Meski dirinya mengaku juga penggiat seni-tari dan aktris, zaman lawasan di ndesonya nanjauh dari Solo, Anggie tetap ngotot memilih meneruskan studi pendidikannya di kota bengawan. Padahal, di tempat kelahirannya, Blora, Jawa Tengah, sejak kecil akrab dengan dunia literasi dan tari. Agak aneh bukan, rasanya juga kagak. Nyatanya hingga kini kegtemarannya juga masih tetap menekuni dunia seni, menari dan berdendang nyanyi

Nah disitulah kenikmatan, bila Anda berwisata ke kota yang dulu suka kebanjiran Bengawan Solo. Kalian kami jamin, bakal mendapat pengalaman krusial berlibur sembari mencari oleh-oleh makanan terlezat sushi di Solo. Kagak perlu berwisata ke kota tercanggih teknologinya, berwisata ke Tokyo, Kyoto dan Osaka. Jangan keder dengan julukan the “Golden Road” yang menawarkan kombinasi budaya, sejarah dan modernitas, berikut makanan kas semua itu ada di Kota Solo
Kalau ngeyel, yach silahkan ke kota-kota yang popular seperti Hiroshima buat yang suka sejarah, atau ke Fukuoka dan Sapporo bila ingin ngerasain mbediding berbedakan butir salju. Itulah pilihan-pilihan yang kadang membingungkan. Nah kalau Anda ke Solo, bila menyukai cerita sejarah, kulineran dan belanja, pergilah gethekan di Bengawan Solo. “Sambil maem sushi bukan bikinan dari Jepang, tapi made in kota Oslo, ech keliru Solo maksudnya.”
Anggap saja, sebagai hadiah sang putri tersayang Anda berupa bila diberi soft cookies bermacam varian lengkap tersedia seperti ngerasain maem di caffee di Jepang. Seperti paroduk Lesha Snack, classic & double chooco, jelas tersaji di backrie terkenal sejak lama dan digandrungi mahasiswi maupun masyarakat luas di kota bengawan sambil mengayuh ‘satang’ gethek alias perahu dari gedhebok pohon pisang, menghilir sampai jauh, sambil makan Lesha Snack atau Sushi.
Bukan hanya tersedia makanan kesukaan wong Jepang yang setiap hari makan sushie dan memborong di counter Lesha Snack berkali-kali datang dari luar kota hanya untuk memburu produk tersaji. “Tentu hal itu menjadikan kami bangga, ternyata orang jepang yang sedang belajar ajar nari di ISI Solo, maupun mahasiswi luar kota acapkali mendatangi counter kami membeli sushi dan bermacam cookies buat oleh-oleh dan hadiah ulang tahun,” ujar Anggie Lesha.
Biasanya, tutur Anggie menambahkan, kalau adik-adik mahasiswi itu malah sukanya, selain Sushi juga Donat yang bolong tengah. Entah apa sebabnya juga mereka, terutama mahasiswi perempuan cantik-cantik, memilih donat tipe berlubang tengah, “tanyain sendiri ajah masé, kalau nanti datang ke counter kami.”

Meski dirinya mengaku sebagai penggiat seni-tari dan aktris kampus, zaman lawasan di ndesonya nanjauh dari Solo, Anggie tetap ngotot memilih meneruskan studi pendidikannya di kota bengawan. Padahal, di tempat kelahirannya, Blora, Jawa Tengah. Sejak kecil, katanya bercerita, akrab dengan dunia literasi dan tari. Agak aneh bukan, sekarang menekuni jualan Sushi dan Snack yang diproduksi sendiri, rasanya juga kagak. Nyatanya hingga kini kegemarannya juga masih tetap menekuni dunia seni, menari dan berdendang nyanyi.
“Saya pengagum Pramoedya Ananta Toer, asli wong Bloro.” Coba ikuti karya Tetralogi yang ditulisnya, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Jelas di dalam isi buku itu, menggambarkan perjuangan kebangkitan nasional Indonesia,” katanya. Kalau kamu siapa sastrawan yang pantas dikagumi di Indonesia. “Coba bacalah buku karya-karyanya, sambil ngemiel makan Susie dan Lesha Snack, kueh kering bikinan kami. Pasti asyik, tentu ketagihan mau beli lagi. Selain murah, tapi bukan murahan, coba aja pesan, ntar diantarin sampai rumah. Okleik sobat-sobit remaja Gen G Milenial Oslo. Tuh’kan keliru, bukan Oslo, tapi Solo.”



No Comment