Jualan Burung Pemburu Hantu atau Jual Manuk Srikatan


Bila Anda kepingin berbisnis jualan dimusim perekonomian tidak baik-baik saja di negri ini, pilihannya tergantung kalian para penggemar manuk. Gara-gara presisiden Donal Trump mengumumkan kenaikan tarik import asal negara-negara di luar AS, tak terkira itu, membuat eksportir dari ndeso ke negoronya Trump kalang kabut. Telanjur mumet, mikirin pemasukan dari usaha dhodolan komonditas sambil nungguin perkembangan lain, Zamrothin Soe, kini nekat mengembangkan usahanya menjadi pedagang burung. Jangan tanya apakah biznis yang baru dimulai Kembali, setelah 15 tahun lalu ditinggalkannya itu, saat ini dilakoninya.

“Pokoknya usaha halal, dhodol manuk. Dulu kami memang punya trah dinasti jadi pedagang manuk,” katanya ditemui di bekas pasar burung Widuran, kota Solo. Nah katanya ngecepret pengalaman saat dulunya jualan burung-burungan. “Kalian beli saja burung hantu saja, Tapi kalau ingin ikutan- berjualan manuk jenis Srikatan yang suka pecicilan lincah, ndak masalah. Ambil saja. Ntar saya kasih diskon, mumpung lagi nganggur, ndak jadi eksportir kayu-kayuan yang lagi sulit eksport ke Amrik.”

Menurut Zamrothin Soe berpromosi, kalau tidak ingin dibayang-bayangi hantu peliharalah burung hantu. Konon kabarnya, burung yang acap bergentayangan di malam hari ditakuti hantu, lantaran matanya belok.  Itulah sebabnya, tradisi memelihara burung hantu alias Strigiformes, di sejumlah desa lereng Gunung Merapi lebih senang memelihara burung hantu dibanding perkutut (Geopelia striata). “Tapi kalau ingin melihara jenis manuk lain, seperti Srikatan, juga tidak masalah. Biar ikutan pecicilan seperti mentri-mentri klayapan ke Solo, Entah apa tujuannya ke ndesonya.”

Namanya juga pedagang manuk-manukan, sesukanya cerewet and cas-ciscus ngedabrus menawarkan dagangannya. Memelihara burung, selain tak membawa sial, seperti yang sering disebarluaskan sebagian masyarakat, memelihara burung hantu malah mendatangkan keuntungan tak sedikit buat memulai bisnis dunia perburungan. Bagi pebisnis pemula, ujar rekan Zamrothin Soe, pedagang lain ikutan nimbunr, Bagus, 32 tahun anggota Komunitas Pengemar Burung Hantu Solo (KPBHS), pendapatan jualan Kukuk Beluk itu bisa mencapai ratusan juta per tahunnya.

Selama menekuni bisnis burung pembur tikus, ujar Bagus, tak sedikit duit mengalir dalam kantong anggota KPBHS. Bayangkan, burung hantu anakan berumur 3-5 bulan, dijual seharga Rp.135.000 per ekornya. Bisa dibayangkan, bila setiap bulan anakan teman-teman bisa menjual 10 ekor, ujar dia menambahkan, pendapatan Rp.1.350.000 minimal digenggamnya. “Itu burung hantu anakan. Kalau sudah berumur 5-8 bulan harganya berlipat. Kemarin saya jual umur 7 bulan laku dilego Rp.1.450.000. Selain umur burung, harganya juga ditentukan berdasarkan jenis,” katanya

Lebih lanjut papar Bagus menambahkan, memelihara burung hantu selain menguntungkan secara ekonomis, juga menjadi salah satu klangenan mengasyikkan. Apalagi burung pemburu tikus juga diyakini keluarganya sebagai burung penghalau hantu. Banyak tetangga di desanya, ujar dia menuturkan pengalamannya, memelihara burung hantu.

“Selain diternak, juga dapat disuruh berburu tikus. Termasuk mengusir hantu,” katanya sembari nyengeges, “mungkin matanya belok merah menakutkan. Orang saja takut, apalagi hantu. Kan manusia lebih menakutkan ketimbang hantu. Anehnya, burung hantu ogah melototin para pecundang koruptor yang ngembat duit kemerintah hasil motongin pajak pedagang kecil buat Pembangunan.”

Menurut Bagus, sebenarnya komunitas pencinta burung hantu baru terbentuk tahun lalu.  Meski demikian keakraban para anggotanya layak seperti keluarga. Lihat saja di CFD (car free day) di sepanjang jalan Slamet Riyadi mereka menenteng beberapa jenis burung hantu dipamerkan ke pengunjung.

“Tidak setiap minggu kami berada di CFD memamerkan burung-burung ini. Selain biar tidak membosankan, juga biar burungnya tidak kekeselen. Jangan dikira burung tidak capai. Apalagi banyak orang, bisa stress. Makanya setiap foto dengan orang lain, kita pungut bayaran Rp.3000 buat beli makanan,” ujar dia. Tapi kalau situ ingin memelihara burung jenis manuk Srikatan, juga ndak masalah, Sekarang buat mase tak lepas 550.000 rebu, mau ndak.”

Selain burung hantu tidak suka dengan guyuran srengengge –matahari (red), juga bermata rabun. Meski pandangan jarak jauh, apalagi pada waktu malam hari, sangat sempurna. Tapi kalau terus-terusan kepanasan, kata Bagus menambahkan, kemungkinan akan merusak jarak pandang penglihatannya. “Paling bagus jangan sampai penglihatannya terkena langsung sinar matahari. Matanya bisa lamur. Apa lagi kalau sampai lama kena matahari dan ngeliatin cewek ABG, trus siapa yang bertangungjawab rusak matanya?” tanya dia seraya nyengenges

Suatu saat, ujar Bagus bercerita, ia kedatangan tamu dari Medan yang ingin belajar beternak burung hantu dan ingin membeli anakan dalam jumlah besar. Hanya saja, permintaan orang yang jauh-jauh dari Medan itu tidak bisa dilayani. Pasalnya, jumlah anakan yang dipesan 25 ekor tidak ada dalam penangkaran.

“Alhasil, jumlah pesanan sebanyak itu tidak bisa dipenuhi. Kalau hanya 5 anakan burung, mungkin masih bisa saya kirim, lha tapi ini mintanya 25 setiap bulan, susah. Soalnya burung hantu sulit diternakkan dalam waktu cepat,” katanya, “katanya sih buat dijual lagi. Di Medan lagi senang nyari burung hantu buat ngusir tikur di sawah. Siapa tahu juga buat ngusir memedi sawah.”

Previous 'Rasul' Jowo Asal Londo Inisiator Gereja Pohsarang
Next OETOMO RAMELAN, WALIKOTA SOLO TERLIBAT PARTAI KOMUNIS INDONESIA

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *