Namanya juga pesohor dunia hiburan, polah seperti apapun pasti memperoleh perhatian warga masyarakat, dan tak luput pengamatan para juru potret pekerja media massa alias photographer. Cerita seru nan saru para juru foto itulah acap justru menyingkirkan rasa lelah dan capai saat diuber batas waktu terbit yang harus menyetorkan hasil bidikan camera ke redaktur photo.
Pengalaman seru nguber gambar berita, tentu menguras tenaga dan pikiran. Apalagi bagi para pewarta berita foto kalau belum mendapat gambar bagus dan menarik bisa-bisa dimaki-maki redaktur sesampainya di ruang redaksi di kantor. Itlah sebabnya para pewarta photo akan berusaha sekuat tenaga memperoleh gambar objek bidikan saat berhadapan dengan nara sumber. Seluruh kepiawaian mengabadikan seakan ditumpahkan saat camera berhadapan dengan objek. Tak peduli dengan situasi apapun, menurut salah satu juru photo lawas, memberondong tembakan camera pada sosok yang diubernya, sangat perlu dan penting.
Menurut pengalaman para fotographer di lapangan, dibandingkan hunting photo jurnalistik moment harian, paling asik mengambil foto selebriti. Tidak perlu diminta berpose, menurut HaWe, para salebriti sudah tahu sendiri posisi seperti apa yang dikehendaki pembaca media massa. Bahkan, ujar dia menambahkan, para bintang selebriti tahu pakaian seperti apa yang mesti dipakai agar photografer media tertarik menjepretkan camera. “Mereka gak perlu diatur-atur kalau pose saat diambil gambarnya. Apalagi kalau pakaiannya lher yang memperlihatkan buahdada, posenya membuat jengah. Makanya kami jarang memakai lensa tele kalau diminta hunting photo salebriti. Kalau perlu dengan lensa goncangan, biar hasilnya maksimal, soalnya photograper lain tentu berebut gambar,” ujar dia.
Kalau mau jujur, kata HaWe salah satu fotographer senior lain. siapa yang tidak tertarik melihat ceweq cakep ngeler tetek. Menurutnya tidak ada salahnya, ketika mata camera beraksi para photographer mensarankan sekaligus berceloteh mengatur posisi pose yang dianggap tidak ‘menjual’ bila dicetak. “Perkara nanti kalau dicetak hasilnya kurang maksimal, itu bukan lagi tanggungjawab photographer. Yang jelas kelihatan ngelher tetek. Kalau sekarang mau memberondong berulangkali saat mengambil gambar, tidak masalah. Bayangkan sewaktu masih era film dulu. Bisa dimaki-maki hasil jepretannya tidak menarik posenya,” tutur dia, “agak repot memberondong’kan filmnya dijatah gak boleh lebih 2 rol film warna.”
Menurut penilaian mayoritas photographer ibukota, banyak selebriti kondang saat dipotret pose-posenya acap disengaja agar buah dadanya menyempil dari baju yang dipakainya. Lihat saja foto-foto Aura Kasih, Sandra Dewi, Agnes Monica, Cut Tari bila diambil gambar sangat menantang. “Apalagi selebriti yang baru yang ingin nonggol ke permukaan, jelas suka ngelher toket saat dipotret para photographer. Kami sih tinggal jepret, entah dicetak atau tidak itu bukan urusan. Sing penting lihat buahdada dilher para selebritas,” ujar dia.
Adakalanya selebiri yang sok moralis, tuturnya menambahkan, ogah diminta pose yang ngumbar payudara di hadapan banyak orang saat dipotret juru photo. Padahal sebenarnya mereka juga meniru gaya para selebriti luar negeri yang suka pamer buah dada bila dipotret photographer.
“Apalagi gaya slebritas tingkat dunia dari Korea atau Amerika, tak bisa dibilang ngelher lagi, tapi malah nyaris setengah wudho. Kadang justru menjadi trend dan laku buat cover media massa berkelas seperti Vouge. Kalau tidak mau dipotret kelihatan teteknya, jangan jadi bintang film atau selebriti dong. Mata wartawan photo’kan tidak salah, yang jahil sih mata lensa camera,” katanya cengegesan sembari menambahkan, “lagian memang bawaan selebritis itu emang suka pamer tetek.”
Pamer payudara, memang bukan hal aneh, Sebagian selebritas bila sedang mengiri perhelatan berskala nasional, atau hadir dalam pesta penyerahan penghargaan film nasional, dapat dipastikan mereka acap lebih seneng ngeler –dalam Bahasa preman disebut– toket alias tetek. Apalagi melihat puluhan jurnalis photo yang berebut mengambil gambar ekslusif. Padahal sih tidak ada nilai berita gambar penting-penting amat, toh para pemburu sosok selebrity yang senang pamer buah dada tentu memperoleh rating pemburu gambar. “Jangan sampai lepas, tuh biasanya dia senang kalau dikejar-kejar photographer,” ujar Lexymarcus jurnalis media online. “Mereka’kan ingin dipublikasi secara gratis oleh media massa’kan. Jadi apa yang salah dengan mata juru photo media.”
Terkecuali, kalau ngeler toket itu berada di kolam renang tertutup milik sendiri di dalam rumahnya, ujar Lexymarcus menambahkan. Justru saat inilah, para selebrity dalam negri keranjingan ingin dipotrex photographer professional dan wajah dan buahdadanya terpampang di media popular majalah dewasa. Siapa tahu, ujar Terthyana perias professional dunia artis, kalian memperoleh voucer buat mengisi bensin speda motor. “Jangan sekali-kali ngelantur ngomongnya yach. Biasanya simbake itu, seneng banget kalau wajahnya nonggol di majalah berita. Kalau sekarang sih, semua orang boleh mengambil gambar selebrity. Mau ngeler toket atau, pas bermain mesum, tidak masalah. Kan tubuh-tubuh mereka sendiri. Mau diupload di dunia maya atau, buat koleksi gambar di layar handphone. Itu tergantung orang lain mau menilai apa, suka-suka.” Ingin jadi photomodel atau langsung jajal jadi bintang film pemeran ecek-ecek, silahkan, asal tahu aturan boleh-tidaknya dilakukan di depan umum dan tidak disebar-luaskan media buzer media abal-abal di medsos (nicole di AS & eddy je soe di Solo)
No Comment