Coba sekali-kali bertanyalah sama bokap atau ophamu, kapan gemar memakai minyak rambut yang membuat oma kamu tergelincir ceblok demen –jatuh cinta, njuk mau dinikahi. Jangan takut kalau kamu digamparin, toh faktanya emang kamu memiliki bukti tempat produk minyak rambut itu disimpan primpen, di lemari tersembunyi. Setidaknya, biar keluarga besarmu tahu khasiat minyak rambut yang digunakan sewaktu jaman pergerakan, sebelum merdeka.
Sudah pasti opha akan bercerita panjang kali lebar, kaya pelajaran matematika, peristiwa dimasa lalunya. Entah mengapa opha kalian dulu senang memakai minyak rambut, apalagi sewaktu wakuncar alias waktu kunjung pacar atawa ngapelin ke rumah orang tuanya. Entah apa yang menjadi daya tarik, oma eLoe, saat ngeliatin rambut opa-opha klimis licin dengan sisiran layaknya bintang film jadul. “Itu lhoh ophamu seneng banget memakai pamade sampai klimis, lalat saja kepeleset kalau menclok di kepalanya,” katanya sambil guyon, tentu.
Nah berdasar tuturan oma yang agak jahil itulah, bekas tempat pomade berbagai jenis di dudah-dudah dan dipamerin pada crew contributor Abg (anak baru geblek) sarklewer.com ke berbagai pojok kampung di Solo. Kenapa baru sekarang, biar opha-opha pehoby ceriwis bertutur masa mudanya dulu. “Mumpung ada pesta mantu pembesar di Solo. Kalau dulu sewaktu Bung Karno tindak meresmikan PON I di Stadion Sriwedari, teman-teman sebaya opha musti wajib memakai pomade di rambutnya,” kata Tantako, di catatan lembar kertas lusuh diary dia.
Memang mengumpulin benda berharga, bukan hanya berwujud emas atau permata lain yang membuat tenteram di hati; tetapi mengkoleksi benda-benda bersejarah kotak ‘wasiat’ seperti bekas tempat minyak rambut pun ternyata berkhasiat. “Kasiatnya buat nyambung nyowo alias memperpanjang harapan hidup, kalau lihat kotak koleksi souvenir masa kejayaan dulu,” katanya sembari menambahkan, “bocah sekarang mana mungkin memakai minyak rambut model lawasan seperti ini.”
Meski usianya mulai menua, diatas enampuluhan tahun, toh dia tidak mengalami demensia, menjadi pelupa segalanya. Resepnya, ujar dia ngecepret, sederhana ingatlah masalalu dengan menulis dan membaca buku atau surat kabar lawas. Tentu akan memicu ingatan masa lalu. Buktinya jenis tempat minyak rambut, yang dikoleksi masih diingatnya dengan tepat, padahal pabrik yang memproduksi sebelum tahun 70-an dulunya, kini ada pula telah bangkrut. Dulu, ujarnya menambahkan, setiap pejuang atau gerilyawan di dalam tas ranselnya pasti membawa minyak orang-aring, atau jenis minyak rambut lainnya. Setidaknya rambut ABG jadul yang ingin ngapelin gebetannya selain berpotrong rapi, tidak gondrong, jelas klimis berminyak rambut. Apalagi di tahun lalu campanye berambut klimis, juga moncer terlihat di layar bioskup dengan bintang film Charles Bronson. Tak salah lagi, minyak rambut apa yang digemari mereka.
“Di dalam tas ransel, dapat dipastikan ada botol minyak rambut orang-aring, sisir dan juga merk lain seperti Tancho, Brish, dan ada juga model minyak rambut bentuknya muk lonjong warna hijau Lavender. Entah kalau bocah sekarang, mana mau makai minyak rambut seperti jaman opha-opha dulu,” ujar dia. Sudah yach, mau tidur siang. Apa lagi yang ingin ditanyain, jangan tanya soal tempat rekreasi di Silir, wegah jawab.” Meski kala itu tak banyak moda transportasi yang dapat digunakan ngapel atawa ngajak mblayang ke tempat distinasi buat pacaran, toh tetap saja naik kendaraan roda dua pun ngotot memakai minyak rambut. Padahal, jelas rambut klimis memakai minyak rambut akan menempelkan debu jalanan, apalagi belum musim menggunakan helem seperti saat ini. Nach kalau Anda ingin menggunakan minyak rambut, sekaranglah waktunya, selain bisa naik bus wisata halan-halan ke distinasi wisata kota bengawan. Naiklah bus tingkat wayang, Werkudoro