Bisa jadi slogan yang diinisiasi Nuradi, “Lebih baik Naik Vespa” pengusaha biro periklanan pada tahun 1960-an menyodorkan kalimat menohok kendaraan lain dari Jepang. Jelas, membuat produk motor pesaing dari matahari terbit, Jepang keok. Data di tahun 60-an, kendaraan terbuat dari besi baja model lawasan njebabah merajai jalanan kota-kota besar usai merdeka, kala itu menambah prestisius pemiliknya. Bukan lantaran, para pegawai negeri, khususnya guru-guru sekolah diberi hadiah motor buatan asli dari Italia. Meski di kemudian hari, pabriknya di bilangan Cakung-Pulau Gadung mulai memproduksi Vespa besar-besaran
Nampaknya, pemilik vespa pegawai dan guru di masa lalu diwariskan pada anak hingga cucu mereka. Jadilah kendaraan mesin kanan itu jadi cikal-bakal motor warisan dari generasi ke generasi keluarga. Meski telah lebih dari setengah abad lalu, slogan lebih baik naik vespa, kini kembali dicuatkan para penggemarnya. Jangan sebut scooteris kenthir kalau para fanatic kendaraan besi yang sering ngerepotin itu tak menjadi tunggangan nan asyik.
Apalagi kini muncul varian baru, motor setengah besi, meski terbuat dari metal-pastic bakoh, toh mereka lebih berucap dan ngeyel tereak “Lebih Baik Naik Vespa” tak masalah. Persoalannya yang bertereak penggendara vespa itu didominir kaum hawa, para perempuan penunggang vespa. Sebab, ujar Anisza Scuteristanty –bukan nama sebenarnya– lebih nyaman dan keren.
“Sumpah mas, tadinya sih gwe mau naik yang klasik tulangan besi-baja asli Itali, tapi sapa papi ndak boleh, takut kebanting. Makanya terus dibeliin yang dari plastic-carbonize ini. Gak apa-apa juga, yang penting’kan slogannya.”
Meski dirinya tidak pernah ngikut touring seperti dilakukan sceoutering cowoq, dirinya kekeuh lebih baiknaik motor yang dilakoninya sejak kuliah hingga kerja kantoran. Meski dulunya dia tinggal di Jakarta, kalau diboncengin naik vespa, banyak pengendara lain, menoleh ngeliatin. Apalagi bersimpangan dengan pengendara yang sama lain, mereka selalu kasih, salam lebih baik naek vespa.
“Dalam hati mreka, tentu Cuma nebak-nebak, kowk mau-maunya diboncengin kendaraan kuno lawas. Sembrana kan, mreka ndak tahu sejarah. Kendaraan tua itu punya sejarah digunakan guru-guru. Coba kalau gak ada vespa, emang mau mau engklek pho,” katanya sewot.
Menurutnya, putri sahabat jurnalis kenalan ayahnya ada juga mahasiswi dari Kediri, yang sering nglender naek vespa. Katanya menirukan alasan temannya, biar membumi, dulu dosen ada dulunya juga naek vespa, mosok studennya ndak boleh naik kendaraan yang sama. “Hal sama juga kendaraan abot banget itu, dipakai hampir Sebagian wartawan lawas dari Palmerah. Mereka dapat kongsie motor berat. Alasannya sederhana, tempat gagasinya bisa dipakai naruh tas dan map-map kalau ada relies,” katanya mencontohkan, “makanya saya pun ikutan naek kendaraan mesin kanan itu. Bukan dari Jepang lho yach.”
Meski hampir keluarganya tidak setuju, bila ia memakai kendaraan berat asli vespa itali dari besi-baja, dirinya mengaku sebel juga. Padahal nadarnya, kalau nanti lulus kuliah sampai S3 pun dirinya akan tetap makai kendaraan bersejarah warisan keluarganya. Belum sampai kelar nulis desertasi, malah vespa besi-baja itu “disekolahin” bokapnya, dan disuruh ganti model modivikasi buatan baru, seperti yang dipakainya itu. “Papaku emang agak nyebelin. Mana lagi dijual murah PTS dilepas lima jutaan. Padahal sekarang di atas 20 juta. Mbuh, emang nyebelin.”
Dirinya mengaku tidak tahu secara pasti berapa banyak pengguna motor Vespa besi-baja dari Italia. Apalagi bila digabungkan Vespa klasik ataupun Vespa Modern, ujar dia, populasinya semangkin –pinjam istilah slank presiden lawas– lama bertambah jumlahnya. Kalau kalian sebagai penggemar tentu tahu, berapa banyak orang dan kendaraannya kalau ada kegiatan ketemuan, lebih dari 300 pengendara Vespa bejibun kongkow-kongkow bareng.
“Entah nanti akan digagas, kumpul pengendara vespa wanita di stadion sepak bola, sebagai pengganti kagak jadi bal-balan di Alun-alun kidul lagi. Buat pertandingan sepak pedal vespa kuno dan jual-beli suara. Piye mau ndaftar? Tak daftarin ke Italia yach.”
Jangan bicara soal motor vespa, kalau kagak tertarik soal keunikan, dan kendaraan ajaib yang merukunkan semua pengguna vespa di seluruh jagad, tanpa pandang bulu. Situ ndak tahu’kan, motormu jepang jhe. Coba perhatikan, ujarnya berpromosi, mana ada sewaktu parkir vespa pemilik tak membeda-bedakan harga kendaraannya.
“Namanya juga parkir yach sama vespamu mahal tipe946 atau vespa Beverly dan MP3 Yourban (Piaggio) yang harganya ratusan jut, kalau parkir tetap sama sederet. Ndak ada, pespa mahal parkir di tempat terpisah dengan vespa butut. Ndak ad aitu,” ujar dia menutup pembicaraan, “motormu opho pakdhe? Kalau ke Mbali tak boncengin pho piye? Mbuh, gah marai kisruh.
Meski semakin banyak para wanita penunggang vespa asli italia lawas tak sedikit perempuan yang memilih naik vespa modern dari bahan plastik laiknya motor-motor keluaran pabrik Jepang. Alasannya sederhana, lebih enteng buat dledar-dleder buat kuliah wira-wiri ke kampus dan perpustakaan. “Kalau mau naek vespa besi uabot jhe. Emang opha ndak ngerasain naek pespah plastik apa? Pasti pespah besinya digergaji jadi dua, atau udah disekolahin kagi. Emang laku pespa besi kalau ‘disekolahin’ di pegadaian,” ujar dia menyindir. Emang sih vespa besi kagak bakal laku di sekolahin, meski saat ini harganya terkatrol tinggi di atas 20-25 jutaan. “Kata anak vespa, tukang gadai negara itu kadang kagak menghargai masalalu, bokap-nyokap dulu pacaran makai vespa besi tua. Dasar pegawai negra ndak tahu balas budi barang lawasan.”
No Comment