Sebenarnya kalau dibandingkan dengan tempat wisata paling menarik di Jiuzhaigou, Cina bisa jadi tak bisa mengalahkan di negri sendiri dengan tempat distinasi wisata di banyak kota Indonesia. Hanya saja, tempat distinasi di negri tirai bambu terawat dan diketahui banyak warga dunia melalui pemberitaan media massa setiap waktu. Bila terdapat temuan baru atau perubahan kebijakan wisata, entah tiket masuk ataupun tatacara penyambutan wisatawan asing yang akan bertandang disambutnya dengan ramah dan menyenangkan. “Sungguh profesional. Bandingkan dengan penyambutan wisatawan di negrimu, ujar rekan jurnalis kontributor sarklewer.com Nicole di Canada
Di Jiuzhaigou tempat wisata di daerah pegunungan sebagai cagar alam dan taman nasional di utara Provinsi Sichuan, barat daya Tiongkok, misalnya juga terdapat di wilayah negara di Indonesia. “Bahkan, menurut saya, lebih exsostik wisata di lereng Gunung Merbabu, atau di Danau Ranu Kumboro Gunung Semeru, di Raja Ampat Papua, dan distinasi wisata di Dieng,” ujar rekan contributor sarklewer.com di Canada yang pernah liputan di Indonesia, “benar di negaramu enggak kalah dengan destinasi di Tiongkok. Tapi perlu berbenah lagi biar lebih bagus.”
Mungkin tak bisa terbantahkan, banyak orang mengatakan bahwa tempat distinasi di negri Indonesia, baru bangkit setelah dikelola kementerian. Itupun, ujar Nicole contributor di Canada, setidaknya bisa membanggakan peninggalan candi sebagai warisan cagar budaya dunia. Kalau membanding-bandingkan distinasi di Jiuzhaigou yang memperoleh pengghargaan sebagai situs warisan Dunia, mereka lebih duluan memperoleh penghargaan dari UNESCO pada 1992 dan sekaligus sebagai cagar Biosfer Dunia pada 1997.
“Bukan hanya itu, katanya penterjemah Bahasa Piyin yang didengar, Jiuzhaigou juga memperoleh penghargaan sebagai Kawasan lindung IUCN kategori V tahun lalu, sebagai lanskap yang harus dilindungi,” ujar dia sembari jengkel, “kalau di negrimu kan belum sampai terpikir seperti itu. Jadi agak ruwet mengatasi kerusakan alamnya. That why the management of tourist destinations in your country often experiences social conflict.”
Meski kawasan distinasi di Jiuzhaigou juga acap menjadi polemic persoalan politik, tapi negara bisa saling memahami, tidak boleh menjamah dan merusak keindahan tempat-tempat wisata di sekitarnya. Perkara lembah Jiuzhaigou merupakan bagian dari pegunungan Min di tepi Daratan Tinggi Tibet yang membentang lebih dari 72.000-180.000 hektar, tak membuat warga masyarakat di dua wilayah tersebut saling mengusik keindahan alam. Dikenal dengan banyak air terjun bertingkat, danau berwarna-wrani, dan acap tertutup salju, menjadi daya tarik Jiuzhaigou.
Ketinggian di atas permukaan laut mencapai 2000-4500 meter atau 6.600 hingga 14.800 kaki, jelas menantang para turis pendatang dari berbagai dunia. Tak beda dengan julukan Jiuzhaigou, yang sering diartikan sebagai lembah Sembilan pemukiman, yang diambil dari pemukiman Tibet di sepanjang wilayahnya, tak juga menjadi penyebab gesekan sosial warga masyarakat pegunungan di sana.
Bisa dikatakan tempat distinasi Jiuzhaigou merupakan wilayah yang terpencil dihuni oleh berbagai orang Tibet dan Qiang selama berabad-abad. Sampai pada tahun 1975, daerah yang sulit itu tidak banyak diketahui secara pasti keberadaan dan kesejahteraan penghuninya. Hingga pada tahun 1979, penebangan secara ekstensif terjadi ketika pemerintah China melarang kegiatan tersebut dan menjadikan sebagai Kawasan taman nasional pada 1982.
“Kemudian biro administrasi didirikan dengan sebagai pengelola situs pariwisata resmi dibuka pada tahun 1984,” juga aturan selesai diumumkan sekitar tahun 1987,” ujar pemandu yang dikutib Nicole contributor sarklewer.com. Kabarnya situs tersebut juga diakui UNESCO sebagai situs warisan dunia pada tahun 1992, oleh badan pariwisata nasiional China.
Sejak dibuka, aktivitas wisata meningkat setiap tahun, dari 5.000 pada tahun 1984 menjadi 170.000 pada tahun 1991, 160.000 pada tahun 1995, menjadi 200.000 pada tahun 1997, termasuk sekitar 3.000 orang asing. Hingga kini, pendatang yang berkunjung ke distinasi wisata Jiuzhaigou berjumlah 1.190.000 pada tahun 2002.
Sedangkan situs tersebut rata-rata dikunjungi 7.000 per hari, dengan kuota 12.000 dilaporkan diberlakukan selama musim ramai. Di Zhangzha di pintu keluar lembah dan Kabupaten Songpan di dekatnya memiliki jumlah hotel yang terus meningkat, termasuk beberapa hotel mewah bintang lima, seperti Sheraton.
“Meski demikian, muncul kekawatiran terkait jumlah wisatawan massal di Kawasan tersebut bisa menimbulkan dampak terhadap lingkungan di sekitar taman.” Jadi ada baiknya juga, Kawasan di negrimu dikelola dengan baik, biar dapat penambahan duit dari pengunjung dan sebagai mata pencarian. (Nicole dari Canada / Eddy Je Soe – Solo)
No Comment