Kembali ke Era 70-an Siapa takut?


Kembali ke tahun 1970-an sebelum Wuhan dilarabrak virus mematikan

Inilah gaya lawas yang dicuatkan kembali setelah lebih dari seperempat abad lalu: bohemian. Bukan lantaran gaya hidup kuno yang ingin ditampilkan di musim pandemic pagebluk diganyang virus, tetapi memang kaum hipies njedul kembali. Meski saat ini panggung berwira-wiri pamer paha hamper dapat dipastikan kagak ada kabar-beritanya, toh sim bake Lindsay Baker tetap ngotot ingin menulis berpanjang-panjang di Vouge soal Gaya Gipsi. Bukan lantaran pokok topik bahasan gipsi yang menarik ditinjau ulang hingga media ternama Vogue tertaik mengeber dalam ulasan panjang, tetapi soal gaya hidup fashion yang dinilai yentrik itulah daya tariknya.

Daripada nyinyir and klayapan mending main gitar di tempat tidur biar kagak digebet covid-19, tidur youk

Gaya eksostis, bebas, mengalir, bohemian dan tentu saja gypset –istilah geng gaya hidup mereka– membuat banyak mata terperangah bila melihat eksentriksitas mereka. Padahal, kata Lindsay Baker, model lawas tahun 70-an mode boho-luxe dengan menampilkan gaya spring dan summer tahun 1915 sekaligus itulah membuat rumah mode seperti Louis Vuitton dan Saint Laurent sengaja menampilkan vest gaya cowboy-girl model angon sapi texasan ternyata digemari kembali oleh anak muda milenial tahun 2021. Meski gaya vest, tapi jangan dianggap sebelah mata Cuma segitu barangnya dijual mahal, bila kalian tidak ngelihat dengan matakepala sendiri. Vest rancangan dua rumah mode itu bukan sekedar vest murahan, tetapi lihat bunga celine dan lapis beludru yang dirancang Louis Vuitton di dada romi yang nangkring di manakein. Jadi pantaslah bila dibandrol satu vest puluhan juta rupiah.

Berbeda dengan dua perancang ternama Perancis rumah mode Luis Vuitton dan Saint Laurent saja kepo nyiapin musim semi ntar kalau Covid-19 enyah dari benua Eropa, tetapi perancang Inggris seperti Bella Freud nggegeri ingin tampil beda dengan menampilkan mode beraroma tahun 1970. Gila’kan. Meski demikian, wong Londo Bella Freud tidak mau dinyinyirin lantaran ngeluarin gaya zaman baheula, tapi justru sesumber, “rancangan gwe gabungan kaum jet set dan gipsi, zaman raja-raja ndek negoro Oslo lagi Berjaya.” Horog. Salah kali, sepertinya bukan asli wong Oslo, makanya nyarap sego liwet di Solo dulu biar kagak keliru.

Sederhana berbusana jadi pilihan anak muda milenial tanpa mengumbar buahdada (courtesy / Ist vouge)

Meski agak jumawa designer asal Londo itu mempromosikan karyanya dengan lebel Globe-trotting, glamour, mewah, hedonistic dan flamboyant; toh rancangan rock dan vest yang dipasarkan lewat online kagak terlihat laku keras. Mungkin sim bake Bella Freud enthu berpikiran kalau berpromosi dengan bintang yang lagi ngetop seperti Talitha memakai jaket brokat dan celana harem berkilau di atap Marrakesh, akan ludes karyanya diserbu pembeli. Tapi kenyataannya justru kebolak, tak laku-laku ilantaran masih dilabrak virus dan hawa dingin mendiding berselimut salju. Coba dijual di Oslo atau ke Mbalaikota Solo, siapa tahu laku keras rompi gaya Inggris berbahan bludru ciamik itu. Alhasil poster yang dipajang di media bertajuk di Textile Museum di masa jadul 1970-an Bohemian Chic, malah ndlosor pamornya tidak ngefek mengakrol penjualan

Justru mendingan karya Thea Porter, yang meninggal tahun 2000, designan tangan karyanya malah diburu pengkoleksi pakaian jadi nanmenawan Bohemian Chic, asli design karya dia sebelum meninggal dunia. Sepertinya bukan hanya para designer papan atas karya-karyanya jadi buron selebriti seperti Julia Robert, Nicole Richie dan Mary-Kate atau Ashley Olsen yang keranjingan wajib memakai karyanya, tetapi sudah menjadi kewajiban bila akan manggung kalau mesen dulu design Kate Moss. Pertanyaannya, mengapa periode itu sangat berpengaruh dalam jagad mode, jawabannya ingin terjadi perubahan total menyeluruh seantero pojok kota ternama. Kecuali ke kota Oslo dan Solo, dua kota yang nyaris sama hurufnya.

“Pada akhir 1960-an orang menginginkan perubahan,” ujar Dennis Nothdruft, kepala curator museum seperti dikutib BBC Culture. “Fashion menjadi lebih lembut, lebih romantic, kurang agresif, bebas mengalir. Biarin budaya lain seperti Afrika Utara dan Timur Tengah, ngikutan bernostalgila seperti tahun 1930-an yang menyadap karya-karya Barbara Hulanicki dan Ossie Clark, biar terkenal. Lha tapi sekarang mreka udah jadi tanah tuh, piye jhal. Tinggal generasi milenial yang gandrung mode fashion tahun 70-an. Biar keliatan nyentrik dilirik mata, asal kagak porno mamerin buah di dada mereka saja aman. Entah kalau di Jawa ndesomu.” (Nicole/eddy je soe/Solo)

Mode rumbai-rumbai etnik kini mulai digemari dan merangsek mancanegara (ist vouge)

Previous Sendok & Garpu dari Biji Alpukat Antipencemar Lingkungan
Next Julia Robert dan Ricard Gere Kelon di Film Pretty Woman

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *