Sendok & Garpu dari Biji Alpukat Antipencemar Lingkungan


Terobosan baru mengolah biji alpukat menjadi sendok-garpu

Tahukah sendok dan garpu dari bahan bukan plastik yang sebenarnya berasal dari biji alpukat. Sejak pemakaian plastik dibatasi dan akan segera dilarang, lantaran tidak bisa terurai ratusan tahun, di negara maju mulai melirik penggunaan bahan baku nonplasik. Salah satu negara yang mulai penggunaan bahan baku bukan plastik, Mexico. Negara yang dikenal sebagai gudangnya para cowboy itu, kini mampu memproduksi sendok dan garpu dari biji alpuka. Salah satu terobosan industri di Mexico, memanfaatkan kemajuan teknologi mencari alternatif baru diberi lebel bioface itu, mampu mengubah biji alpukat menjadi bahan berguna. Selain memanfaatkan momentum antiplastik, Mexico juga membantu, secara tidak langsung kehidupan petani alpukat. Selain tentu mengobarkan kampanye pemakaian plastik.

Kebijakan pemerintah Mexico kini banyak dilirik negara lain yang ingin memproduksi sendok-garpu berbahan baku alpukat. Bisa dibayangkan berapa keuntungan yang akan diraih bila ratusan ribu gerai cepat saji, di seluruh dunia, nanti akan menggunakan sendok-garpu, dan pembungkus nonplastik. Bisa saja keuntungannya miliaradan dollar perbulannya. Cilakanya negara maju, tidak banyak yang memiliki pohon alpukat. “Kami tanam sudah lama buahnya sangat berguna, juga bijinya sudah ada pabrik yang mau membeli. Kami bersimbiosis mutualisme,” ujar Sanzose petani setempat pengepul biji alpukat seperti dikutib laman bussinesinssider.com

Pengolahan biji alpukat menjadi sendok & garpu di Mexico (courtesy bussinesinsidercom)

Mestinya di negara-negara penghasil buah alpukat, seperti di Indonesia, bisa meniru pengembangan produk pabrikan pembuat sendok-garpu biofase mencontoh Mexico. Apalagi bila penerapan melarang penggunaan plastic diterapkan secara konsekwen, tentu sangat mendukung kampanye pencemaran lingkungan akibat plastik mendirikan pabrik pengolah biji alpukat. Konon selain penghasil buah alpukat terbesar kelima dunia, kemungkinan mengundang investor mendirikan pabrik bukan hal yang sulid dilakukan. Hanya saja adakah kebijakan kementerian terkait tertarik melakukannya. Bukan cuma melakukan kunjungan kerja ke Mexico, plesiran doang, undang saja mereka datang lihat pohon alpukat ke ndeso.

Selain alpukat dapat diperoleh dari petani atau resto yang membuang biji, bisa juga didapat dari tempat pengolahan sampah terpadu seperti yang dilakukan di Mexico. Biji alpukat yang dibuang akan dibersihkan dan dicuci hingga steril 100 persen, baru diolah menjadi bahan baku pembuatan sendok-garpu, palastik ramah lingkungan yang mudah didaurulang kembali. Mestinya, di banyak tempat pembuangan akhir sampah (TPA) bahan biji alpukat dapat diperoleh secara gampang. Lagi pula sekaligus mengamati secara langsung bahan lain yang dapat dijadikan sebagai bahan berguna diolah lagi, misalnya sebagai penganti bahan baku minyak.

Selama ini TPA di beberapa tempat belum dioptimalisasikan sebagai tempat yang dapat digunakan sebagai pengolah energi alternatif berguna. Rencana pembuatan PLTSa (Pusat Listrik Tenaga Sampah) yang digadang-gadang dapat berguna bagi penerang, toh maju-mundur hingga sekarang. Padahal gundukan sampah di TPA, selain mencemari lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit Ispa, juga menimbulkan bau tak berkesudahan. Pelbagai alasan pembangunan, tentu perhitungan untung-rugi, bila TPA dijadikan tempat energi listrik terbarukan, tampaknya belum sepenuhnya direalisir kapan akan dikerjakan.

Previous Berjibaku Menantang Angin Menghidupi Keluarga di Musim Pandemi Covid-19
Next Kembali ke Era 70-an Siapa takut?

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *