Tadinya Rihanna berkeyakinan kalau dirinya bakal sukses merilis album lagu-lagunya di studio Lokananta, ndek Solo. Lantaran dirinya memang asli kelahiran Barbados, dan bahasa indonesia-jawa, kagak fasih dan lancer, akhirnya urung dilakukan rekaman di ndeso pakdenya itu. Andai saja dirinya rekaman di negri pakdenya, belum tentu Rihanna bisa saja war-wer bersama gebetannya naik jet dari Barbados. Toh dia tidak nekat rekaman di lokananta, dan milih merekam lagu-lagu di negara pakdenya.
Sebagai musisi anyaran, Rihanna dianggap memiliki keberuntungan dibantu dewi fortuna, bukan lantaran pakdenya ikut cawe-cawe hingga albumnya terjual lebih dari 250 juta rekaman. Laris manis terjual habis di negri Amrika Serikat. Empat belas single nomor satu dan tiga puluh satu single Rihanna menduduki sepuluh besar di jejaring radio-tivi Britania Raya. Tidaklah mengherankan bila piagam penghargaan berjejer-jejer piala pengakuan dari Grammy Awards dua belas kali, njuk menerima dua belas Billboard Music Awards, dan enam penghargaan Guiness World Record. Horog
Bukan hanya itu, Forbes memasukkan nama Rihanna di sepuluh besar selebritas dengan bayaran tertinggi pada tahun 2012 dan 2014. Bahkan Time menobatkannya sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia dua kali (2012 dan 2018). Piye jhal. Apa maning karir music Rihanna dianggap sukses sebagai musisi diva kaliber dunia, lepas stang and bukan lantaran cawe-cawe pakdenya. Kesuksesan dirinya, ini yang pantas diacungi jempol, Rihanna dikenal lantaran keterlibatannya dalam misi kemanusiaan, sebagai wirausaha, dan industry mode.
Lahir di Saint Michael, Barbados, dan dibesarkan di Bridgetown, Rihanna nekat pindah ke Amerika Serikat. Entah kerna didampingi sang dewi fortuna, dirinya guabrusan dengan boss Def Jam Reocrdings. Perhatiannya terhadap karir Rihanna jelas membuatnya melesat berkarir sebagai musisi setelah merilis dua album studio pertamanya Music of The Sun, (2005) dan A Girl like Me (2006) yang keduanya terinspirasi oleh music Karibia. Itulah sebabnya, pada awalnya kala itu, menempati posisi kurang dari sepuluh besar di Billboard 200 AS
Mungkin saat itu, music Karibian yang dirillisnya tidak nancep di hati rakyat lantas Rihanna meluncurkan album ketiganya Good Girl Gone Bad (2007), memasukkan lebih banyak elemen dance-pop. Baru di album itulah lagu-lagu jadi rebutan dibeli ABG (anak baru bongsor) di mall-mall pinggiran dan tengah kota AS. Entah lantaran status Rihanna saat berhura-hura melansir album itu kelewat ngehot bingit, dirinya distempel sebagai pelantun music symbol seks dan tokoh utama di industry music. So what gitu lhoh, trus njuk kudu piye jhal?
Rihanna mah tetap anteng cuek-bebek mau dikatain apapun, persis seperti tetangga pakdenya di ndesonya. Mangkanya album “Umbrella” justru membuat Rihanna mendapatkan penghargaan Grammy Award pertama, sebagai Best Rap/Sung Collaboration.
Tuh’kan peoples talk apaan dicuekin, apalagi tentang debut lagu-lagu yang dirilis Rihanna mencampur-adukkan genre pop, dansa, dan R&B sekarep-karepnya. Di empat album studio berikutnya, Rihanna menggulirkan, Rate R (2009), Loud (2010), Talk That Talk (2011), dan album pemenang Grammy Award Unapologetic (2012). Namanya juga artis diva klas papan atas, kesuksesan grafik internasional Rihanna, Unapologetic menjadi nomor satu pertamanya di Amerika Serikat.
Album-album tersebut melahirkan serangkaian single yang menduduki puncak tangga lagu, termasuk “Rude Boy”, “Only Girl (In the World)” , “What’s My Name?” , “S&M”, “We Found Love” , “Diamonds” , dan “Stay“. Bisa jadi ntar ditahun 2024 dia akan merilis lagu-lagu maju tak gentar, versi rap Indojawa jelang coblosan direkam di Lokononto. Arep melu menyonyo pho piye? Gah
No Comment