Genre Art Deco Karya Seniman Patung Solo, Adakah?


Bila Anda seorang pemerhati gaya seni hias, berbagai bidang, jangan lupa perhatikan dengan seksama gaya yang ditempelkan dalam imaginasi seniman maupun arsitek sejak awal Perang Dunia I dan lumat sebelum Perang Dunia II, pasti mendapat pujian khalayak. Karya Anda terpengaruh gerakan seni dekoratif di pelbagai karya art deco bergulir sejak 1920 hingga 1939. Entah karyamu wujud imajinatif yang divisualisasikan lewat seni di bidang apapun, seperti eksterior, interior, mebel, patung, poster, perhiasan dan bahkan pakaian pun, orang menyebutnya Art Deco

Sebenarnya sih, boleh-boleh saja kalian menamai, gerakan karyamu dinamai art deco, tak jadi masalah. Apalagi memang, mahzab art deco yang dianut seni, sebenarnya memang merupakan gabungan gaya dan gerak awal abad ke-20. Perkara orang menyebutnya sebagai seni berlatar konstruksionisme, atau kubisme, modernism dan futurism, sah-sah saja mereka berceloteh sak-sake di jagad nirkabel alias internet.

Pernahkah Anda berpikir, melalui karya patung, hormon sexualitas makin menggebu ingin memandang karya seniman patung di Italia

“Kalian ingin menamakan seni yang kamu anut tergolong art deco, silahkan. Apapun karya kalian, entah fesyen, lukisan, grafis bahkan film sekalipun monggo kerso,” ujar pengamat seni lawasan, eddy je soe, berdebat melalui internet dengan seniman Italia, “kami mau membuat patung bertelanjang  dada, atau sedang melakukan making sex, divisualkan ke dalam bentuk patung, sah-sah saja. Hanya saja kalau di negara kami, itu wagu dan pornografi.”

Tampaknya, para penggiat art deco, terutama patung-patung cantik dan seni tatah kriya di pelbagai tempat, ingin menyebut karyanya sebagai seni berkelas. Entah kedalam kelas apakah karya para seniman-seniwati dapat direngkuh sebagai manifestasi art deco, tidak jadi masalah. Nah yang jadi persoalan, ketika art deco nama mahzab itu kini melambung popular pada 1920-an, banyak seniman-seniwati karyanya ingin dinamai sebagai penganut faham itu. Meskipun, diduga kuat, banyak Gerakan design memiliki akar kuat sebagai pembawa nuansa politik falsafati, istilah art deco menjadi mahsyur sebagai genre istilah seni anggun, fungsional dan ultra modern. Pening’kan!

Nah lantaran itulah kemudian art deco dianggap sebagai representasi modernitas dunia seni yang melambung cepat mengalahkan kecepatan petir di musim  hujan. Padahal, istila art deco, dalam dunia fashion di Amerika dan Eropa, tidak dikenal. Tergantikan dengan istilah modernistic atau 1925 Style. Meski kata art deco itu mencuat dari tahun 1925 di ruang konferensi l’Exposition Internationale des Arts Decoratifs Industriels et Modernes yang diadakan di Paris, Prancis. Cilakanya duni seni fashion, terutama para designer dan perancang mode kekinian, baru menyadari istilah art deco sebagai genre suka-suka penulis media massa. Sejak saat itulah istilah Art Deco, acap dinamai sebagai seni kekinian yang sedang ngehit dan popular dunia modern. Apalagi terminology itu acap dimunculkan pada beberapa artikel di media massa, hingga nama art deco jadi eksis.

Jules Dalou – La Fraternité des Peuples, 1883, karya mengagumkan dipajang di museum Italia

Art Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku “Art Deco” karangan Bevis Hillier di Amerika pada tahun 1969. Sejak itulah orang ramai-ramai menamain karya-karya mereka dalam publikasi sebagai karya art deco mutakhir. Dalam perjalanan modernitas, istilah art deco, pada dasarnya merupakan kisah pembaruan karya seni lawasan yang dipengaruhi pelbagai macam aliran modern, seperti kubisme, futurism dan konstruksivisme dari ide-ide kuno dari Mesir, Siria dan Persia. Coba perhatikan karya seni patung di tiga kota itu dan bandingkan dengan pematung di Italia, perbedaannya sangat mencolok. Tidak banyak ditemui, di negri Mesir, Siria dan Persia, patung-patung yang memperlihatkan aurat tubuh perempuan. Berbeda dengan patung karya seniman di Italia nyaris tubuh molek kaum Wanita di Ler terlihat nyata. Menarik dan sangat menawan. Lihatlah karya-karya mereka. Bukan lantaran karya para pemartung, dari luar terutama di Italia, yang berani mengeksplorasi imajinasi dan menghasilkan patung berdaya jual tinggi dan mahal, tetapi memang para seniman patung di Jogyakarta atau Solo jarang memajang karya buat pameran berskala internasional. Kalau pun ada pameran tunggal, tak banyak yang menaruh seni patung dan dapat diapresiasi penonton. “Bisa jadi lantaran buat pameran patung, memerlukan tempat yang representatif, dan warga masyarakat tertarik melihat dan ingin membelinya. Kalau hanya ingin meliha, jelas senimannya tekor buat berkreasi bikin patung. Jangan membandingkan dengan seniman patung luar negeri. Jangan pula membandingin di Itali. Tak nyampai duite. Jangankan buat patung, buat makan saja kadang kalang kabut.”

Meski Живопись seniwati perempuan dari Rusia menggelar karya di ruang pamer pinterest, toh banyak pula yang berkomentar, karya bagus

Meskipun Art Deco terlihat seperti ultra modern, menurut banyak pendapat, sebenarnya bisa ditelaah melewati karya-karya masalalu entah berupa seni arsitektur bangunan dengan ciri khas garis lengkung yang tegas seperti dalam liang penemuan kubur Raja Tut pada tahun 1920. Gaya tegas, warna-warna yang kuat dan fitur arsitektural membentuk zig-zag berada ke dalam obyek-obyek di dalam kubur, bisa saja ditafsirkan sebagai pencerahan arwah orang yang meninggal, yang sedang tidur panjang. Bila Anda ingin mencermati, bentuk ekposisi lihatlah di Paris, jelas menjadi momok bagi para seniman patung untuk menghasilkan karya-karya sepektakular menawan dan akan dikenang warga masyarakat. Bila bertumpu pada bentuk bangunan, pada tahun 1925 berbagai bangunan mengaplikasikan elemen – elemen yang menuju ke gaya Art Deco. Contohnya adalah Stasiun Kereta Api Eliel Saarinen di Helsinki, Finlandia 1904 – 1914  Dengan 4 figur raksasa, setiap figurnya memiliki Globe of Light atau bola lampu, yang sangat esensial bagi Art Deco. Sekali lagi tinggal sudut pandang kita melihatnya seperti apa genre Art Deco yang akan dikembangkan di kotamu. Yang jelas, blla Anda pernah melancong ke dalam keraton Jogyakarta atau di Kasunanan dan Mangkunegaran, jangan kaget kalau karya seniman dari luar negeri, entah dari Belanda atau negri lain, masih ada yang bercokol di dalam keraton.

Karya seniman perempuan Живопись dari Rusia menjadi daya tarik di media pinterest ditawarkan untuk dibeli

Previous Taylor Swift dan Travis Kelce Ingin Makan Tengkleng di Solo
Next Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Ngebelain Nyopir Truk Sampah

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *