Cabuk Rambak atau Cabuk Karak


Pemkot Solo Peduli dengan Kuliner Asli Daerah (courtesy humas pemkot)

Meski tak disertai ‘rambak’ –sejenis kerupuk terbuat kulit sapi– toh makanan asli yang satu ini di Solo dinamai Cabuk Rambak. Padahal sebagai makanan klangenan yang terbuat dari iris-irisan tipis ketupat disiram sangrean saus wijen dengan campuran kemiri and parutan klopo itu tak mareki –membuat kenyang. Toh sajian Cabuk Rambak di atas pincuk tetap diuber para pemburu kuliner, walau tanpa rambak and diganti dengan karak!

Makanan Khas Turun Temurun Cabuk Rambak

Entah bahan pembuat saus wijen yang dibakar sulit dicari atau lantaran regonya ndedel tak terbeli, makanan khas saksekarang sulit digoleki di Solo.  Padahal setiap ada keramaian Sekaten atau pertunjukan tombong ketoprak di alun-alun, pedagang Cabuk Rambak ndlidir menjajakan dagangannya.

Mereka, para penjual gendong Cabuk Rambak, kebanyakan datang dari ndeso Baki, sebelah tenggara batas kota Solo. Sebakul dagangan bila musim malem sekaten, hajat tahunan keraton, di alun-alun utara, dapat dipastikan ludes terbeli penikmat cabuk-rambak. Mbok Mariyem, 78 tahun, salah satu penjual cabuk-rambak, saat ditemui di ndesonya Baki, menuturkan kekawatirannya jenis makanan ini akan lenyap.

“Dhospundi denmas, lare-lare sakmeniko daharannya wonten restorang ingkang mboten wonten sadean cabuk rambak. Kulo pitados jajanan cabuk rambak mbenjang mboten wonten ingkang sadean,” tutur dia dengan suara pelo tak terdengar, Sabtu (5/8/2017)

Makanan Khas Solo Dipincuk Bikin Kangen

Kekawatiran mbah Mariyem, bisa jadi tanda-tanda perubahan jaman yang tidak mengenal kompromi. Bukan hanya teknologi lawas yang dilindas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, tetapi makananpun juga disantlap dengan jajanan khas londo seperti burger, spageti and steak.

Lihat saja di mall dan gerai makanan di pinggir jalan besar berderet-deret tersaji tempat makan cepat saji. Tak satupun penjual cabuk rambak yang ndeprok di samping gerai makan modern itu. Tak juga di sepotong ruas jalan di Nonongan yang dipenuh-sesaki para penjual nasi liwet, tak jua terlihat penjual cabuk rambak.

Kalau pun ada, kadang-kolo, para penjual cabuk rambak itu mampir di seputar selasar pasar Triwindu atau acap di depan taman Sriwedari saat CFD (car free day) berlangsung hari minggu. Tentu bagi penggemar makanan cabuk rambak, keberadaannya membuat lego. Paling kurang, kalau ngepasi pingin maem cabuk rambak datang saja ke CFD sembari mloka-mlaku ngemong cucu.

Bila pengemar fanatik maeman klangenan ingin lesehan di warung yang khusus menyajikan makanan cabuk rambak, bisa juga bertandang di samping perempatan jalan Kawatan, sebelah selatan persis. Selain makanan cabuk rambak, juga tersaji minuman wedang ronde dan teh nasgithel (panas, legi tur kentel) khas unjukan priyayi Oslo, ech kliru Solo. (Budi Rahayu/Eddy Je Soe) 

 

Previous Menjepret Pantat Truk, Kutunggu Jandamu
Next Selena Gomez Bikin Gemez

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *