Tak banyak seniman patung, dengan bahan baku lilin di Solo dan bahkan di Indonesia memproduksi karya seni memukau. Entah apa yang menjadi pertimbangan para seniman patung itu, ogah membuat karya dari bahan baku lilin. Padahal, ceruk pasar di dalam dunia bisnis patung lilin tak bisa dibilang kecil. Apalagi bahan baku dan pembuatannya pun tak serumit bila pematung membuat dari kayu. Lihat saja, di negara lain yang memiliki koleksi karya seniman kaliber sejagat, tentu pemerintah dan curator seni menyimpan karya seni lilin.
Lihat saja museum Madame Tussauds di Hongkong dan cabang di sejumlah Negara lain seperti di London, New York dan Sidney, pendatang yang ingin melihat “photocophy” tubuhnya sangat takjub. Cilakanya di negeri ini para seniman patung belum berpikir menekuni bisnis membuat patung lilin. Konon kabarnya, bahan baku lilin sangat mahal dan susah diperoleh. Ach mosok sih.
Kontributor Sarklewer di Moscow, Nicole Sacarovic, menampik alasan sulitnya bahan baku pembuat patung dari lilin. Menurut dia, alasan yang dicari-cari para seniman patung yang tidak mau ngrekoso. “Padahal apa susahnya mencari bahan baku dari lilin. Di Solo atau Jogya tidak mungkin tidak ada bahan baku dari lilin. Kalau tidak ada, mana mungkin gereja-gereja terdapat lilin gede-gede. Itu sih alasan aja para seniman patung. Pemalas,” ujar dia, “kalau mau pasti ada jalan.”
Menurut Nicole, mencari bahan baku lilin untuk membuat patung tidak sesulit mencari bahan dari kayu. Apalagi bahan baku patung dari kayu berkwalitas sulit diperoleh. Tentu, ujar dia menambahkan, akibat lainnya, kalau terus-terusan membuat patung hanya bertumpu dari bahan kayu, lama-lama hutannya akan lenyap. “Berbeda dengan bahan baku dari lilin.”
Lebih lanjut Nicole mencontohkan, pembuatan patung dari bahan baku lilin selain mudah cara pembuatannya juga praktis dan bisa persis seperti obyek yang akan dijadikan patung. Di London, misalnya, ujar Nicole menambahkan, bukan hanya patung para slebritis yang dibuat para seniman patung, tetapi telah mengilhami pebisnis berdagang patung dari lilin untuk keperluan dunia pendidikan.
“Hanya saja, bahan baku lilin yang digunakan buat patung anatomi tubuh memang bukan sembarangan. Tidak mudah retak dan patah bila disimpan. Hasilnya pun acapkali membuat kita tercengang,” katanya sembari menambahkan, “coba saja baca tulisan di BBC, Fiona Macdonald sangat inspiratif.”
Menurut Fiona, patung yang terbuat dari bahan baku lilin bisa memberikan nuansa berbeda ketika kita melihatnya secara langsung. Apalagi patung-patung lilin anatomi tubuh manusia yang hanya disaksikan murid-murid sekolah dan mahasiswa di perguruan tinggi dibuat seperti aslinya. Joanna Ebenstein, salah satu pendiri Museum Anatomi Morbid di New York, dalam bukunya Anatomical Venusreveals menggambarkan patung lilin bisa saja membuat orang lain merasa tidak nyaman lantaran terprovokasi hasil seniman patung lilin.
“Bagaimana kita tidak sampai merasa jijik melihat sebuah janin mungil, kakinya menendang ke luar dari Rahim, dengan usus menumpuk di samping sosok tak bernyawa,” ujar dia, “tubuhnya kembali berbalut benang mutiara di leher sampai ke perutnya.”
Buku The Anatomical Verusreveals jelas membuat pembaca merasa tidak nyaman melihatnya, tetapi itulah reaksi awal ketika kita melihat dengan kasat mata sosok bayi yang baru lahir dibuat dari patung lilin. Dari buku itulah ruang bagi dunia pendidikan diajarkan melalui sebuah karya seni patung lilin hingga kini masih tersimpan di dalam kotak kaca sejarah kedokteran Meduni Vienna, Wina, Austria. So jadi ayo kita ramai-ramai membuat patung lilin di Solo (eddy j soetopo)
No Comment