Setidaknya, bagi para pendaki, tak akan melewatkan perjalannya plesir ke Bromo meski pernah mendaki ke beberapa gunung di daratan pulau Jawa. Selain mudah dijangkau dan tidak membuat deg-degan saat mendaki, plesir ke Gunung Bromo tentu menjadi acara rutin liburan tutup tahun.
Tidak hanya turis domistik yang menyukai gunung di Jawa Timur dan wira-wiri menikmati keindahan alam dari puncak sembari melihat kaldera kawah, tetapi juga turis wong bule acap terlihat di Bromo.
Selain kawasan gunung Bromo mudah dijangkau dari Malang, Pasuruan dan Probolinggo, berbagai tempat penginapan maupun sarana penunjang wisata lain seperti kendaraan jeep dan motor trail tersedia dengan tarif relatif terjangkau.
Tampaknya bisnis wisata melihat sunrise dari atap gunung Bromo telah dikomersialkan warga setempat. Larangan membawa kendaraan, terutama mobil pribadi, dilarang memasuki kawasan area wisata Taman Nasional Bromo. Para pelancong yang akan memasuki kawasan Bromo diwajibkan menyewa Jeep dan motor trail.
“Agak aneh memang aturan seperti itu. Tapi karena salah satu sumber mata pencarian penduduk setempat mereka peroleh dari hasil persewaan alat transportasi wisata, kita terus mau apa?” ujar Rudy ‘Anton’ Hartono, jurnalis harian Surya, Surabaya.
Meski demikian, tempat wisata plesir Gunung Bromo tak kendat disatroni para pengemar wisata ngadem ke gunung. Bila Anda ingin melancong ke Bromo, bisa saja lewat dari Cemara Lawang Probolinggo, melalui Wonokitri Pasuruan atau lewat Malang.
Bila ingin melalui desa Wonokitri, Pasuruan, jarak tempuh menuju Gunung Bromo hanya sekitar 2-3 jam dari Surabaya. Di desa inilah tempat penginapan dikelola langsung warga setempat. Menurut informasi yang diperoleh, tidak ada investor yang diperbolehkan membeli tanah desa Wonokitri.
“Apalagi buat mendirikan bangunan hotel berbintang. Semua dikelola warga,” ujar Anton, “alhasil penduduk jadi pemilik gunung yang membuat kehidupan rakyat desa semakin makmur. Mereka bisa menyewakan penginapan dengan harga bervariatif mulai Rp.50.000-Rp.200.000 per malam.”
Selain penginapan, ujar Anton menambahkan, penduduk Wonokitri juga menyewakan kendaraan seperti Jeep yang stanbay 24 jam. “Harga menyewa Jeep lumayan mahal sekali trip dibandrol Rp.550.000. Tetapi bisa diisi 6-7 orang.”
Bagi Anda yang tertarik mendengarkan desau pasir berbisik dan dinginnya cuaca di Gunung Bromo, tak ada salahnya menjadualkannya. Jangan takut harga tiket mloka-mlaku masuk ke kawasan wisata dibandrol Rp.32.000 per orang buat wisatawan domistik, plus ditarik uang parkir Jeep Rp.10.000. Sedang buat wisatawan mancanegara, jangan kaget bila mereka dikenai tiket masuk Rp.275.000.
Nguber Srengenge
Bila Anda ingin memburu njedulnya srengege alias sunrise dari desa Wonokitri, bangunlah pagi-pagi buta, sebab pukul 02.30 Wib rombongan Jeep telah mengantri di depan tiket box Taman Nasional Gunung Bromo. Perjalanan menuju Penanjakan 2 atau terkenal dengan nama Love Hills perlu waktu 15-20 menit. Selain jalan menanjak dan sempit, juga antrian Jeep yang menyemut membawa wisatawan ingin ngeliat Srengege Njedul. Kalau kagak mau terbit lantaran hujan itu namanya lagi apes. Sila berburu matahari di Bromo.
Kalaupun lagi apes kagak bisa ngelihat matahari terbit, setidaknya pesona pasir berbisik dalam perjalanan naek kuda di hamparan padang savana Gunung Bromo pernah dijadikan kenangan. Paling kurang hembusan angin dan desau pasir itu yang membisikkan sendau-gurau alam menjadi saksi berpetualang naik jaran atau Jeep di obyek wisata Gunung Bromo (larasaty/eddy j soe)
No Comment