Andai saja, sutradara Indonesia dan para lulusan sineas sekolah perfilman satu-satunya di Indonesia nyang ngejogrok di Taman Ismail Marzuki sakti dan sekaliber sutradara American Sniper, tentu dia akan berpikir membuat film penembakan Trisakti dan Semanggi. Lantaran para sutradara, yang juga kebetulan dulu belum lahir sewaktu huru-hara 98, mereka bisa ngeles, “Gwe pan blon lahir. Jadi yach ndak tahu kalau sniper berkeliaran and matiin mahasiswa Trisakti dan aktivis di bawah kolong jembatan Semanggi.”
Sumpe loe, alasan seperti enthu jelas tak masuk akal. Sebab, yang namanya sutradara, seharusnya telah memiliki instink dan imajinasi “liar” ketika berusaha menggali siluet dalam perjalanan sejarah masa lalu. “Lha buktinya, sutradara film Janur Kunig, ndak ngerti sejarah dan fakta sebenarnya bisa membuat film,” jare mBokmase Sroepijah mengamat film lawasan berlasan. “Kenapa Client Eastwood bisa membuat film American Sniper. Padahal dia ndak pernah berada di belantara hujan pelor sewaktu Amrik menginvasi Irak.”
Lantaran mBokmase Sroepijah salah satu penggemar pilm (baca: termasuk pilm biru) tentu dia sangat menikmati betul pilm DVD bajakan American Sniper. Seperti kebiasaan jaman lawas, sehabis nonton pilm “Letnan Soeboer” (baca: pilm juadul benul) dia mesti ngajak diskusi ech bantah-berbantah panjang-lebar dengan sohibnya, Dheglenk.
“Dhe Deglenk, tak pikir-pikir, apa bagus-bagusnya pilm American Sniper sampai rakyat Amrik ketagihan nonton pilm dhar-dher-dhor penembak jitu Bradley Cooper yang memerankan penembak jitu Navy SEALS AS, Chris Kyle, nyang matiin 160 warga di Irak,” katanya. “Pilm seperti enthu’kan namanya provokatif betul. Jelas tergambar orang sedang mloka-mlaku sama anaknya juga di dhor. enthu tontonan moral seperti apa yang ingin ditiru.”
Mbokmse Sroepijah memang agak jengkel 1001 prosen lantaran dia dengar dari Nicole anaknya ndek Moscow, kalau American Sniper bakalan tak laku diputer di Leningrat. Meski dikabarkan memperoleh nominasi enam Oscar 2015. “Jelas kalau orang yang tak beragama pun menolak pemutaran pilm American Sniper, mosok ndek negoro yang katanya beragama segedhe gajah abuh perlu nonton enthu.”
Sambil ndomblong and plonga-plonggo (baca: dhar bosho apaan tuh) Dheglenk Cuma bisa ndengerin cangkemnya mBokmase Sroepijah mecuca-mecucu tanpa henti ngeludah dubang (baca: sehabis mengunyah sirih dan tembakau) bercerita soal ketidaksukaan film American Sniper. “Mbokmase, lha Bradley Cooper’kan aktor peng-pengan and jelas penerima nominasi Academy Awards. Mosok maennya juelek. Ndak mungkin sangat sekali ndong.”
Kalau maennya juelek, tentu ndek Amrik tidak merajai pemuteran pilm alais jadi box opis. Kata teman gwe, ujar Dheglenk menambahin, keuntungan $250 juta. And termasuk memperoleh enam nominasi Oscar sebagai kategori film terbaik.
“Jadi apanya yang harus diributin tho mbokmase? Film and karya sineas, bukan diobok-obok campurin dengan politik. Mosok situ ndak tahu kalau pilm Janur Kuning juga seperti enthu tabiatnya. Perkara Amrik menomorsatukan penembak jitunya, ndak masalah. Kalau brani situ ngomong sama Nicole, mau ndak jadi sutradara penembakan Trisakti and Semanggi. Ntar tak golekkan inpestor and pemilik duit. Kalau ndak bisa tak jalukin pak kresiden. Kalau dia pro aktivis mahasiswa penegak demokrasi and buahnya krusi presiden dia duduki enthu, piye.”
Dhe Dheglenk, kata mBokmase Sroepijah sambil mencak-mencak, penggambaran enthu yang tidak pas. Ancaman kekerasan yang disebabkan oleh penggambaran muslim di film enthulah menjadi awal kecongkakan Amerika melindas warga mulim di Irak. “Saya setuju dengan Komite Antidiskriminasi Arab-Amerika yang merasakan anggotanya menjadi sasaran ancaman kekerasan yang disebabkan penggambaran film American Sniper.”
Seperti diduga sebelumnya keuntungan film American Sniper mengalahkan film konser “Hanna Montana –Miley Cyrus: The Best of Both World Concert Tour” tahun 2008 yang diputar bersamaan dengan penyelenggaraan Super Bowl dan meraih 31,1 juta dolar. “Mau nonton? Jadi tetap mau nonton di gedung bioskup? Dhe Dheglenk, biar Nicole tak suruh pulang aja dari Moscow, ntar tak bayarin, piye gelem ndak situ?” (eddy je soe)
No Comment