Jangan Abaikan Nyeri Sendi, Bisajadi Anda Sedang Diterjang Lupus


Jangan abaikan nyeri sendi pada tubuh, siapa tahu Anda mengidap Lupus

Jangan abaikan rasa nyeri pada sendi atau ruam pada kulit dan sensitif ketika sinar matahari menghajar berlebihan tubuhmu. Karena hal itu merupakan salah satu ciri penyakit lupus. Systemic lupus erythematosus (SLE/LES) atau lebih dikenal sebagai penyakit lupus, sebenarnya suatu kondisi penyakit auto-imun yang menyebabkan sistem imunitas tubuh menyerang jaringan organ tubuh sendiri. Bisa saja terjadi autoimun itu justru tidak berfungsi dan malah melemahkan sistem tubuh dan kemudian menghajar ginjal, sendi, kulit, saraf otak, organ saluran pencernaan, paru, jantung, bahkan bisa sampai kelainan jiwa (psikosis).

Tidak seperti penderita penyakit HIV/AIDS yang kehilangan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV, Lupus bukan disebabkan oleh virus dari luar, tetapi sistem kekebalan tubuh atau antibodi yang mestinya melindungi dan menjaga imunitas, sebaliknya justru hiperaktif dan balik menyerang organ tubuh. Penyebab penyakit Lupus, hingga kini memang belum diketahui secara pasti, namun diyakini disebabkan kombinasi berbagai faktor seperti genetik, hormon, infeksi dan lingkungan. Faktor lingkungan contohnya infeksi, antibiotik, sinar matahari, stres, dan beberapa jenis obat, dan virus diduga menjadi salah satu penyebab kemunculan autoimunitas. Selain itu, karena penyakit ini lebih sering diderita wanita. Bahkan peneliti juga yakin faktor hormonal dapat mempengaruhi stimulasi pembentukan penyakit ini.

Pelbagai obat mutakir diproduksi massal sejak awal pandemi covid-19

Jangan kawatir, penderita Lups, bukan merupakan sebagai penyakit bawaan keturunan keluarga. Hingga kini, tingkat prevalensi penderita lupus akibat faktor genetik hanya mencapai kurang dari 10 persen yang yakin lantaran yang disebabkan faktor keturunan. Cilakanya penyakit yang dijuluki Peniru Ulung, lantaran acap menyerupai penyakit lain, biasa menyerang wanita produktif dan penderitanya disebut Odapus. Meski demikian, lupus dapat mengenai siapa saja, baik pria maupun wanita, walaupun wanita muda di usia produktiflah yang paling banyak menderita penyakit ini.

 Sebagian peneliti percaya, hormon sex wanita, yaitu estrogen, yang mempengaruhi sistem imunitas tubuh membuat wanita jadi lebih rentan terhadap terbentuknya Lupus. Saat ini terdapat lebih dari 5.000.000 penderita di berbagai belahan dunia, dengan peningkatan 100.000 kasus baru tiap tahunnya. 90% diderita oleh wanita aktif usia produktif 15-45 tahun. Lupus sebenarnya telah dikenal lebih kurang seabad lalu. Kala itu, penyakit itu diduga akibat gigitan anjing hutan. Dugaan itulah yang menyebabkan penyakit ini kemudian disebut lupus yang berarti anjing hutan dalam bahasa Latin. Dalam perkembangan selanjutnya, lupus menyebar ke seluruh organ di dalam tubuh. Maka muncullah sebutan SLE/LES itu.

Ada tiga jenis lupus, yaitu Lupus Eritematosus Sistemik (LES/SLE), Lupus Diskoid, dan Lupus Obat. Lupus obat, timbul akibat efek samping obat akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Lupus diskoid adalah lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit. Sedang LES dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-Jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.

Penderita Lupus parah semakin meningkat dan menerjang kaum perempuan Courtesy credit photo Claire Bangser via Getty Images

Dari ketiga jenis penyakit lupus itu, lupus diskoid yang paling sering menyerang. Namun, Lupus Eritematosus Sistemik (LES) selalu lebih berat dibandingkan dengan lupus diskoid, dan dapat menyerang organ atau sistem tubuh. Pada beberapa orang, cuma kulit dan persendian yang diserang. Meskipun begitu, pada orang lain bisa merusak persendian, paru-paru, ginjal, darah, organ atau jaringan lain. Sedangkan lupus akibat pemakaian obat umumnya berkaitan dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur). Hanya saja, cuma 4 persen dari orang yang mengkonsumsi obat-obat itu yang bakal membentuk antibodi penyebab lupus. Dari 4 persen itu pun sedikit sekali yang kemudian menderita lupus.

Tidak semua penderita lupus sensitif terhadap sinar matahari, meski demikian mereka dianjurkan menghindari paparan sinar matahari secara langsung untuk waktu lama karena kekambuhan penyakit sering terjadi setelah terpapar sinar ultraviolet. Karena itulah, penderita lupus dianjurkan keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00. Dan saat bepergian, penderita memakai sun block atau sun screen (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) pada bagian kulit yang akan terpapar.

Nocktah kupu pada wajah ayu lebih banyak menyerang kaum perempuan (Courtesy photographer from stutterstock via Kompas.com)

Gejala yang muncul pada penderita lupus, bermacam-macam, tergantung sistem tubuh yang terkena lupus. Namun, gejala umumnya adalah demam, rasa lelah berkepanjangan, rambut rontok, dan pegal-pegal otot. Ciri-ciri yang mencolok, adalah perubahan pada fisik penderita lupus. Ruam-ruam merah pada wajah yang menyerupai bentuk kupu-kupu, lemas, dan kerontokan rambut merupakan ciri yang paling sering terjadi pada penderita lupus. Gejala dan kondisi klinis penyakit ini bervariasi dari yang ringan sampai dengan berat. Selain itu penyakit ini bersifat jangka panjang (kronis), bisa ada episode/masa kambuhan (flare)

Untuk mendiagnosis penyakit ini dengan pasti, diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa antibodi yang muncul ketika lupus sedang aktif. Ada dua kategori obat yang dapat digunakan dalam pengobatan lupus, yaitu golongan kortikosteroid dan golongan selain kortikosteroid. Golongan kortikosteroid merupakan obat utama penyakit lupus. Untuk kelainan kulit diberikan dalam bentuk topikal (salep, krem, atau cairan). Untuk lupus ringan digunakan kortikosteroid dalam bentuk tablet dosis rendah. Bila lupus sudah dalam kondisi berat, digunakan kortikosteroid dalam bentuk tablet atau suntikan dosis tinggi.

Obat golongan selain kortikosteroid biasanya merupakan pelengkap obat kortikosteroid. Di antara obat golongan ini adalah antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengatasi keluhan nyeri dan bengkak sendi; obat antimalaria (kloroquin/resochin, dihidroksi kloroquin/plaquenil) untuk mengatasi gejala penyakit pada kulit, rambut, nyeri otot dan sendi. Bahkan bagi odapus dengan gejala ringan obat imunosupresif macam siklofostamid untuk kondisi yang disertai gangguan ginjal, azatioprin sebagai obat pendamping kortikosteroid. Saat ini, harapan hidup para penderita lupus sudah semakin baik. Apalagi, telah ditemukan obat jenis baru Lymphostat-B dan telah diperkenalkan dalam kongres internasional lupus di New York, beberapa waktu lalu. Setidaknya temuan obat baru ini dapat memulihkan aktivitas para otda auto-imun menjadi normal kembali. (nicole/eddy je soe/berbagai sumber)

 

Previous Blusukan ke Rumah Uwak di Sangiran Jangan Naik Andong
Next Diantara Lesbi Kota Solo & Jogya Ingin diakui menikah Resmi

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *