Diantara Lesbi Kota Solo & Jogya Ingin diakui menikah Resmi


Diantara kaum Lesbi di musim pandemi ingin dinikahkan secara resmi (courtesy credit photo Ist)

Berbahagialah kaum Lines alias Lesbi semakin berani tampil blak-blakan dan dibicarakan di negeri ini. Keberadaan mereka bukan lagi di jagad dunia maya, tapi semakin nekat dan tak lagi canggung menunjukkan kemesraan di depan khalayak ramai. Bukan hanya di kota-kota besar negri maju kaum pasangan Lesbian atawa Lesbi boleh saja berdaulat tak diganggu, tetapi coba lihatlah di komunitas Colein (community Lesbi Independen) beranggotakan anggota lines di Solo dan Njogyo, mereka mengaku tetap bergembira ria, di masa pandemi. Kenapa mereka memilih berpasangan antarsesama jenis Wanita, tak banyak dibicarakan.

“Saru diumbar kalau kami berdampingan sampai menikah.” Menikah? Hah, emang Lembaga keagamaan mau mencatatkan pasangan sesama kaum perempuan alias Wanita memadu biduk rumah tangga. Njuk trus bagaimana kehidupan pasangan lesbi di kota Solo, hingga tak banyak diungkap. Saru, kata beberapa wartawati kota begawan pada jurnalis sarklewer.com saat diminta bercerita tentang itu. Paling bamter mereka hanya bisa bisik-bisik ngomongin mereka para Lines mania di kota bengawan. “Yach ndak mungkinlah Lembaga keagamaan mensyahkan perkawinan sesame jenis dicatatkan dalam aturan perundangan perkawinan,” kata mereka, “tapi coba lihat itu orang yang duduk berdua begitu mesra berangkulan di sudut caffe shop.”

Bukan hanya daya tarik fisik keindahan mata biru, kaum perempuan spanyol pun lebih nikmat hidup antar komunitas lesbi (courtesy pic ist)

Jangan kaget, bila para Lesbiner memiliki wadah media antar mereka di jagad maya. Jangan pula heran bila kaum lesbiner itu acap menutup rapat jatidiri mereka masing-masing saat bicara pengalaman berpasangan antarlines alias lesbi dan membandingkan dengan pasangan saat memiliki pasangan beda jenis. “Ini bukan persoalan gender lho yach. Jangan ditulis kalau kami juga sering kelon dan saling membahagiakan satu-sama lain. Tentu kepuasan sexual juga beda dong,” kata Rachael yang ditemui di contributor di US dan Rusia. “Jelas, muncrat juga. Kan ada alat buat muncratin hasrat.” Persoalannya, bila ingin membandingkan kehidupan kaum lesbi di negara-negara maju dengan kota besar di negeri mbahmu, tepat di jantung kota budaya, jelas berbeda. Mana mungkin para lesbiner penggemar hidup lajang sesama kaum perempuan itu terus terang blak-blakan menunjukkan jatidirinya. Paling banter rangkulan di tempat-tempat umum, atau bila ngandeng cowok, meski berdampingan dengan ceweknya

Lantas apa yang dicari kaum lesbi? Nggo jawab pertanyaan tadi, tim jurnalis sarklewer.com menelusuri beberapa anggota komunitas lesbian di kota Solo dan Jogya. Jebulnya, kaum lesbi mempunyai jaringan kuat dan terorganisir sekaligus terhubung dengan jejaring lesbi di kota lain. “Kami punya wadah sendiri dan punya jaringan di beberapa kota lain. Kami terhubung dengan jaringan komunitas LBT (Lesbian, Bisexual dan Transgender) yang consern terhadap masalah sosial dan tindak kekerasan terhadap kaum lesbi Solo,” ujar komandan Lesbi Solo, Reinbow tahun lalu.

Menurut Reinbow, komunitas LBT Solo ngadeg exsis sejak 8 Maret 2009 mengaku memiliki anggota seratusan kaum LBT. Meski begitu, ujar Reinbow serius, komunitas itu tidak memiliki ikatan, sehingga jumlah anggota tidak bisa ditebak jumlah pastinya. Kebanyakan mereka takut ketahuan identitas jati dirinya. “Sebenarnya komunitas ini tak bergitu masalah jika terekspose, tapi kita hanya membatasi saja karena ini menyangkut keamanan kita semua juga,” kata dia, “inginnya sih ndak ada persoalan. wong awak-awakku sendiri. Ngapain eLoe ribut. Manu nikah sesama kewk atau kagak itu’kan urusan kita. Lebih nyaman kalau kami diakui menikah antarkami, kan lebih asyik gak ribut mlulu.”

Pengalaman disakiti lelaki berpoligami, tak jarang kaum lesbi ingin menikah sendiri (courtesy pic rbth)

Komunitas yang selalu ngumpul nomaden ini memang tak begitu cetar seperti komunitas umumnya, namun jangan heran bila jaringan yang dibentuk oleh Komunitas LBT ini sampai tingkat nasional. “Komunitas LBT ini dibentuk untuk mewadahi kaum leasbian, bisexual dan transgender yang mengalami kekerasa baik fisik atau psikis dari anggota keluarga dan linkungan,” katanya serius. Jarene, banyak kaum lesbian yang mengalami kekerasan dan diskriminasi adalah lesbian yang berperan sebagai priyawan. Priyawan sendiri, ujar Reinbow menambahkan, diartikan sebagai pria yang berada di dalam tubuh perempuan, sehingga wanita mengubah penambilan dan dirinya layaknya seorang pria. Persoalannya penyamaran seperti itu, biar kagak kelihatan bener-bener dia lesbi, acap malah bikin jengkel orang yang ngelihatnya. Apalagi kalau rekan perempuan yang diajak ngedate itu klepas-klepus ngerokok dan nenggak minuman beralkohol kan serem bingit. Mayoritas, kelompok itu berpegang pada, siapa eloe berani-braninya ngelarang gwe berintim-intim dengan gebetan gwe. Matex kagak kalau udah seperti itu. Namanya juga hak azasi manusia, musti dong wajib dihormati.

“Jane bingung kalau harus menjawab apa yang dicari dari komunitas lesbian, tapi disni sama seperti apa yang diingkan semua orang, semuanya memiliki tujuan dan tujuan kami disini ingin diterima di masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat. Jadi lesbian itu bukan pilihan tapi naluri,” imbuh Reinbow. Menurut cewek yang berpenambilan maskulin itu, kondone menjadi seorang lesbian tak semata-mata karena naluri yang dibawanya sejak lair. Nangging jadi lesbian itu juga bisa karena keadaaan dan tuntutan. “Contonya, cewek yang sakit hati karena cowok bisa saja dia berubah lesbian, atau kalau ndak gitu karena lingkungan kesehariannya,” katanya

Ia juga mengamini, jika para komunitas lesbian di Solo banyak juga yang belum bergabung dengan Komunitas LBT , mereka lebih cenderung tertutup dan berbaur dengan orang normal lainya. Selain itu, lesbian yang independent alias berdiri sendiri ini lebih riskan terkena diskriminasi dan kekerasan social. “Kita sih menghimbau kepada para lesbian buat bergabung dengan kita (Komunitas LBT.red). Di sini bakal membantu mereka lebih tegar dalam menghadapi status dirinya di masyarakat, selain itu kita juga melindungi mereka dari kekerasan yang dialaminya,” beber Reinbow

Kaum lesbi itu acap distigma negative sebagai warga masyarakat aneh (credit photo eddy j soe)

Jagad Komunitas Coleinz

Eh iyo, tak semua kaum lesbian ikut dalam satu komunitas. Banyak juga mereka yang berdiri sendiri alias independent. Kaum lesbian independent biasanya tak mau menunjukkan jati diri aslinya kepada semua orang. Kebanyakan mereka takut dengan judge orang-orang terhadap dirinya. Maka mereka lebih memilih diam dan menyembunyikan identitasnya.

Seperti yang dialami lesbian asal Solo, sebut saja dia Oieyik. Menurut Oieyik, dirinya memilih tak masuk dalam komunitas lesbi karena ingin berbaur dengan orang taknormal secara alami. Menurut Oieyik, dirinya tertarik dengan sesama wanita sejak kecil. Ketika Oieyik menyadari dirinya telah terkategori sebagai lesbi, ia pun tak berani mengatakan pada teman-teman sebayanya. “Ya jelas saja ndak berani to bilang kalau gwe lesbi. Tapi akhirnya waktu aku lulus kuliah teman-teman aku tau dengan sendirinya karena aku sering pasang status dan PP (profil picture.red) sama cewek, baru teman-teman bertanya kepadaku dan aku menjawab sejujurnya,” Curcol Oieyiek tahun lalu

Setelah teman-temannya mengetahui jika dirinya lesbi, cewek berpenampilan tomboy ini ngaku kalau pernah dijauhi teman dekatnya lantaran dibilang tidak bisa menerima keadaan. Ning, Oieyiek pun tak putus asa. Ia menyadari kekurangaanya dan menganggap tanggapan temennya itu sebagai hal yang wajar. Menurut cewek tomboy berusia 26 tahun ini ngaku, jika dirinya sejak kecil memang diajarkan bersikap layaknya lelaki oleh kedua orang tuanya. Soale, orang tuanya pengen anak cowok tapi ndak keturutan. “ Aku suka sama cewek sebenarnya sejak kecil, tapi kalau dari kecil aku bilang suka sama cewek yo mustahil. Soalnya anak kecil belum tau apa-apa. Tapi sejak itulah aku merasakan ketertarikan dengan cewek,” Curcol Oieyik lagi.

Kalian mau ngomong apa tentang diri gwe, kagak ngaruh, urus kehidupan rumahtangga kalian (credit photo Ist)

Ditanya lebih lanjut soal pilihannya menjadi lesbian, Oieyik mengatakan jika sikap lesbian bukan merupakan pilihan tapi sudah naluri yang ia bawa sejak lahir. “Opo meneh, dirinya lebih tertarik pada cewek cantik dan keibuan. Tur yo dirinya merasakan lebih greget dan nyaman daripada sama cowok tulen. Ndak greng.” (tim indepth)

 

kle

Previous Jangan Abaikan Nyeri Sendi, Bisajadi Anda Sedang Diterjang Lupus
Next Si Sexy Alessandra Corine Ambrosio Honornya Bikin Iri

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *