Waspadai Botulisme Penyebab Kematian


Rcun bakteri paling mematikan dan sangat berbahaya (courtesy pic Ist)

Sembilan orang di San Diego baru-baru ini gempar lantaran penyakit langka akibat jarum suntik yang dipakai pemadat heroin jenis tar hitam. Bidang medis menyebut sebagai penyakit luka botulisme yang sering menerjang pemadat heroin tar hitam, meninggal dunia akibat jarum suntik. Celakanya, menurut penelusuran tim peneliti dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), jenis tar hitam heroin ini, sebelumnya, di beberapa negara, acap digunakan sebagai alternatif penahan rasa sakit saat menjalani operasi.

Meski para tenaga medis maupun paramedis, mengetahui dengan pasti resikonya, mereka dihadapkan pada dua pilihan dilematis ketika pasien akan menjalani pembedahan di ruang operasi. Agaknya mereka lupa bila di dalam ruang operasi terkadang tak steril dan terbebas dari pelbagai kuman, seperti bakteri bahkan virus yang tak kasat mata biasa. Padahal melakukan penyuntikan penahan rasa sakit bisa jadi dapat mengakibatkan infeksi dan berakibat fatal. Meskipun luka bekas jarum suntik tidak menimbulkan luka yang menganga.

Di beberapa negara, terutama di dunia ketiga seperti Afrika dan Asia Tengah, yang tidak memiliki peralatan medis dan sterilitas ruang bedah operasi, cukup membuat cemas WHO (world health organization) dan kawatir terjadi penyebaran bakteri Clostridium botolinum. Sosialisasi besar-besaran bahaya botolinum sebagai biang kerok penyebab kematian pasien bila tidak diwaspadai secara serius menjadi fokus utama tahun 2019-2020. Bahkan WHO sedang gencar menggalakkan tindakan preventif agar penggunaan jarum suntik terhadap pasien penderita botulinum bekas harus segera dimusnahkan.

Lantaran masih banyak rumah sakit yang sembarangan membuang bekas jarum suntik bekas dipakai menginjeksi pasien botulinum. Bisa saja terjadi, jarum suntik bekas, bila tidak segera dimusnahkan dalam incinerator dikawatirkan memperpanjang siklus hidup bakteri Clostridium bololinum. Tidak ada cara lain, selain memusnahkan jarum suntik bekas pakai, apalagi dipakai pengguna heroin sebagai penahan rasa sakit saat akan menjalani operasi di ruang bedah, harus steril.

Clostridium botulinum, bakteri penyebar toksin penyebab kematian (courtesy medicairf.com)

Meski luka akibat jarum suntik sangat kecil bisa jadi ditengarai telah terkontaminasi bakteri botulisme ketika Clostridium botulinum telah masuk ke dalam luka dan menyebarkan racun lewat jarum suntik. Toksin botolisme, menurut hasil penelitian CDC, dengan cepat menyerang saraf tubuh menyebabkan sulit bernapas, lumpuh otot, dan berakibat pada kematian. Bakteri menyebalkan ini memang acap disepelekan keberadaannya. Padahal sewaktu-waktu dapat menyerang ke sistem pernafasan dan pencernaan lantaran memproduksi senyawa botulinum yang mematikan.

Di Amerika Serikat, lebih dari 200-an penderita didiagnosis mengidap penyakit botolinum setiap tahunnya. Di San Diego bahkan, dilaporkan setiap minggu rumah sakit menerima pasien akibat terserang bakteri ini.  Memang kondisi seperti itu, menurut laporan CDC, dianggap tidak memiliki dampak menakutkan. Padahal pada tahun 2017, pejabat di dinas kesehatan San Diego menemukan dua orang yang ditengarai mengidap luka botulisme dalam satu minggu. Saking kawatirnya, tindakan preventif yang dilansir CDC, langsung memperingatkan pada seluruh medis maupun paramedic agar lebih berhati-hati dan melakukan penyelidikan secara ketat.

Pecandu narkoba lebih rentan terserang bakteri Clostridium botulinum

Pada akhir tahun 2017 lalu, baru kemudian pejabat di San Diego mulai gencar memerangi penyakit yang diakibatkan botolisme. Setelah dilakukan penelitian menyeluruh, pada September dan April 2018 fenomena luka botulisme pantas diawasi secara ketat cara penularannya. Penelitian yang dilansir di Jurnal CDC Morbidity and Mortality Weekly Report, tentu membuat kegaduhan warga masyarakat nonpemakai madat heroin hitam lantaran diduga menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak muda di San Diego. Bukan hanya di negara berkembang, terutama di benua Afrika dan Asia Selatan, kematian akibat botulisme semakin mencemaskan. Di negara yang tergolong penduduk mayoritas tinggal di daerah slum area, dan pecandu narkotika, kematian akibat bakteri ini dari tahun ke tahun semakin bertambah.

Cilakanya, justru semua pasien yang disuntik obat sejenis heroin tar hitam, yang beredar tanpa izin dianggap sebagai salah satu penyebab penularan botulisme lantaran terkontaminasi dengan zat berbahaya lain ketika jarum suntik menembus lapisan kulit yang peka. Entah kenapa justru pasien, tentu tidak diketahui tenaga paramedic di rumah sakit, ‘nyolong-nyolong’ bisamenyuntik heroin tar hitam di bawah kulit mereka tanpa diketahui pihak rumah sakit, sehingga menjadi penyebab luka infeksi botulisme. Semua pasien pada wabah di San Diego yang dirawat di unit perawatan intensif, dikabarkan seorang pasien akhirnya meninggal.

Penyebaran Clostridium botulinum sangat cepat dalam tubuh pasien mengikuti peredaran darah hingga ke otak tak lebih seminggu (courtesy pic indianavein.com)

Luka akibat intervensi Clostridium botulinum, bisa saja terjadi lantaran bakteri ini dapat hidup di tanah, debu, sungai serta dasar laut. Meskipun sebenarnya dalam kondisi normal, bakteri ini tidak berbahaya, namun saat kekurangan oksigen botulinum akan melepaskan racun. Apalagi bila kekurangan oksigen saat berada dalam kaleng tertutup, botol, lumpur dan tanah yang tidak bergerak, atau di dalam tubuh manusia.

Penyebab Kematian Clostridium Botulinum

Mewaspadai makanan kalengan rendah asam seperti buncis, jagung merupakan cara terbaik agar tidak keracunan botulisme. Di dalam makanan kalengan disinyalir sebagai tempat berkembangbiak bakteri clostridium botulinum. Apalagi bila makanan dalam kaleng telah kadaluwarsa melewati batas akhir peredaran. Disarankan untuk tetap berhati-hati mengkonsumsi makanan dalam kaleng, bila Anda tidak ingin fungsi saraf lumpuh. Penderita infeksi yang disebabkan bakteri clostridium botulinum disarankan agar cepat berobat ke rumah sakit. Jangan sampai menunggu bakteri clostridium botulinum berkembang biak dan menebar racun botulisme.

Waspadai penyebaran bakteri Clostridium botulinum pada makanan yang akan dikonsumsi balita

Mewaspadai penyebaran bakteri Clostridium botulinum pada bayi di bawah usia satu tahun sangat penting, lantaran spora bakteri sering berada di tanah dan cairan madu. Berhati-hatilah saat merawat bayi Anda ketika akan menyuapi si kecil, mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebaiknya dilakukan. Jangan sampai bayi anda terinfeksi penyebaran racun bakteri botulisme. Keteledoran dalam menyuapi makanan pada bayi, terutama di negara dengan tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi, disinyalir menjadi salah satu penyebab kematian akibat terinfeksi banteri Clostridium botulinum.

Gejala Clostridium Botulinum

Setiap orang memiliki daya tahan tubuh yang berbeda-beda. Meski demikian secara umum gejala botulisme, setelah terpapar bakteri clostridium botulinum, cukup mudah dikenali. Penderita sulit menelan, susah berbicara, mulut kering, otot wajah lemah, gangguan penglihatan, sulit bernafas, mual, muntah dan biasanya sering mengalami kram pada perut.

Bila Anda mengalami gejala sulit menelan dan berbicara, otot wajah lemah, gangguan pengelihatan, kelopak mata lemas (terkulai), kesulitan bernafas, lumpuh; sebaiknya segera pergi ke rumah sakit terdekat. Jangan anggap remeh. Gejala botulisme pada bayi antara lain bisa dilihat secara fisik antara lain: sulit menegakkan kepala, gerak tubuh tidak bertonus alias lunglai seperti boneka kain, menangis sangat pelan dan lemah, sering mengeluarkan air liur, kelopak mata sayu, kelelahan, kesulit untuk menyedot atau makan dan lumpuh, segera bawa anak Anda ke dokter. Jangan sampai terlambat dan telanjur koma (thomas/eddy j soetopo)

Previous Melacak Jejak Awal Tahun Baru Kapan Dimulai
Next Alicia Vikander Meskipun Tomboy Peraih Piala Oscar

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *