Ojho kakehan caturan —jangan banyak bicara— kalau memang kamu politisi sekaligus pemikir jempolan bermainlah catur. Sindiran sarkasme itu meloncat dari mulut keluarga pecatur wanita Judit Polgar saat melihat permainan politik di Hongaria sedang memanas ketika itu pada kedua putrinya.
“Bermainlah catur kalau kamu ingin bermain cantik mengalahkan musuhmu di depan papan catur. Jangan banyak bicara, berpikirlah jernih menghadapi lawanmu,” kata Laszlo Polgar, ayah pecatur perempuan dunia Judit Polgar, “sebab menjadi pecatur kelas dunia bukan dilalui lewat mulut dan bicara berbusa-busa, tetapi memakai otak biar sempurna, mengalahkan lawan.”
Bisa jadi nasehat keras Laszlo Polgar kepada kedua keluarganya, menjadikan kedua anaknya, Judit menyabet gelar GM (Grand Master) dunia, dan Susan menyandang gelar Internasional Master (IM) catur yang diperhitungkan dunia. Eksperimen mendidik anak dengan ketat agar selalu menggunakan otak dalam setiap tindakan, tentu dikecam keluarga besarnya dalam komunitas Yahudi maupun tetangga di apartemen tak mewah di Hongaria.
Menurut keyakinan Laszlo Polgar, ayah kedua pecatur muda cantic waktu itu, beralasan kejeniusan seseorang bukan karena takdir, tetapi jenius bisa dibuat berkat latihan mengasah otak setiap hari. Meski waktu itu Judit dan Susan Polgar masih terbilang muda, namun kepatuhan terhadap nasihat ayahnya melambungkan namanya menjadi pecatur bergengsi dan disegani lawan.
Namanya juga psikolog, cara berpikir Laszlo Polgar tentu sulit dibuktikan kalau saja seorang Clara guru bahasa asing di Ukraina ogah menikahinya. Justru Polgar yang ngocol ingin membuktikan dalil bahwa kejeniusan seseorang bukan takdir sejak dilahirkan dan ingin menikahi Clara.
“Kalau kamu tidak percaya, tinggal kita buktikan eksperimen dalam keluarga kita. Apakah dalil yang saya kemukakan terbukti atau tidak,” katanya waktu itu.
Benar saja, setelah Polgar-Susan dikarunia tiga putri; keduanya berusaha untuk membuktikan dalil tersebut. Ketiga anaknya dididik dengan sangat ketat dalam hal berpikir menggunakan logika matematik dasar-dasar silogisme setiap hari sejak usia 8 tahun bersekolah di taman kanak-kanak. Tidaklah mengherankan, bila ketiga anaknya menjadi pecatur wanita terkuat dalam sejarah.
Di usia 15 tahun 4 bulan si cantic Polgar menyabet gelar Grandmaster (GM), dan menduduki dalam daftar rating FIDE paa tahun 2011 lalu di urutan peringkat ke 41 dengan Elo Rating 2699. Judit Polgar juga dinyatakan sebagai satu-satunya wanita yang masuk dalam daftar top 100 pemain FIDE. Bukan hanya para pemain catur perempuan saja yang bertekuk lutut bila harus berhadapan dengan Judit maupun Susan di depan papan kotak hitam-putih, tetapi juga pecatur kelas dunia seperti pria seperti Karpov.
Putri sulungnya Zsuzsa Polgar (Susan), namanya juga melesat menjadi juara dunia catur wanita 4 kali dan 5 kali juara Olimpiade ketika berumur 15 tahun. Tidak hanya itu, Susan pernah menduduki peringkat pertama dunia catur wanita. Bersama suaminya, Susan Polgar Institute for Chess Excellence di Webster University, USA. Saat ini Susan bersama suaminya adalah pimpinan SPICE (Susan Polgar Institute for Chess Excellence) di Webster University USA.
Putri keduanya, Zsofia Polgar (Sofia), juga merangsek sebagai pecatur papan atas bergelar Master Internasional (MI) pada usia 14 tahun. Selain itu Sofia juga menjuarai catur dunia di Roma mengungguli lima grandmaster “Sack of Rome”. Meski gaya bermain catur Sofia lebih mementingkan sisi arsitekur catur, agar terlihat menarik, tetapi acap lupa komponen lain yang dapat mematahkan pertahanan lawan dalam pertempuran di papan catur.
Tak hanya itu, keluarga Laszlo Polgar yang paling menonjol dibidang percaturan justru berada di tangan Judit. Ia merupakan wanita pertama yang menerobos dominasi pria di peringkat atas pecatur dunia. Judit meraih gelar Grandmaster di usia 15 tahun 4 bulan dan sekaligus memecahkan rekor termuda yang dulunya dipegang legenda catur Bobby Fischer. Pada tahun 2008, dia menduduki peringkat 28 dunia dengan elo rating 2711 dan menjadi satu-satunya pecatur wanita di daftar peringkat 100 pecatur dunia versi FIDE.
“The second reason for her success is the unique family in which Judit grew up. The atmosphere of chess fanaticism created by Laszlo Polgar, the head of the family, and his older daughters, was the fertile soil on which the divine seed fell. The talented child had no doubt why she’d come into the world. From childhood onwards she studied with the best coaches, worked a lot and devoted herself entirely to her goal – which is why she became great,” Sergey Shipov said (nicole sacarovic dari Jerman / eddy je soe)
No Comment