Siapa yang tak mau bila ada ahli kesehatan gigi menawari menganti gigi ompongmu diganti dengan teknologi silica di geramam kamu. Tentu siapapun yang merasa memerlukan, dengan dalih biar tambah cantik, gak ompong lagi dan tambah manis, jelas mengacungkan jari setuju rahangnya ditanam gigi baru.
Bagi kalian yang hidup dijaman perjuangan lawan Belanda atau Jepang, gigi ompong bukan hal yang sulit ditemukan di sekitar rumah. Itu masalalu, lantaran mereka dianggap sebagai pemberontak dan dihadiahi popor bedil hingga gigimu rontok semua. Apa mau dikata, itu di jaman kemerdekaan, jadi kalau melihat gigi kakek kalian hingga sekarang masih ompong, itu tandanya yang bersangkutan wong ngeyelan. Pejuang! Melawan Belanda atau Jepang dahulu
“Jaman kemerdekaan mah, di sepanjang jalan Rengas Denglok tempat pejuang mengatur siasat, banyak yang giginya rompal. Tuh tanya si Mardiatmo Koplak atau orang yang berada disebelahnya itu, kumendan laskar. Lihat dan tanyakan, padanya hampir separoh untunya rontok. Senangnya ngeyel kalau disuruh Londo and Jepang. Jelas dikasih hadiah, popor bedil.”
Meski giginya pada rontok lantaran dipopor bedil kompeni, tak membuat mereka kapok memanggul senjata ikut berjuang bareng gerilyawan lain. Entah apa yang menyebabkan para pejuang kemerdekaan itu ngotot ingin ndesonya benar-benar tidak dijajah balanda. Tidaklah mengheranka, bila kalian melihat sejarah masalalu kegigihan pejuang kemerdekaan itu, nggerantes. Betapa mengenaskan mereka, bila perjuangan mereka tak diperhatikan pemerintahan bangsa yang kini telah merdeka
Paling kurang, kehidupan anak-cucu mereka, para pejuang pantas dan perlu diberi perhatian di negri ini. Sekurang-kurangnya berikanlah fasilitas mereka saat sedang dirawat di rumah sakit. Entah dalam wujud pengguna fasilitas Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS sehingga memperoleh fasilitas yang dapat digunakan bertahan hidup, sebagai cucu-cicit pewaris pejuang kemerdekaan.
Meskipun penggunaan JKN bagi para pejuang kemerdekaan, tak semuanya mengerti seluk-beluk menggunakan bila ingin berobat di rumah sakit, dan apa persyaratannya agar dirawat tanpa harus merogoh kocek rumahtangga mereka. Sudah menjadi kewajaran bila para keluarg -entah cucu-cicit- para perintis kemerdekaan itu dilayani dan ditolong, agar mereka dapat menikmati warisan leluhurnya ketika negri ini telah merdeka.
“Termasuk msialnya perawatan di THT (telinga, hidung dan tenggorokan), maupun perawatan mata,” kata Widati, 36, mahasiswi kedokteran pengantar keluarga kekeknya. “Dulu opha ikut angkat bedil di Rengas Dengklok, waktu perang. Giginya rampal dahulu, dipopor bedil tentara Belanda. Tapi kakek buyut tidak ada jeranya, ikut bergerilya, mengusir Londo dan Jepang. Mestinya, perlakuan pada para bekas gerilyawan, dahulu diutamakan, buat memperoleh perawatan kesehatan di rumah sakit pemerintah. Sukur-sukur di swasta, ikut terlibat, bisa menggunakan BPJS.”
Perkara pasang gigi ompong, misalnya, tidak semestinya dipatok bayaran mahal. Kecuali memang yang bersangkutan memerlukan mengganti gigi yang ‘rontok’ akibat perang membela kemerdekaan dahulu. Kalau masang gigi buat terlihat cantik atawa gagah, itu sih bukan ranah pemerintah untuk menanggung biaya lewat JKN-BPJS pemasangan gigi palsu. “Buat veteran kemerdekaan ndak perlulah dimahal-mahalin dong. Kan itu akibat mereka membela negara bergerilya,” katanya, “kecuali buat gadis-kenes atau Abg cowok yang suka tersungkur di jalan aspal, hingga giginya rampal, biarin saja,” ujar dia.
Tidak ada salahnya bila kita mulai menelisik para dokter-ahli gigi alias spesialis dentis inplan yang memakai teknologi. Kalau hanya guat masang pager alias backel gigi, memang harus dimahalin karena mereka si pemasang gigi palsu, ketahuan memiliki dana buat benerin gigi dengan menanam di rahang atas-bawah mulutnya.
“Lha kalau para aki-aki pejuang yang masih hidup, namun tak memiliki gigi, trus giaman? Apa nungguin mereka, para perintis kemerdekaan itu mati smua, kita hanya berdesis, ‘udah waktunya wafat. Kan kagak boleh seperti itu. Merekakan para pahlawan bangsa, dulunya berjuang. Terus terang saya setuju, pemasangan gigi palsu dengan teknik modern harga menanam –istilah implant gigi– memang mahal, tidak masalah. Tapi buat pasien ‘tajir’ bukan dibebankan pada veteran yang ompong giginya,” Jaman dahulu orang-orang kaya juga sering pasang gigi dilapisi emas, jadi biar kalau mrenges ketahuan orang tersebut memang kaya. Sekarang mana ada gigi dilapisi emas.”
Nah biar jelas berapa pasang gigi palsu di Indonesia, kami turunkan rate harga dari berbagai sumber, berikut ini. Secara umum, harga pasang gigi palsu permanen di Indonesia dapat berkisar antara Rp 8.000.000 hingga Rp 20.000.000, tergantung pada jenis dan bahan yang dipilih. Berikut adalah rincian estimasi harga berdasarkan jenis dan bahan gigi palsu, semoga bermanfaat
- Gigi Palsu Tetap (Fixed Dentures), Gigi palsu tetap atau gigi palsu yang dipasang secara permanen pada gigi atau implan gigi biasanya lebih mahal. Harganya bisa berkisar antara Rp 8.000.000 hingga Rp 20.000.000, tergantung pada bahan yang digunakan dan kompleksitas pemasangannya.
- Gigi Palsu dengan Implan Gigi, Jika anda memilih untuk menggunakan implan sebagai dasar pemasangan gigi palsu, harganya tentu lebih tinggi. Implan gigi memerlukan prosedur bedah, dan biaya untuk satu implan gigi bisa mencapai Rp 8.000.000 hingga Rp 15.000.000, belum termasuk biaya gigi palsu yang dipasang di atasnya.
No Comment