Biar tidak pusing mengukur nilai jarak benda satu dengan lain, biasanya dan satu ukuran yang disepakati tentu memakai penanda, meter, kilometer, mil, inci atau centimeter. Itu kalau yang akan diukur berada di jagat raya, bumi. Bagaimana kalau situ ingin mengukur jarak antar benda-benda luar angkasa satu sama lain, tentu tak mungkin memakai patokan seperti di dunia-nyata.
Nah, biar gwe and juga kalian binggung, ndak perlu jengkel lantaran tidak bisa memperkirakan jarak antara satu titik obyek dengan yang lain. Santlay saja. Jangankan kalian, wong pinter di NASA sampai kepalanya pada botak pun, binggung cara ngejelasinnya. Biar uteqmu kagak mbundet dan trus gegar otak, biar rekan contributor yang di Moscow ngejelasin, pakai bahasa sederhana mungkin. Ndak perlu ngebayangin cara ngukurnya dulu yach, soale bagaimana mungkin mengukur jarak antara benda-benda di galaksi, misale, yang kadang bikin bingun.

Terutama kalau ditanyain, kapan meteor yang udah habis masa-berlaku melayang-layang di antara-benda-benda langit enthu jatuh ke bumi. Anggap saja benar, kalau bumi nyang kita diamin enthu tremangsuk salah satu bendalangit di kerumunan galaksi, berapa lama meteor nyungsep. Rumit’kan. Kalau Cuma ngedengerin, seseorang ngomong beralasan OTW -karepnya ontheway- lha kan bisa diprediksi memakai jamtangan dan mengira-ngira jaraknya; njuk kalau meteor or bintang di jajaran galaksi melayang-layang ambyiur ke bumi piye memperkirakannya. Jaraknya berapa dan sebagainya, sambil garuk-garuk ndas, biar rambut rontok semua.
Bayangkan saja, bagaiman mungkin mengukur jarak antara benda-langit di galaksi yang kadang bingung kalau ditanyain, berapa lama meteor nyungsep setelah satu sama lain bertabrakan di atas langit luar ruang angkasa. Njuk ujug-ujug, nabrak benda-benda di bumi. Bisa jadi Lembaga antariksa yang senengnya nggukar-ngukur suembarang benda di langit, seperti NASA misalnya, justru mumet kalau ditanyain berapa lama satu benda di satu titik, misalnya lintang merah, nabrak Gedung putih, jelas masih mumet.

Paling banter mereka bisa ngukur dengan mengira-ira kecepatan memakai satuan cahaya. Mampus’kan tambah mumet, Sebenarnya ukuran tahun cahaya itu gimana ngitungnya, hingga sekarang para pejabat, di NASA atau di Lembaga teropong Mbandung, ndak ngerti dengan pasti, cara ngukur ketepatan waktu dan jaraknya. Makanya dipakailah ukuran tahun cahaya. Mampus kagak dah. Tahun cahayu itu apaan sih. Baiklah, kami comot refrensi hasil mengubek-ubek naskah-naskah di perpus internasional dan daerah.
Tahun cahaya, kalau ditilik dari terminologinya memang seakan-akan mengarah pada satuan waktu. Pada kenyataannya, tahun cahaya bukanlah satuan waktu, melainkan satuan jarak yang digunakan untuk mengukur jarak benda-benda langit yang jauh. Bagi kita di Bumi, penanda jarak yang umum dikenal adalah meter, kilometer, mil, inci, atau sentimeter. Akan tetapi, ketika kita melihat ke langit dan mulai mengukur jarak benda-benda langit, maka kita akan menemukan kalau benda-benda langit itu berada pada jarak yang super jauh dari Bumi.

Dan, jika jarak itu diukur dengan penanda jarak, menurut KBBI online mbuh, yang dikenal, misalnya kilometer, maka manusia pasti kebingungan bagaimana menyebutkannya saking banyaknya angka nol. Contoh, jarak Matahari dengan bintang terdekatnya 40.000.000.000.000 kilometer atau 40 triliun kilometer. Piye jhal cara ngetung jumlah angka ‘nol’-nya. Makanya kalau mau korupsi, duit pajak rakyat, ndak perlu bilang hasil duit yang diembat, cukup menyebutkan, triliun ajah cukup. Ndak perlu nyebut, duit yang dibadog koruptor cukup bilang 2 tahun cahaya. Faham ndak?
Gambarannya, hitung saja dari jarak bumi-rasi bintang lain di atas, masih banyak sekali bintang-bintang yang letaknya lebih jauh dari itu. Dan jarak ke galaksi Andromeda adalah 21.000.000.000.000.000.000 km atau 2,1 x 19 km. Bagaimana menyebutnya? Mampus’kan bingung toh. Nah untuk memudahkan, dipakailah satuan lain yang gampang diingat. Kesepakatan para astronom sejagat bilang lebih nyaman bila satuan yang akan digunakan dan gampang diingat, memakai ukuran 300.000 km per detik atau satu detik cahaya (light second) setara dengan jarak 300.000 km. Masih belum mudeng juga Loe, bego banget sih. Makanya sekarang keperintah ngsih makan beras bergizi gratis padamu.
Bagaimana kalau setahun?

Biar memudahkan mengukur jarak, tinggal ngitung ajah. 300.000 km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24 jam/hari x 365,25 hari/tahun = 9.467.280.000.000 km = (9,46 x 1012) km. Mangkanye tahun cahaya didefinisken sebagai jarak yang ditempuh caha dalam waktu satu tahun, ketika melewati ruang hampa udara; atau setara dengan 9.467.280.000.000 km = (9,46 x 1012 ) kilometer. Piye ngerti kagak? Mbuh. Contohnya, seperti ini nich. Meski jarak yang sangat jauh, tapi lebih mudah untuk diingat. Lebih mudah diingat’kan, maka pakailah ukuran tahun cahaya.
Patokannya, disepakati, Bulan = 1,3 detik cahaya; Matahari= 8,3 menit cahaya; Mars = 3.1 menit cahaya; Jupiter = 33 menit cahaya; Pluto = 5,3 jam cahaya; Proxima Cetauri= 4.3 tahun cahaya; Sirius = 8,58 tahun cahaya; Galaksi Andromeda = 2.300.000 tahun cahaya atau 2,3 juta tahun cahaya
Dari definisi tahun cahaya tersebut, ketika seorang pengamat di Bumi melihat sebuah bintang yang jaraknya sepuluh tahun cahaya, maka artinya cahaya yang diterima pengamat saat ini merupakan cahaya yang baru tiba setelah melakukan perjalanan dari bintang dengan jarak tempuh sepuluh tahun. Atau sederhananya, si pengamat di Bumi sedang melihat bintang pada keadaannya sepuluh tahun yang lalu. Piye tambah koplak ndak uteqmu? Mbuh

No Comment