Heru Mataya: “Meramu Bilah Bambu Agar Menyatu”


Melalui karya seni anyaman bilah bambu mengilhami generasi Solo menyatu

Siapa yang menyangka bilah-bilah bambu yang diserut tipis dapat dijadikan berbagai macam seni anyam-menganyam menawan. Tidak seperti masa lalu, serutan bilah bambu yang hanya berwujud tempat pembawa jajanan seperti kreneng dan bѐsѐk, tapi lebih dari itu. Anyaman bahan dari serutan bilah bambu seolah membangkitkan gairah para seniman dan perajin di Solo dan Bandung berkreasi mencuatkan karya seni yang menggetarkan hati.

Lihat saja, kiprah seniman muda kota Bengawan Heru Mataya memberanikan diri mengolah bilah-bilah bambu menjadi karya seni yang dinanti-nanti penampilannya. Di beberapa ajang pesta seni yang diadakan di Kota Solo, Heru menampilkan karya bertajuk “Bersama Bambu Kita Menyatu” dalam Solo Batik Carnaval (SBC), tak ayal membuat penonton terperangah takjub.

Kami wujudkan dengan memberi pelatihan menganyam bilah bambu

“Kami berusaha mendorong para generasi muda ikut berkiprah menyenangi dunia anyam-mengayam bilah serutan bambu. Salah satu tujuannya agar kita bergerak maju dan menyatu dalam satu kesatuan bambu,” ujar dia beberapa waktu lalu.

Peran Heru Mataya bukanlah kecil bila hanya dinilai penyampai pesan “Menyatulah Melalui Bambu” pada generasi muda Solo melalui berbagai ajang pameran semata. Heru juga memberikan pelbagai materi cara menganyam bilah bambu hingga mengajari generasi muda berani tampil percaya diri ketika berlenggang-lenggok mengenakan asesoris anyaman bambu.

“Sudah bukan waktunya kami mengajari dengan teori agar generasi multi culture berani menyatu, memilah sekat perbedaan warna kulit, suku dan agama antarsesama generasi muda di Solo. Kami juga mengajari pada mereka berani bicara dan tampil percaya diri ketika mengenakan asesori anyaman yang terbuat dari bambu,” katanya di temui pada workshop.

Buka hanya bilah bambu yang bisa digunakan sebagai karya seni anyam-menganyam, ujar Heru menambahkan, tetapi seluruh ruas pohon dapat dimanfaatkan. Sejak pohon bambu masih menjadi tunas muda, dapat dijadikan sebagai bahan makanan sayur rebung.  Termasuk juga dapat digunakan sebagai pengisi lumpia dan berbagai makanan olahan berbagai macam.

“Coba perhatikan isi lumpia khas Semarang, paling banyak menggunakan rebung. Tunas muda bambu, selain dapat dijadikan sebagai sayur rebung. Kata teman-teman biar mukanya jadi gedhek –alias rai gedhek, gak punya malu,” katanya sembari tersenyum, “Jadi banyak manfaatnya bahan bamboo bila diolah dengan cita-rasa seni. Untuk itu kami mengajarkannya pada generasi muda, anak-anak remaja yang ingin berkiprah di bidang seni.”

Barangkali Heru tak mungkin dapat bertutur panjang-lebar kalau ia tak pernah melakoninya sebagai masyarakat awam dan bermetamorfosis menjadi penggiat seni bambu. Heru juga tak bakal dikenal sebagai salah satu budayawan muda kalau ia tak menunjukkan bukti perannya sebagai seniman dalam menjaga cagar budaya dari kepunahan.

Lihatlah betapa cerianya anak muda ketika mengikuti kirab seni di kota Surakarta

Meski dikenal sebagai event organizer sekaligus penggiat seni, Heru tetap menghelat karya seni dengan basis nilai budaya yang ditonjolkannya, terutama bambu sebagai cikal-bakal setiap penyelenggaraan event festival kebudayaan di kota budaya Solo. Heru sengaja tidak menggunakan bangunan teater besar nan megah di gedung-gedung mahal sebagai panggung berkeseniannya, tetapi ia justru memilih tempat di perkampungan tua dan pasar-pasar tradisional.

“Kami memilih di tempat yang dulu terabaikan seperti di pasar-pasar tradisional, kemudian kami sulap menjadi panggung. Salah satu tujuannya agar ada titik-temu antara generasi muda daengan heriataged kampong dan pasar tradisional,” katanya, “biar menyatu, melalui anyaman bambu.” (eddy je soe)

Previous Bisnis Menyayat Ban Bekas, Mengiurkan
Next Mengapa Bulu Panda Hitam-Putih?

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *