Entah kenapa tradisi kebudayaan yang berasal dari negara lain bila diterapkan di tanah air selalu mengundang kontroversi. Ada saja yang diperbincangkan dengan sengit, bahkan ada pula yang sangat membecinya budaya itu. Sebagai contoh misalnya kebiasaan ikut-ikutan memperingati hari Valentine setiap bulan Februari pun dicap sebagai penganut kafir. Bisa jadi budaya bangsa kita, sering kebawa arus ikut berucap selamat berhari valentine, sebenarnya juga tidak tahu maksudnya. Cilakanya para pembenci peringatan –perorangan tentu– hari Valentine acap memanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
Padahal kalau mau menelusuri jejak sejarah masalalu tentang hari Valentine tentu orang tidak gegabah membuli siapapun yang ingin berucap Valentine Day dengan ucapan menyudutkannya memakai istilah kafir segala.
“Masak orang ingin makan cokelat dan membawa balon warna-warni berbentuk hati, dibilang keliru, yang bener saja,” ujar Teodora Zareva, freelance writer. Bisa jadi orang yang senang menghakimi kebebasan individual berekspresi sebagai tindakan buruk, papar Zareva dalam facebooknya, “Tanpa mempelajari sejarah masalalu justru berbahaya dan menyesatkan.”
Padahal ritual Valentine Day banyak dirayakan sebagai hari cinta kasih generasi milenial pulpag –pulang pagi– sejagat mengespresikan kebebasan individual belajar bertanggungjawab kagak ngerti apapun tentang hal ichwal budaya peninggalan masa lalu yang dicap pembawa dosa itu.
Menurut sejarawan, valentine sebenarnya tradisi lama dalam pesta penerus Romawi Kuno Lupercalia, berlangsung hingga 300 masehi setiap tahun diperingati pada 13 dan 15 Februari. Tradisi itu merupakan peringatan datangnya musim semi. Salah satu ritual turun-temurun, ditengah perayaan peringatan yang dinanti-nanti yakni ‘pencambukan’ wanita lajang setengah telanjang dengan kulit kambing sebanyak 13 kali.
Tentu acara ‘pencambukan’ wanita itu merupakan tradisi dilakukan oleh pacarnya yang akan menikahinya dengan tujuan agar segera memiliki keturunan setelah menikah. Ritual ‘pengorbanan’ calon mempelai putri yang menyeramkan dalam tradisi romawi kuno itu telah disepakati seluruh kerabat dan warga kota, dan keluarga calon mempelai. “Tujuannya biar langgeng pernikahan kedua mempelai dan tidak diganggu orang lain,” tulis Alexandra Murfei pengamat sosial
Temuan versi lain yang beredar tentang hari Valentine lebih absurd lagi. Menurut catatan versi kuno Lupercaliada, melesatnya hari kasih-sayang itu lantaran diyakini sebagai pencarian jodoh di tepi pantai yang wingit dan dihadiri seluruh warga kota pria dan wanita awal musim semi. Dalam tradisi kumpul bareng warga, disepakati calon pasangan yang masih jomblo dan belum pernah menikah diperbolehkan mengikuti undian cari jodoh.
Alhasil bila cocok dan memenangi undian, berdasar kesepakatan tokoh masyarakat maupun dan agama lawasan, diwajibkan melakukan pernikahan pada tanggal 13 atau 15 Februari. Tidak boleh menolak, semua keperluan pernikahan akan ditanggung seluruh warga kota yang telah sepakat membantu menikahkan pasangan pemenang undian.
Hari Valentine Kapan?
Pertanyaan menohok yang acap terdengar yakni, sebenarnya kapan peringatan hari Valentine dirayakan dan dielu-elukan muda-mudi di seluruh jagat? Banyak versi yang menyebutkan Valentine pertamakali dirayakan pada abad ke 5 masehi, ketika Paus Gelasius I memutuskan untuk mengukir peringatan salah satu martir dieksekusi Kaisar Claudius II pada pemerintahan raja romawi.
Ada pula legenda folklore yang beredar, salah satu pendeta Kristen yang dipenjara dan telanjur jatuh cinta dengan anak sipir penjaga penjara. Lantaran hal itu merupakan larangan keras yang wajib ditaati, sebelum St Valentine dijatuhi hukuman mati, dia menulis surat cinta yang ditandatanganinya dan mengakhiri tulisan dengan tulisan “Dari Valentine yang Mencintaimu”.
Legenda lain bercerita tentang seorang pendeta yang mengabaikan larangan Kaisar Claudius II untuk menikah bagi para pemuda di tentaranya. Imam tersebut terus menikahi pasangan yang sedang jatuh cinta yang pada akhirnya dieksekusi.
Sejarah modern
Tahukah anda cowok yang pertamakali mengirim kartu ucapan Valentine? Tentu bukan gebetan eLoe’kan? Nah kartu Valentine pertama kali ditulis dan dikirim pada isterinya adalah Charles, Duke of Orleans, ketika ia masih berusia 21 tahun. Pada tahun 1415 saat ia dipenjara di menara London. Selain mengirimkan ucapan ‘selamat hari kasih sayang’ Charles menulis puisi berjudul “Farewell to Love” pada isterinya berulang tahun ke-16, Bonne dari Armagnac. tabiat Charles memang suka menulis puisi, apapun yang dijumpai di dalam penjara, ia lebih dari 5000 puisinya ia tulis menggunakan goresan pena bulu angsa selama hidupnya.
Anehnya, tentu dianggap pengkhianatan, Bonne adalah isteri kedua Charles dari tiga istri. Istri pertama Charles nikahin saat ia berusia 12 tahun ketika dirinya umur 17 tahun. Istri ketiganya berusia 14 tahun ketika Charles telah berumur 46 setelah menghabiskan 25 tahun di dalam penjara. Kisah cita itulah yang mengilhami penulis lain seperti Chaucer dan William Shakespeare dan mempopulerkan kisah tragis Valentine melalui karya-karya dunia. Konon, sejak saat itu hari Valentine merambah dunia sebagai hari libur perjodohan dan pemberian hadian di beberapa negara.
Cilakanya, selama abad ke-17 dan ke-18 liburan musim Valentine dianggap sebagai reinkarnasi yang justru berorientasi pada konsumenrisme modern. Sementara banyak orang-orang biasa bertukar kartu dan adapula yang beralih memberi kado coklat mengungkapkan pada mitra dan gebetannya biar kelihatan romantis mengarungi abad milenial yang lebih canggih. Ucapan Valentine maknanya telah berubah menjadi modus komersialisasi masa lalu. So suka-suka eLoe dah, asal jangan sampai larang-melarang merayakan Valentine Day.
Pada tahun 1840-an, surat kabar Amerika The Ledger mendukung liburan dengan argumentasi bahwa orang membutuhkan permainan jiwa yang lebih banyak, tetapi kurang bekerja keras. Sehingga lebih banyak memberi kesempatan yang memungkinkan terjadinya “pengabaian perasaan.” Arti “valentine” berubah dari menandakan seseorang untuk merujuk pada objek pertukaran menjadi biznis di era milenial dan modern seperti sekarang (Nicole dari Jerman/eddy je soe Solo)
No Comment