Boris Sokolov Wartawan Perang Bubat


Boris Sokolov Cameraman Peliput Perang Dunia II (courtesy rbth)

Inilah cameraman pemberani and ngeyelan ingin liputan perang bubat WW II, meski dilarang. Nyawanya dipertaruhkan -mungkin rangkep- untuk mengabadikan kejadian perang beneran, bukan perang-perangan seperti dalam film, tapi Perang Dunia ke-II (World War II), ditempatkan di barisan tentara merah Soviet. Lewat mata Boris Sokolov, 95 tahun, nama cameraman pilm, menungso sejagad tahu peristiwa yang terjadi pada tahun 1941-1945 di Front Timur.

Meski yang diliput tembak-tembakan and bom-boman kota yang melantakkan kota, Boris Sokolov, wong Rusia tulen tetap saja tidak mengabadikan gambar-gambar imbang. Soale, Boris hanya nyontrong pakai camera juadul perekam pilm, di belakang tentara bolonya. Alhasil, jelas yang dicover jumlah tentara musuh bergelimang darah dan tewas di medan laga.

Andai Perang Bubat WWII Tidak Diwartakan Boris, Apa Jadinya (courtesy RBTH)

Kegemarannya menyontrong pakai pilm, dimulai sejak Boris menjadi siswa di Institut Geremimov Sinematografi dan lulus sikdewe dibanding konco-konconya. Bersama sohib-sohibnya Boris membentuk club sinematographi dan mensyuting perang. Padahal di campusnya tidak diajari mengcover peperangan. “Gwe tidak boleh meliput perang. Soale di campus tidak diajari mengcover perang beneran.”

Setelah dinilai hasil keryanya layak tayang di tipi and bioskup, Boris Sokolov akhirnya dikirim meliput pertama kali di front pertahanan tentara di dekat Moscow. Selain kelima teman Boris, juru camera Misha Poselsky yang berhasil sampai ke depan zona peperangan. Boris sampai merengek-rengek minta kepada komandannya agar dia bisa merekam di garis depan tembak-tembakan.

I kept begging to be sent to the front. The whole country lived the war. “Everything for the front, everything for victory,” the slogan went. And I wanted to be a participant in these events, kata Boris seperti dikutib RBTH (Russia Beyond The Headlines).com. Unfortunately, this desire was not fulfilled 1944. It was the last recruitment campaign. The front stood near Warsaw. It remained there for three months, and we filmed the everyday life of the army.

Pemerintah Rusia Memberi Penghargaan pada Boris (cortesy rbth)

Namanya juga manungsa, ketakutan pasti menyelinap di hatinya. Apalagi, Boris Sokolov tidak dibekali bedhil, dia hanya nenteng camera lawas. Bukan amunisi pelor yang dibawa kemana-mana, tapi film 35 mm sebanyak 3.5 juta meter. Film sepanjang enthu bukan buat nglalu gantung diri, tapi merekam peristiwa penting: perang dunia.

Perang bubat dalam tragedi World War II sakjannya bisa saja diakhiri kalau saja kedua pemimpin negara dan komplotannya itu mau speak-speak di warung hiek. Cilokonya jaman dulu namanya tempat maem dan gendhem juga porak-poranda, makanya susah berunding ngomongin perdamaian. (eddy j soetopo/nicole sacarovic/sumber RBTH)

Previous Pungtik Laweyan
Next Ianfu dalam Gerak Mencekam Penari

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *