Malacak bekas gedung bioskop di Solo, setidaknya terdapat delapan gedung yang pernah berjaya di Kota Bengawan, saat ini bekas tempat pemutar film di awal tahun 70-an, sulit dicari kalau bukan wong tuweq asli Solo. Tanyakan pada generasi milenial kid jaman now, film-film nggegirisi seperti Casandra Crossing, Towering Enferno, Murder Orion Exspres pernah ditontonnya belom? Pasti mereka akan menjawab, ‘pernah’ tapi lewat smart phone. Paling banter mereka mengaku, “bokap gwe” yang cerita di perempatan Pasar Pon dulu ada dua gedung bioskop: Dhady dan UP.
Padahal film yang diproduksi Warner Bross itu pernah diputar di gedung Dhady, UP (Ura Patria), Sriwedari Theater, atau di gedung bioskop Star di kawasan Widuran dan Fajar Theater di samping Gereja Purbayan, di Solo. Sampai-sampai membludak penontonnya hanya ingin lihat gedung kobongan dalam film Towering Enferno.
Film lawasan lain yang dulu pernah diputar di Solo selain Casandra Crossing, Murder Orion Exspres; pilm Cino antem-anteman sama jepang, juga banyak diburu pengemar film. Bisa dimengerti bila warga Solo balapan mencari hiburan selain ketoprak di kampung ‘Karang Asem” Gandekan, dan wayang wong Sriwedari maupun di gedung RRI Solo.
Harap maklum yang namanya gedung bioskup lawas di Kota Solo ngalah-ngalahin gedung wayang wong Sriwedari. Bahkan di dalam taman Sriwedari, yang dulu disebut Kebon Rodjo juga terdapat gedung bioskop Sriwedari Theater. Setidaknya, menurut penelusuran koresponden sarklewer.com terdapat 8 gedung bioskop diputar setiap hari di Solo.
Berada di perempatan Pasar Pon misalnya, dua gedung bioskop UP alias Ura Patria bersebelahan dengan Dhedy Theater. Bila ogah nonton film produksi Warner Bross, seneng liat cino ngamuk, pengemar bioskop tentu lebih senang jalan menuju ke bioskop Fajar Theater di samping utara Balaikota Solo.
Entah karena apa gedung bioskop Star di bilangan jalan Widuran lebih banyak memutar film India. Padahal komunitas wong India, tinggal di seputaran Pasar Pon dan Laweyan. Tidak hanya tiga gedung bioskop itu saja yang menyemarakkan pemutaran film box office seperti Towering Inferno, Casandra Crossing, Murder on Orion Exspres dan film cino gelut dengan bintang tenar seperti Bruce Lee, Wuang You atau Yazuki Kurata.
Saking banyaknya pengemar gambar sorot layar lebar, bukan layar tancep di lapangan bal, tampaknya menginspirasi pebisnis membuka gedung bioskop di sebelah Barat Panggung, Jebres. Bioskop Trisakti dan Presiden Theater mak bedhunduk ujug-ujug njedhul dan disesak-padati penonton. Meski antrian mengular tak menyurutkan minat penonton beli karcis tanda masuk nonton film “Inem Pelayan Sexy” atau film horor “Beranak Dalam Kubur.”
Bukan hanya di daerah Solo Utara dan Timur seperti di Pasar Pon dengan dua gedung megah maupun di Panggung, Jebres yang ngejongkrok berdiri gedung bioskop. Di wilayah Barat di daerah Purwosari dibangun Theatre gedong Galaxy Theater, dan Solo Theater di dalam Taman Sriwedari. Dua gedung bioskop lain yang tak kalah terkenal di sebelah Timur pusat kota Solo berdiri Kartika Theater dan di Selatan berdiri Singosaren Theater.
Bagi warga masyarakat yang seneng unthel-unthelan and ndesel-ndeselan ngantri karcis di wilayah Lor Kota Solo juga menyediakan tempat buat nonton pilm. Gedung bioskop Nusukan Theater sengaja dibangun pada November 1974, buat kategori kelas C plus dalam pembagian kasta penonton. Tak mengherankan bila penonton bioskop di Nusukan Theater, gembrobyos dan gathel digigiti nyamuk maupun kutu busuk alias tinggi. Harap maklum, bangku tempat duduk, bukan disediakan layaknya kursi kelas the have, tapi yach itu tadi, kelas suk2 peng, tengah dewe gepeng. (Thomas Desanto/Eddy Je Soe)
No Comment