Terapi Autis dan Strok Lewat Musik


Orkes simponi di beberapa negara menjadi salah satu terapi penderita autis

Bermain music tak sekedar menjadi memainkan berbagai irama sesuai kesenangan semata, tapi bisa juga dipakai untuk upaya memperbaiki kondisi autis. Getaran yang ditimbulkan bunyi music secara tidak langsung dapat mempengaruhi berbagai sel-sel otak hingga ‘menerobos’ kesadaran pasien ketika sel-sel itu sedang ‘malas’, terutama pada penderita autis.

Menurut Daria Aminova dalam artikel di RBTH (Rusia Beyond the Headline) (14/11/19), kemungkinan bunyi musik disertai nyanyian di suatu sekolah bisa jadi akan dikembangkan menjadi salah satu terapi bagi penderita autis. Jenis music tradisional juga diminati para penderita untuk mencoba memainkannya. Artinya, bisa jadi pelbagai bunyi musik dengan berbagai nada mampu menstimulan sel-sel otak penderita autis. Perubahan nada-nada tinggi dan mengalun, dengan mengubah notasi sepertinya dapat menjadi salah satu terapi bagi para penderita.

Teriapi musik di Rusia mulai diterapakn sejak lama (courtesy RBTH.Ru)

Semakin lama irama yang dimainkan, rupa-rupanya para penderita di asrama ikutan mendengar dan berjoget sesuai irama yang dimaink musisi di asrama para penderita autis berdampak positif terhadap perkembangan sensor motorik otak penderia.

Seorang wanita muda memainkan obo di sekolah asrama untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Tidak hanya itu, anak laki-laki sekitar tujuh tahun, penderita autism juga sedang menikmati permainan guru musik yang memperdengarkan berbagai jenis lagu. Tanpa disadari si anak juga acap menyanyikan jenis lagu yang ia kenal. Meski sesekali memandang lantai tanpa makna.

Kemudian gadis itu mengubah kunci dan mulai bergoyang mengikuti irama melodi yang semakin cepat. Dan sekarang ekspresi di wajah bocah itu berangsur-angsur mulai berubah dan dia bahkan mulai menggerakkan shaker bolak-balik ke irama melodi.

Jenis permainan musik bagi penderita autis (courtesy Rbth)

Seperti inilah sesi terapi musik. Bocah itu menderita autisme parah dan dialog musikal ini adalah salah satu dari sedikit cara baginya untuk berinteraksi dengan dunia. Musik membantu anak-anak dengan diagnosis serupa untuk mulai mengekspresikan diri dan mengembangkan kemampuan berbicara dan fungsi kognitif lainnya.

Adalah Alisa Apreleva, Direktur proyek pendidikan MuzTerapevt yang memulai terapis autis menggunakan pendekatan bermain music, menyatakan setelah konser music klasik merasa menjadi lebih remaja kembali dan bersemangat melakukan terapi music pada penderita autis.

Meski tak banyak diketahui secara pasti penyebab autism hingga terjadi kelainan neurologis, penelitian di berbagai lembaga peneliti di negara maju semakin memperoleh perhatian lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Terutama penelitian yang memfokus pada seseorang penderita autis mengalami kesulitan memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan pada orang lain.

Pada dasarnya penderita autis mampu diintrudusir menjadi lebih baik (courtesy Ist)

Jangan heran bila penderita autism acap sulit untuk mengekspresikan diri dengan sempurna melalui kata dan gerak tubuh, ekspresi wajah dan setuhan laiknya seseorang bukan autism. Kebiasaan melakukan pekerjaan yang diulang-ulang dan ketertarikan pada sesuatu sangat terbatas, merupakan obsesifitas tanpa disadari penderita.

Sindrom autisme berkencenderungan sensitive memudahkan penderita acap mengalami gangguan oleh lingkungan yang tak dikehendaki kehadirannya. Kecenderungan hal itu, menurut penelitian akan mudah diintrudusir melalui music yang dapat meredam gejolak sensitivitas penderita. Bukan suatu hal mustahil, apabila terapi music kepada penderita autis dapat memulihkan daya ingat pada saraf sensoris dalam otak penderita autism.

Berdasar hasil studi autism di seluruh dunia, yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tercatat prevalensi penderita autism 1 persen. Artinya satu dari 100 anak penderita autism dan biasanya jumlah penderita autism laki-laki 5 kali lebih banyak dibandingkan wanita.

Tanda Autism

Bila putra-putri bawah lima tahun, tidak suka dipeluk hanya mau bila penderia menginginkan; lebih senang menyendiri; tidak melihat lurus pada obyek ketika orang lain memberitahu sasaran pandang; tak peduli orang lain berbicara tetapi merespon suara lain, merupakan tanda-tanda ringan penderita autism. Selain itu, yang sering terlihat dengan jelas yakni penderita autism sulit beradaptasi dengan perubahan rutin yang pernah terjadi, dan terlambat bicara. Kesemua tanda-tanda itu, pantas diwaspadai secara serius ketika putra-putri Anda masih berumur bawah lima tahun, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Apalagi bila anak Anda tidak merespon saat dipanggil, segera hubungi dokter.

Hingga kini factor penyebab autism diduga para peneliti lantaran terjadi transmutasi factor genetic sebelum terjadi pembuahan dapat disebabkan factor lingkungan dan gen pembawa sifat keluarga kedua belah pihak orang tua. Bisa jadi autism terjadi gangguan pertumbuhan otak normal sejak awal, dan acap terjadi pada anak yang lahir premature yang lahir sebelum 26 minggu. Menurut hasil penelitian perlu disadari bahwa terdapat hubungan antara usia orangtua dengan anak autism. Jadi apa salahnya bila setiap hari Anda mendengar musik. Siapa tahu Anda juga salah satu penderita autism

https://www.rbth.com/lifestyle/330967-music-therapy-russia

Previous Spanyol, Negri Dongeng Berpinggang Bak Guitar
Next Kalashnikov Bedil Andalan Soviet yang Disegani

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *