Seniman Kriya India Membuat Patung dari Pasir Pantai


Karya seniman patung di negri melarat India menciptakan karyanya dari pasir

Bagi pengamat seni kriya, terutama para pematung berpredikat kaliber dunia, tentu para seniman Indonesia, terutama di tiga daerah di Jawa tak bisa dipandang sebelah mata. Karya-karya fenomenal, misalnya Garuda Wisnu Kencana, di tlatah Bali, atau karya kriya lain para seniman di Jogyakarta, Solo, Bali dan Jakarta, pantaslah kita acungi jempol, tanda hormat. Entah lantaran mereka menekuni dunia kesenian usai lulus dari bangku pendidikan universitas seni, atau bahkan tak lolos kuliah, tak jadi soal. Yang penting karya-karya mereka bertengger di setiap sudut kota, dan menjadi icon sebuah pusat perhatian warga masyarakat. Kagum atas ide dan kerja-kerja kesenimanan mereka ketika menekuni dunia sni patung-mematung. Tanpa diusik tangan-tangan jahil yang mengorat-oret karya patung kreasi mereka. Perkara Anda tidak suka, atau jengkel dengan karya para seniman, sebagai warga beradab tentu, sebaiknya saling menghargai karya-cipta seniman tanah air.

Kita tentu masih ingat, ketika di samping jembatan, bertengger karya seni sepatu berlogo tertentu  mencolok mata, mendapat kecaman dan menyita perhatian warga masyarakat pengguna jejaring social media. Ingatan kita pun masih belum melupakan ketika korban lumpur di Sidoardjo menenggelamkan kehidupan rakyat kecil, lantas muncullah para pematung membuatkan gambaran mengerikan puluhan kepala patung ditenggelamkan di lokasi tempat kejadian perkara. Protes satir dan menohok para seniman patung, tentu sah-sah saja dilakukan agar bangsa beradab sebaiknya menghargai makna karya seni.

Perkara laku atau tida, bukan urusan seorang seniman yang lebih penting berkarya inovatif (Ist)

Bila kita melonggok hasil karya seni para seniman pematung dari luar, acapkali kita tersengal-sengal menahan nafas lantaran kagum dan jengkel. Bagaimana mungkin mereka, para seniman patung dan/atau creator seni, tak ada waktu berhenti sejenak tidak menciptakan karya seninya, Justru di situlah nafas kita ikutan tersengal-sengal menahan jengkel agar tidak membanding-bandingkan karya para seniman luar negeri dengan seniman di negeri kita. Di tangan para seniman luar, apapun yang dirasakan memungkinkan menuangkan karya seninya, mereka ngotot ingin tetap berkarya. Liat saja karya seniman lain, sekedar contoh, membuat membuat ornament patung, bukan dari bahan seperti biasa digunakan seniman lain menghabiskan duit, dan berharap laku terjual.

Karya pematung dari negri melarat, tidak takut kelaparan (Ist)

Karya seni kontenporer, boleh juga disebut seniman patung, seperti pematung dari Lahore, negri melarat India meski terbilang tak memiliki duit jutaan dia toh tetap berkarya. Bukan hasilnya dapat terjual hingga mendatangkan keuntungan finansial yang didapatnya, tapi kepuasan batin karyanya dapat dinikmati pelancong yang kebetulan berada di pinggir pantai. Ia membuat seni patung dari bahan baku pasir pantai. Jangan ditanya berapa duit rupie yang dihabiskan untuk membuat seni patung pasir dan berharap laku terjual. “Tidak banyak duit. Saya ingin berkarya dan dilihat banyak orang di pinggir pantai. Biar mereka senang,” katanya dikutib newsoffindia, Apa kamu tidak capai? Jawabnya singkat, “nehi.”

Berbeda dengan jawaban seniman patung dari negri melarat, India, bila ditanya soal inovasi sebagai seniman bila tidak menghasilkan duit untuk menopang hidupnya, jawaban singkat “Nehi” itulah yang mengejutkan. Seorang seniman, tentu punya batas toleransi agar karya-karya dihargai dan syukur-syukur laku dijual dan dikoleksi para kolektor karya seni. Jawaban mengejutkan sekaligus pantas diacungi jempopl itulah yang membedakan karya seni seniman di negri mbahmu Indonesia, dengan seniman luar negri lain. Mereka berkarya dengan totalitas sebagai wujud profesionalitas sebagai seniman tangguh. Persoalan seperti itulah yang acap menggerogoti alasan inovatif sebagai seorang seniman, tergerus oleh budaya takut kelaparan alias wedi luwe. Meski, seniman luar negri pun juga sebenarnya takut lapar, dan tidak bisa lagi berkarya hingga menghasilkan duit untuk melanjutkan inovasi-inovasi karya baru sebagai seniman patung. Atau pilihan lain, jadi patung. Tidak perlu berkarya. (Nicole dari As / Eddy je soe – Solo)

Previous Demi Moore, Ghost Film Hantu yang Ingin Membalas Dendam
Next Kate Winslet Namanya Melambung Saat Bermain dalam Film Titanic

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *