Mengenang Janis Joplin Musisi Blues-Rock top Sejagat Anti-Perang


Penampilan lady blues-rocker Janis Joplin sederhana toh membuat namanya terkenal sejagad

Entah siapa yang mulai melakukan cemoohan alias bahasa now disebut bullyng atawa perisakan tak ada literatur yang pernah membahas asal-muasal pertamakali muncul dan membuat para bintang tenar jengkel, lantaran dicemooh. Ingin rasanya bullyng dienyahkan lantaran berakhibat fatal merasa terasing dan terpinggir.

Perasaan jengkel akibat dirisak secara langsung dihadapan banyak orang, Joplin melampiaskan kejengkelannya bertekat ingin menjadi seseorang yang akan diperhitungkan kehadirannya di dunia. Meski diusianya tergolong muda, 27 tahun, Joplin meninggal dunia, toh dunia tariksuara rock-blues diwarisi ketenaran namanya sebagai perempuan pencipta lagu dan penyanyi tenar. Janis Lyn Joplin, nama lengkap musisi blues-rock yang lahir 19 Januari 1943 di Port Arthur, Texas, Amerika Serikat.

Joplin dalam festifal musik Woodstock yang ditonton jutaan penonton menentang perang

Karirnya sebagai musisi blues-rock vokalis Big Brother and the Holding Company, menempatkan dirinya sebagai musisi di urutan ke-46 dalam daftar 100 Artis Terbesar Sepanjang Masa, menurut majalah Rolling Stone. Joplin meninggal akibat over dosis di Los Angeles, menyusul kematian Jimi Hendrix, Brian Jones, Jim Morrison, Kurt Cobain dan Amy Winehouse diusia yang sama 27 tahun. Jadi berhati-hatilah pada musisi yang menekuni ketenaran sebelum umurmu 27 tahun dan pemakai narkoba, kalau tak ingin nyusul bintang rock papan atas dunia.

Suara melengking dan acap ‘ngebas’ Joplin memang diakui tak tertandingi hingga saat ini. Pemilik suara mezzo-soprano, acap disebut sebagai gado-gado suara Billie Holiday, Bessie Smith dan Aretha Franklin kalau itu. Ketenarannya Joplin tak pelak menjadi salah satu rockstar pengusung ‘Generasi Bunga’ yang konsisten menentang peperangan. Ia mentengkelek menentang peperangan di seluruh jagad dan konsisten menyuarakan gerakan anti-perang.

Penyanyi legendaris perempuan yang dinobatkan sebagai musisi terkenal sejagad antiperang

Tidaklah mengherankan bila majalah top-markotop Vogue, pada tahun 1968, menorehkan Joplin sebagai ‘perempuan paling hibat di dunia’. Meski distempel sebagai wanita perkasa, kehidupan Joplin sebenarnya muram: kesepian, perisakan, dan rapuh. Padahal sebenarnya Joplin, menurut Patricia, janda Jim Morrison, seperti dikutib Vanity Fair lewat Tirto-Id ia perempuan sangat cerdas, sensitif dan hidup untuk semua orang yang ada di sekitarnya.

“Apa yang orang-orang tidak tahu dari Janis, selain ia perempuan yang sangat cerdas, sensitif, dan hidup untuk semua yang ada di sekitarnya, Ia sangat rapuh,” ujar Patricia, janda Jim Morrison, seperti ditulis Vanity Fair.

Dengan postur tubuh yang agak tomboi, dan bercak di sekujur wajahnya membuatnya sulit bergaul dengan teman-teman sewaktu kuliah. Hingga menjadi salah satu penyebab Joplin hijrah dari kota kelahirannya usai tamat SMA ke Texas. Di Texas Joplin ngeyel kuliah seni di Universitas of Texas at Austin. Dengan rambut dicat dan berpakaian layaknya cowok, dia kadang ngocol di depan publik memetik gitar akustik yang dibawanya membawakan satu-dua lagu diiringi pekikan menentang perang.

Penampilan tak terkesan glamour Joplin mampu menghipnotis pengemarnya hingga albumnya terjual jutaan keping

Bersama Big Brother and the Holding Company, Joplin album bertajuk self-titled. Hampir isi lagu-lagunya berupa senyawa rock dan psikedelik berpadu jadi satu kesatuan menyegar-nyamankan pendengarnya. Tidaklah mengherankan bila album memenuhi rak toko rekaman seantero AS. Bukan hanya sukses dalam rekaman album lagu, Joplin juga mulai manggung di perhelatan besar di Monterey Pop Festival yang ditonton puluhan ribu pasangan muda-mudi yang seide dengan Joplin: anti-perang. Jelas membikin heboh seluruh AS.

Joplin juga mulai menghentak panggung-panggung besar seperti Monterey Pop Festival. Di hadapan puluhan ribu pasang mata, Joplin sukses bikin heboh. Bukan hanya itu, Joplin merelease album baru Cheap Thrills, mengusung aroma blues, dan terjual jutaan cophy. Lagu ‘Ball and Chain’ sampai ‘Piece of My Heart’ meledak di pasaran.  Kedua album Joplin itulah melesakkan namanya sebagai bintang besar iconik rock and roll baru. Bahkan Newsweek, pada 1969, menjadikan sampul majalah dengan tajuk bertulis, “Rebirth of Blues”. Sementara Kritikus jazz veteran, Nat Hentoff, menyebut Joplin sebagai ‘penyanyi perempuan kulit putih pertama, sejak era Teddy Grace, yang melantunkan blues dengan karakternya sendiri.”

Kendati telah jadi bintang rock, Joplin tak lupa dengan akarnya. Mengutip Vanity Fair, yang dikutib Tirto-Id, ia rutin mengirimkan surat kepada ibunya. Menceritakan segala hal yang ia alami di San Francisco; berpacaran dengan sesama musisi, betapa padatnya jadwal konser, serta perkara-perkara remeh lainnya.

Katleen Bergeron, salah satu pengemar Joplin, menulis kekagumannya “After graduation from UT Journalism School in 1969, I got to go to New York on an internship with the Magazine Publishers Association. The magazines I worked with often got free tickets, and I got to be in the audience the night Janis was on the Dick Cavett Show. Her voice was just chilling, and I was so moved by it. I have never heard another human voice with such power and emotion. The show was taped, and a couple of nights later, it ran on the local TV station. Sadly, it didn’t have near the impact of hearing her in person. (Katleen Bergeron, January 4, 2020)

Kenekatannya anti-perang dengan dandanan yang nyeleneh, banyak orang masih saja tetap membullyng Joplin dan membuatnya pindah ke San Francisco merintis jalan hidup baru sebagai musisi. Di tempat baru, justru Joplin menemukan kehidupan yang nyaman dan damai untuk menyalurkan hasrat seninya hingga mencuat sebagai bintang tenar kala itu. Album lagu-lagunya menempati anak tangga di hampir semua stasion radio se-Amerika Serikat. Bukan hanya itu, nama Joplin melejit setelah dia melahap jenis musik, rock sampai blues hingga vocalnya mulai menyesuaikan waktu dan kawasan. Jeplin juga bergabung dengan band-band lokal seperti Jefferson Airplane dan juga Grateful Dead. (eddy je soe / Nicole dari Moscow)

Previous Melintas Jembatan Anichkov di Negri Komunis Rusia Tanpa Takut
Next Mode 70an Kembali Digandrungi Warga Dunia di Masa Pandemi Covid-19

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *