Jejak Led Zeppelin dalam Ingatan Presiden


Band heavy metal Led Zeppelin menjadi legenda musik cadas dalam blantika musik dunia hingga kini

Sesekali coba tanyakan pada papa atau opha kamu grup band cadas heavy rock metal manakah yang paling keren di era 70-an. Tentu mereka, paling kurang sebagai pendengar fanatic radio, akan menyebut nama Led Zeppelin dan Deep Purple. Dua nama grup band yang beken di tahun 70-80 tak hanya dikenal sebagai pemusik ‘garis keras’ dalam blantika dunia permusikan dunia. Bisa juga bisa dikatakan sebagai pengebrak alunanan music melankolis yang lagi musim.

Tak ayal para pengemar band cadas Zeppelin dan Purple acap dicap sebagai ‘cah bandhel’ urakan lantaran rela menyempal dari nilai kepatutan harmonic musik mendayu-ndayu lagu-lagu yang dibawakan kelompok band omahan seperti The Beatles atau Elvis Presley. Bisa dimaklumi permainan di atas panggung Robert Plant dan Ian Gillan ketika mencabik-cabik gitar waktu itu tak mungkin tertandingi kecekatannya dalam bermusik rock yang memang dituntut seperti itu.

Singa tua sang dedengkot Zepplin, Robert Plant, meski gaek tetap berada eksis di panggung (courtesy pic gettyimage via rollingstone)

Meski Zeppelin pernah sekali nyempal melantunkan lirik melodi nan sendhu membawakan “Stair Away to Heaven” toh nyatanya juga digandrungi pemujanya ketika mereka manggung yang dijubeli ribuan penonton. Setelah itu Zeppelin kembali menempatkan diri ke posisi awal sebagai band cadas saat membawakan repertoar album pertama mereka.

Bukan hanya pengemar band rock asal Ingris itu yang membuat penonton di panggung histeris meneriakkan perdamaian, tapi ingin menikmati berjalan meniti tangga surga. Kagak peduli pencabik-cabikan nada yang dimainkan Jemy Page salah pun, toh tetap menjadi standard band epigon dari benua lain, termasuk juga merangsek ke negeri ini.

Andai saja waktu itu, musik ndangdut telah mewabah di Indonesia bisa jadi Robert Plant akan terpesona tak kalah dengan music padang pasir yang dibawakan Ummi Kaltsum. Bila dikatakan syair-syair Zeppelin kala itu terpengaruh gaya genre band gurun pasir di timur tengah, tak bisa dibilang keliru. Bahkan Robert Plant dengan Zeppelin membuat album berkolaborasi barengan Alison Krauss.

Bersama musisi muda Robert Plant tak memandang sebelah mata manggung bersama (courtesy rollingstone)

“Dia langsung terpengarah mendengar music Ummi Kaltsum,” kata Plant seperti dikutib The Guardian, “Plant bahkan memasukkan lirik “Leilet Hobb (Night of Love) yang dirilis Umm Kulthum tahun 1972.”

Tidaklah mengherankan bila kemudian Zeppelin menggelontorkan album dengan syair bergenre music zasirah timur-tengah lewat lagu “Khasmir” yang mengebu-gebu itu. Bisa jadi pengaruh music padang pasir mampu menerobos keempat musisi Zeppelin lewat lagu yang digelontorkan bertajuk, “Friends”, “Achiless Last Stand”, “In the Light” dan tembang epic “Kashmir”.

Tidak hanya itu pengaruh music gurun pasir menggoyahkan ‘iman’ para personil Led Zeppelin berheavy metal di dataran Eropa, tetapi juga merangkul sebelas musisi Egyptian Ensemble pada tahun 1994 manggung di Maroko. Menurut Salman Ahmed, gitaris Pakistan pendiri grup Junoo dan pengajar di Queens College, menyebut penyerapan misik padang pasir ke musisi Led Zeppelin membuat pembeda dengan rock band dalam jagat raya dunia perusikan rock n roll, kala itu.

Pemetik gawai guitar bercabang serba bisa Jone menjadi idola setiap penampilan Zeppeline

“Saat itu padahal ada semacam jarak antara Timur dan Barat, serta Eropa dan Islam,” tulis Ahmed yang pertama kali menonton Led Zep pada 1977. “Pesan yang mereka sampaikan adalah Barat dan Islam bisa bergandengan tangan, dan mereka bisa membuat musik yang kuat hingga bisa mendobrak barikade yang selama ini memisahkan dua kebudayaan,” seperti tulisan Nuran Wibisono dalam artikel di media Tirto.id

Tidaklah mengherankan bila para petinggi negara seantero jagat mengelu-elukan music heavy metal Led Zeppelin meski telah lama ambruk setelah penggebuk drum ‘Bonzo’ tewas nenggak Vodca seember tanpa jeda semenitpun usai mengebuk sair lagu “Black Dog” dan “D’yer Mak’er”, sungguh sangat ironis memang.

“Saya dulu punya kasetnya band rock seperti Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabat, The WHO. Lumayan apal nama vokalis Led Zeppelin seperti Robert Plant, Jimmy Page (gitar), John Paul Jones (bass) dan John Bonham (drum),” kata walikota Solo, Joko Widodo, delapan tahun lalu di Lodji Gandrung, Solo, dalam perbincangan santai dengan wartawan.

Inilah musisi tanpa tanding si tukang gebuk drum Led Zeppelin Jone ‘Bonzo’ Bohnham (courtesy rollingstone)

Sepeninggalnya Bonzo tinggalah John Paul Jones, penghelat bass, menjadi pengikat tiga personel Led Zeppelin yang liar namun dikagumi pengemarnya di seluruh jagat. Pembawaan Jone bisa dibilang kalem dan santun disbanding tiga anggota lain yang chick and flamboyant. Setelah ‘klenger’ bertahun-tahun, nama Led Zeppelin tak terdengar di blantikan dunia music keras di negeri ini.

Tapi jangan takut masih ada pengemarnya yang menyimpan koleksi kaset lawasan band rock heavy metal salah satunya presiden Jokowi . Bukan hanya presiden Jokowi yang kesengsem lagu-lagu yang dibawakan Led Zeppelin tetapi puluhan musisi top seperti Frank Zappa, gitaris Stanley Jordan. Bahkan grup rock Butthole Surfers memelesetkan lagu ‘Stair Away to Heaven’ menjadi ‘Hariway to Steven’. Siapa tahu band rock Butthole Surfers itu kelamaan tinggal di JOgya, jadi suka memelesetin makna kata. Itu sudah! (berbagai refrensi Nicole dari Jerman/eddy je soe-Solo)

Previous Selamat Datang Kutu pembawa Virus Angloshan dari Cina
Next Ditemukan Bakteri Pengubah Golongan darah tipe Ab, A dan b Menjadi 'O'

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *