Exotisme Kawah Belerang Gunung Ijen


Hanya ada di 2 negara, pemandangan blue lava kawah gunung Ijen dan di Eslandia

Entah siapa yang menamai kawah memakai kosakata ijen, tak banyak orang yang mengetahui. Ijen dalam terminology Jawa, kasar berarti sendirian. Bisa jadi kawah bekas ‘wadhuk’ gunung Ijen, njebluk sendirian ketika itu dan meninggalkan bekas danau belerang terbesar sejagad. Keindahan panorama waduk Ijen, tak hanya mengundang decak kagum wisatawan luar negeri, bahkan serombongan menteri beberapa waktu lalu nginthiek nyatroni kawah Ijen.

Sebut saja Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, maupun Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo didampingi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, ngebelain mengikut prosesi penyalaan obor abadi yang akan dibawa pada pembukaan Asia Games di stadion Gelora Bung Karno (GBK) bulan lalu.

Pemandangan menajubkan di atas gunung Ijen ketika srengenge baru njedul dari ufuk timur sungguh luar biasa (courtesy banyuwangibagus.com)

Entah lantaran keindahan alam kawah Gunung Api Ijen di perbatasan dua kota kabupaten, ataukah para pejabat negara setingkat menteri itu ingin mencoba masker penahan bau belerang yang menyengat, tak ada yang berani bertanya.  Yang jelas, kalau eLoe ingin mencoba mloka-mlaku ndak pakai masker penutup irung dan dibasahi, salah sendiri bila tiba-tiba pingsan.  Jangan nyalahin menteri yang nekat ngocol kagak pakai masker basah, karena mereka orang ‘kuat’ di negeri ini.  Mau pakai masker atau kagak, apa hak kamu nanyain mereka.

Barangkali mereka lupa kalau kawasan kawah di situ acap menebar gas beracun sulfur yang mecekik leher hingga menghentikan denyut jantung, jangan coba-coba nekat menerobos ke dalam kawasan pariwisata, kecuali menteri!  Setidaknya selama 5 tahun terakhir, luncuran gas beracun belerang, telah tiga kali membuat warga masyarakat di sekitar kalang-kabut terpaksa diungsikan ke daerah aman, hanya saja tebaran gas beracun di kawah tidak selalu terjadi setiap waktu. Meski demikian kedatangannya juga tidak bisa diprediksi waktunya gas beracun penebar maut itu datang.

Perubahan warna dari biru ke Hijau sungguh sangat memukau mata (courtesy banyuwangibagus.com)

Bila Anda pengemar wisata alam, tidaklah berlebih bila nama Kawah Ijen menjadi salah satu kekaguman pilihan utama untuk melihat dari dekat warna-warni toska dan biru api pada tengah malam jelang subuh yang tidak ada duanya di dunia. Hanya saja Anda perlu mendaki tebing sepanjang 3 km dengan kemiringan sekitar 25-30 derajat agar bisa ngelihatin warna-warni memesona itu.

Kawah Ijen di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi merupakan satu-satunya ‘blumbang’ kawah terbesar sejagat di ketinggian 2600 mdpl. Terdapat ribuan ton sumber belerang bagi penambang penduduk tradisional mempertaruhkan nyawanya mengangkut belerang untuk mata pencarian bertahan hidup. Puluhan ribu ton sumber belerang diangkut menaik-turuni jalan berliku menambang belerang.

Meraih asa dalam derita menjadi bagian kehidupan warga negara (courtesy banyuwangibagus.com)

Mereka, para petambang belerang tak sedikitpun mengeluhkan penderitaan yang wajib dipikulnya bertahun-tahun. Dari situlah kita bisa meneropong dan merasakan asa, gairah dan semangat hidup wong cilik. Dan pada tempatnyalah seharusnya kita bersyukur masih dapat menghirup kenikmatan walau sesaat dibandingkan derita yang mereka pikul.

Lihat saja keuletan para penambang belerang di lereng kawah gunung Ijen.  Menjelang pagi, para penambang bergegas menuruni jurang sepanjang 3,5 km ke kawah mencangkul bongkahan belerang di tebing dasar jurang 700 meter, dan membawanya kembali ke atas tebing.  Sungguh pengobarbanan tak terterperi melihat kegigihan warga masyarakat. Masker basah, merupakan senjata ampuh melawan kepulan asap belerang yang menyesakan nafas dan memerihkan mata telanjang.

Tak ada alat berat berani mati melantakkan sumber mata pencarian para penambang belerang. Dengan peralatan sangat sederhana, linggis, kapak dan palu mereka hanya mampu memperoleh rata-rata 150 kg, dengan dua kali penambangan ulang-alik. Hasilnya? Jangan tanya sampai puluhan hingga ratusan ribu, mereka hanya mengantongi 600-700 ribu setiap kilogram belerang! Sungguh ironis.

Bila ingin melihat deretan gunung Bromo, berdirilah di tepi kawah Gunung Ijen diketinggian dengan (courtesy pesonabromo.com)

Bila anda sudah tak tahan melihat perjuangan hidup para penambang belerang, segera bergegaslah menuju punjak kawah. Di puncak gunung Anda dapat melihat pemandangan mentakjubkan yang ada di negeri ini: blue fire. Tentu Anda harus menaiki kawah di ketinggian 2.443 meter dari permukaanlaut bila ingin melihat semburan api biru dari kawah Ijen. Selain di kawah Ijen kembaran api biru yang muncrat hanya ada Eslandia. Nah kan sesekali mendakilah ke gunung Ijen di perbatasan dua kota kabupaten Bodowoso dan Banyuwangi.

Selain transportasi lokal seperti Jeep dan speda motor ataupun kuda, Anda pun dapat berjalan menembus rerimbunan pohon kopi paling lama 8 jam menuju ke tepi kawah Ijen. Jangan takut apabila Anda naik ke puncak gunung di bawah selimut kegelapan atmosfer yang menegangkan, dan kepulan asap belerang menyengat cukup persiapkan perlengkapan mendaki lengkap, termasuk masker basah penahan bau belerang.

Nah bila saatnya matahari terbit di kedinginan pagi buta, jangan lupa abadikan fenomena alam yang sangat memesona blue fire berlomba melongok kehidupan di kawah Ijen, sembari menyaksikan deretan gunung lain di tepi kawah. Betapa mentakjubkan kuasa sang pencipta menorehkan keajaiban dunia buat manusia. Tengoklah ke sana agar hidup eLoe penuh warna.

Previous Otak Einstein dan Surat Pada Tuhan
Next Melacak Jejak Genetis Orang Afrika dan Suriname

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *