Apa Jadinya Bila Asteroid Sebesar Pulau Bali Kemarin Nibani Bumi


Badan Antariksa Nasional Amerika (NASA) memprediksi Asteroid akan menabrak bumi (courtesy mirror)

Sepertinya ketakutan terhadap ancaman asteroid dan komet akan menabrak Bumi belum berakhir. Pasalnya asteroid 2019 RG2, yang terpantau Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), semalam melesat dengan kecepatan 50.000 mil per jam atau sekitar 80467,2 kilometer per jam, 9 September 2019, semalam nyaris nyungsep ke bumi membuat deg-degan. Padahal menurut perhitungan njelimet NASA, benda luar angkasa telah melayang-layang di sekitar cincin peredaran tata surya. Bisa dibayangkan bila prediksi NASA kemarin itu benar, dan ndilalahnya batu sebesar pulau Bali itu jadi mampir ke bumi, jelas membuat kita cemas. Bagaimana tidak batu sebesar pulau itu melesat dengan kecepatan 21.99 kilometer per detik dan kemudian nyungsep ke bumi njuk piye jhal.

Ilustrasi Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, serangan obyek benda luar angkasa asteroid nyungsep ke bumi  (courtesy NASA)

Ndilalahnya, asteroid itu Cuma berada pada jarak sekitar 0,00350 unit astronomi (au). Satu unit astronomi sama dengan jarak antara Bumi ke Matahari, kira-kira sekitar 149,6 juta kilometer. Kemungkinan Asteroid RG2 akan aman melewati kita dari jarak 523.529 kilometer –kira-kira jarak antara bulan dan bumi, pada 10 September 2019, kemarin. Meski demikian, siapa orangnya yang tidak ketar-ketir bila ujug-ujug, perhitungan ahli tatasurya dan benda luar angkasa itu benar-benar terjadi. Kegaduhan itulah yang membuat para ahli strategi militer lima negara eyel-eyelan cara mencegahnya. Mereka berpendapat, bila perhitungan NASA itu akurat, lebih baik asteroid itu dihadang dengan senjata pamungkas, nuklir. Meski lima negara seperti Amerika, Rusia, Jepang, Jerman dan RRC belum percaya batu luar angkasa itu akan nyungsep ke bumi, mereka tetap mewaspadai kemungkinan hal itu akan terjadi

Ilustrasi Asteroid nyungsep memasuki atsmosfir bumi yang diambil dari laboratorium Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA)

Namanya juga debat para pakar lintas planet dengan para ahli strategi militerpun tentu diwarnai kegaduhan berulang-ulang. Bukan hanya sekali pejabat tingkat tinggi mendengarkan apaparan peneliti benda luar angkasa dari NASA, dipublikasikan melalui saluran jarak-jauh lewat media elektronik, meskipun tak membicarakan secara detail kemungkinan kiamat setempat. Panelis dari negara-negara maju tentu tak ingin negrinya dilanda kekisruhan bangunan pencakar langit mblesek ketiban Asteroid.

Bukan hanya ketakutan bangunan gedung mentereng yang remek, tapi yang dikawatirkan Asteroid bisa saja jatuh ke tempat penyimpanan alat-alat peperangan berbahaya dan reaktor nukir, misalnya. Bukan hanya negaranya yang akan lumat lantaran ketiban ndaru, tetapi bisa saja melumatkan seluruh mahluk hidup di sekitar tempat reaktor nukir tertiban Asteroid. Bisa saja terjadi Asteroid Apollo semalam nyungsep ke bagian negara yang diprediksi Nasa. Pengalaman pahit di Chelyabinsk bagian Rusia pada tahun 2013 lalu, kejatuhan Asteroid misalnya, kerusakan yang ditimbulkan diperkirakan sangat dahsyat. Meski demikian tidak ada orang yang meninggal dunia akibat Asteroid jatuh di Chelyabinsk.

Asteroid yang nyungsep dan menimbulkan dentuman di wilayah Chelyabinsk Rusia, menimbulkan kerusakan dan mencederai penduduk (courtesy rbth)

Meluncurnya Asteroid yang nyungsep di Chelyasbinsk Rusia, menurut saksi mata, sungguh membuat takut. Semua orang yang melihat berteriak-teriak histeris. Apalagi sebelum jatuh di suatu daerah, gelombang getar akibat ledakan Asteroid memasuki atsmosphir bumi terdengar hampir di seluruh wilayah Rusia. Mereka mengira terjadi benturan persenjataan antarnegara. Tetapi asap tebal seperti jamur tak kunjung hilang dari ruang angkasa.

Kejadian di Cheyasbinsk membuat kegaduhan di beberapa wilayah lain tentu menakutkan. Apalagi ketika asteroid sebelum memasuki atmosfer bumi memancarkan kilatan sinar seterang matahari dan menimbulkan dentuman keras sebelum nyungsep. Menurut penuturan penduduk seperti dikutib rbth.ru (rusia beyound the headline), sekitar 1500 orang terluka serius dan dirawat ke rumah sakit akibat pecahan kaca gedung-gedung yang disebabkan efek tidak langsung gelombang kejut dentuman dalam waktu beberapa menit setelah kilatan menyambar.
Lebih dari 7.200 bangunan di enam kota di seluruh wilayah rusak oleh gelombang kejut ledakan, dan pihak berwenang bergegas membantu memperbaiki struktur di bawah suhu beku.

Luas wilayah di negara Serbia yang pernah kejatuhan asteroid beberapa tahun lalu (courtesy NASA)

Diperkirakan asteroid yang jatuh memilik massa sekitar 12.000-13.000 ton dengan diameter 20 meter. Peristiwa jatuhnya benda langit Asteroid itu, sebenarnya merupakan yang terbesar sebagai benda angkasa alam memasuki atmosfer Bumi sejak peristiwa Tunguska tahun 1908, yang menghancurkan wilayah Siberia yang luas, terpencil, berhutan, dan sangat jarang penduduknya. Asteroid atau dalam bahasa awam disebut meteor Chelyabinsk merupakan kejadian alami yang dapat mengakibatkan sejumlah besar kerusakan dan cedera di kota berpenghuni. Meski tak disebutkan menimbulkan kematian akibat tertindih batu luar angkasa.

Meski tidak mengakibatkan kematian, bila asteroid sebesar Pulau Bali semalam benar-benar nyungsep, misalnya ke suatu daerah di Indonesia, bisa dibayangkan betapa mengerikan peristiwa alami itu. Untungnya, kemarin asteroid 2019 RG2 tidak nyungsep ke planet bumi. Coba dibayangkan bila benda-benda lagit yang terbakar di langit Chelyabinsk, Kurgan, Sverdlovsk, Tyumen dan Orenburg Oblasts, Republik Bashorstan dan di daerah lain di Kazakhstan yang menimbulkan bola api melesat melintasi langit dan menimbulkan ledakan keras, apa tidak mengerikan. Untungnya kemarin bumi kita cuma dilewati batu jatuh dari luar angkasa raya. (nicole dari AS/eddy je soe-Solo)

Previous Street Art Seni Mengorat-Oret Tembok Pakai Pilog Digemari & Mewabah
Next Korban Salah Tangkap Peristiwa 1965

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *