Ajang Pamer Baju & Betis Paris Fhasion


Bela Hadid Pamer Baju dan Susu (courtesy Paris houte Ist)

Inilah ajang mloka-mlaku pragaan busana di atas catwalk yang menjadi barometer dunia glamour selebritas sejagat: Paris fashion week. Namanya juga perancang adibusana top-markotop, acara ajeg pamer pakaian klas sakndonyo tentu ditekani designer klas wahid. Meski tak satupun designer Indonesia pernah diundang, toh yang namanya dhodol karya perancang menarik minat pemerhati rancangan dari berbagai tempat.

Peragaan busana kali ini, tak seperti biasanya diadakan di hotel mewah yang dihadiri pengamat dan media cetak maupun elektronik, tetapi digelar di jalan raya di Paris. Namanya juga pusat mode sejagad, peragaan busana minggon itu pun diapresiasi pelbagai kalangan. Pembukaannya pun tak urung dihadiri pejabat pemerintah pariwisata setempat dan dijaga ketat. Hanya saja tempatnya di hotel dengan seting seperti di jalanan.

Milan Fashion 2017 (courtesy the fasiontag.com)

Pagelaran adibusana pura-puranya di tengah jalan, kata Nicole Sacarovic jurnalis Sarklewer dalam laporan pandangan mripat, menyebut panitia penyelenggara tak mau mengambil resiko peragawatinya diberondong bom. Makanya, sejak masuk di wilayah apartemen mewah bergaya dekorasi jaman Renaissance, jaman keemasan bangsa Yunani kuno, pengawalan sangat ketat.

“Termasuk jurnalis yang akan melakukan liputan. Seluruh tas bawaan dan camera diperiksa sangat ketat,” ujar dia, “wong camera murahan kok diperiksa nganti njlimet. Emang’e bisa buat nembak? Panitiane kebangeten tenan.”

Tidak hanya pengawalan pas peragawati berlenggang-lenggok yang dikawal ketat, juga juru potrex wira-wiri jeprat-jepret pun diperingatin panitia. “Emangnya gwe kamu sangka mau motrex peragawati yang lagi wudho mblejet, gila apa. Gwe pan sejenis,” ujar Nicole sewot.

Milan Fashion Week17 (courtesy versace)

Barangkali, menurut Nicole berandai-andai, yang sedang berlenggang-lenggok di papan kucing –catwalk– di jalanan ualus menjadi terheboh. Sakjannya di Solo dulu pernah diadakan fashion show di jalan raya di Gladag. Tapi entah lantaran kenapa, agenda pamer pakaian batik enthu mandeg, greg. Sakjannya, banyak simbok-simbok juga ingin mengelar dagangan batiknya, lha tapi keburu moix.

Berbeda dengan ajang pamer rancangan para designer yang diikuti dari berbagai kutho tumplek blek berpartisipasi. Bukan lantaran Paris sebagai pusat budaya pamer betis dan uayu-uayuan perawati, tapi emang mereka punya niat menjadikan kutonya sebagai barometer mode.

Jadi tidaklah menghermankan kalau setiap ada epen penting pemerintah ikut campur tangan mengamankan jalannya fashion show. Tidak hanya enthu, walikota Prancis pun woro-woro jadual setiap fashion show secara rutin. Mereka, pemerintah Perancis, tentu ingin memandang kebudayaan menjaga lingkungan melalui fashion Alexis Maille juga digembar-gemborkan lewat para designer.

Devon Windsor dalam Victoria Screet

Tak ayal, fashion Alexis Maille kadang juga dilakukan di hotel mewah, dengan seting mirip menyerupai alam ndeso pegunungan. Rancangan para designernya pun wajib bertema menjaga lingkungan hutan. Kalau ntar di Solo diadakan di Gladag, gwe usul temanya, menjaga patung Gladag tetap Exis! Nah lho, piye jhal (Nicole Sacarovic/ Eddy Je Soe)

Previous Menenteng Tas Bermerek, Nambah Gengsi?
Next Dr Sudanto: “Dibayar Rp.2000 Di Papua Tra Masalah”

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *