Pernahkah mendengar peribahasa seloka Jawa, biasanya semacam ancaman, “rawe-rawe rantas, malang-malang putung” (rame tertebas yang melintang putus), tanaman pembuat gatal-gatal ke seluruh tubuh bila tersentuh tangan dan menjalar rambutnya, jangan harap bisa cepat hilang menimbulkan gatal lagi. Tanaman liar sebagai pagar-pagaran asal Afrika namanya keren Velvet Beans atau Kacang Beludru, setelah datang di desa kering air, dinamai Kara Benguk.
Meski sekarang buah polong menakutkan, lantaran pemercik gatal di seluruh tubuh bila terkena bulu yang bisa terbang, sungguh nikmat sebagai pengganti kacang tanah goreng kering di hari lebaran. Hanya saja, saat ini selain sulit di dapat, juga mahal harganya di daerah kering jarang hujan seperti Gunung Kidul dan pinggiran desa di Wonogiri. Cara tanamnya pun tak terurus dan dibiarkan merambat di pagar sesama tanaman penghambat lain di luar rumah. Padahal, di luar negeri, tanaman ini dibudidayakan sebagai bahan pembuat zat yang dapat digunakan sebagai viagra dan obat parkinson.
Nah saking ketakutan gatal bila tersentuh bulu-bulu rawe, meski bukan sebagai tanaman hias khas pedesaan, tampaknya cukup penting pula buat bahan obat di luar negeri bila diolah di laboratorium. Tidaklah mengherankan bila di luar, tanaman ini justru menjadi salah satu andalan dagangan dan ditanam teratur, bila telah berbuah kara matang hasilnya cukup besar bila dijual ke pabrik farmasi.
Sedang buah rawe, di pedesaan acap dinamai benguk dan menu khas pedesaan di Jawa. Entah mengapa dinamai seperti itu, tak banyak peneliti yang tertarik dengan kegurihan bila telah menjadi kacang kara sebagai nyamikan. Tumbuhan kara benguk sebenarnya bukan khas asli Jawa. Habitatnya, menurut F Rahardi, asli tumbuhan Mucuna pruriens Afrika, Madagaskar, Jazirah Arab, Asia Selatan, Indochina, China, Semenangjung Malaya dan Filipina. Enggak ada yang mengklaim tumbuhan kara benguk asli tumbuh dari Gunung Kidul atau Wonogiri.
Bisa jadi kara benguk njedul ke tanah Jawa diperkirakan sejak zaman Hindu di masa lalu. Barangkali, dulu di zaman kerajaan, bagi punggawa yang mbalelo, diganjar tubuhnya dengan bulu-bulu rawe dari tanaman kara biar kapok. Nah bila Anda ingin bernostagia mencicipi olahan benguk, pergilah ke selatan dan belilah menu, yang dianggap tidak bergengsi, sayur lodeh benguk. Dan sekali-kali jangan membayangkan kulit tubuhmu akan bentol-bentol gatal, tidak akan.
Benguk bila telah diolah menjadi sayur atau tempe, jangankan seperempat dalam kemasan plastic, dipastikan akan lahap tersantap. Lain halnya di Amerika, kara benguk justru menjadi incaran petani yang memiliki lahan hektaran. Mereka menanam kara sebagai tanaman kacang alias bean yang dibudidayakan serius. Bijinya diolah jadi Viagra dan obat parkinson setelah biji kara dibeli di perusahaan obat dan diolah di laboratorium. Jangan tanya harganya per kilo gram kara benguk. Anda akan kaget dan tidak mau menanam padi lagi. “Meski gatal-gatal seluruh tubuh resikonya. Tapi tentu banyak tetangga petani juga ogah nanam velvet bean besar-besaran,” ujar Marwanto, penduduk asli Gunung Kidul berkilah
Meski tak banyak penduduk asli yang ingin bersinggungan untuk menanam tumbuhan kara benguk, mestinya pihak dinas terkait memberikan penyuluhan soal tumbuhan sebagai pendapatan tambahan rumah tangga desa. Setidaknya velvet bean bila perlu dibudidayakan dengan serius, bijinya bisa dijual ke pabrik obat dengan skala besar dengan perantara dinas kesehatan. Paling kurang pengetahuan tentang tiga varietas Mucuna pruriens, seperti Mucuna pruriens var. hirsuta; Mucuna pruriens var. pruriens; dan Mucuna pruriens var. utilis.
Semuanya perlu diketahui dan ditanam tumbuhan yang mengungtungkan bila bijinya akan dijual kiloan. Dapat dipastikan akan dibeli pabrik obat yang memproduksi bahan buat viagra dan parkinson. Kecuali ketakutan gatal seluruh tubuhmu. Gampang’kan tinggal digaruk atau minta digarukin ditempat karokean. Merdeka
No Comment