Perjalanan meniti karir sebagai anggota parlemen di Kota Solo dilaluinya bukan tanpa resiko hingga menjadi pengawal komisi I membidangi kebijakan pemerintahan. Tidak mengherankan, namanya acap menjadi perbincangan dikalangan awak media massa. Kedekatannya dengan jurnalis dan membeberkan secara terang benderang persoalan kebijakan yang perlu dikritisi warga masyarakat maupun aktivis acap digeber tanpa tedeng-aling-aling.
Meski acapkali dibumbui statement off the record, toh menyiratkan keteguhan karakter lempeng dirinya menekuni dunia politik. Paulus Haryoto, memang dulunya berada dalam kungkungan komisi yang membidangi komisi kebudaya, jelas tahu duduk persoalan arah budaya di kota bengawan. Bukan hanya masalah budaya, dirinya memantau persoalan kebudayaan, tetapi juga merembet ke persoalan dunia olahraga.
Tidaklah mengherankan bila Paulus diberi kepercayaan memimpin asosiasi perserikatan sepak bola seluruh Indonesia, Persis Solo hingga beberapa periode masa jabatan. Tanyakan kepadanya logika alur pembinaan club perserikatan yang berada di bawah naungan Persis, Paulus sangat memahami dengan detail. Club perserikatan sepak bola di kota solo, ia hafal betul berapa jumlah dan lapangan yang dipakai mereka.
“Saya tahu club perserikatan di bawah Persis dan kenal pengurus masing-masing pimpinan. Termasuk lapangan yang sering dipakai buat Latihan bal teman-teman awak bola,” ujarnya beberapa waktu lalu, “dulu kondisi lapangan bal, sangat memprihatinkan, tapi sekarang sudah mulai bagus dan tertata rapi.”
Menurutnya, sewaktu berada di Komisi IV, DPRD Kota Solo, yang memang dulunya membidangi persoalan terkait dengan urusan pemerintahan bidang urusan pemerintahan bidang kebudayaan dan juga ngurusi pemberdayaan masyarakat dan desa maupun olahraga, sehingga tenaga dan pikirannya tercurah mengurusi hal itu. Rancangan peraturan daerah menyangkut persoalan dunia kebudayaan dan olahraga, menjadi focus kala ia duduk berada di dalam komisi IV mengawal perkembangan kedua bidang garapan itu.
“Termasuk isi yang terkandung dalam peraturan daerah di dalam kawasan stadion manahan dan aturan pemakaian lahan dan stadion bal,” katanya, “juga penggunaan lahan selasar halaman di sekitar stadion sebagai kawasan bisnis ritail UMKM.”
Dalam catatan jurnalis sarklewer.com, model pendekatan kekeluargaan dengan para pedagang UMKM yang menempati lahan pada hari libur minggu, menjadikan nama Paulus disegani para warga pedagang. Meski jualannya jersy bola Persis dan club lain, pedagang oproxan, Warman 43, asal Tasik, tetap mengacungi ibu jari pada Paulus. Meskipun Warman, mengaku tetap berjualan kaos seragam dan slayer club asal maung Bandung Persib, dirinya tidak takut berjualan di selasar stadion Manahan. “Ndak apa-apa, malah kadang beli buat oleh-oleh kaos Persis dan Persib,” ujarnya tahun lalu, “kalau sekarang ndak tahu bapak itu dimana, jarang ketemu lagi di stadion.” Meski demikian pandangan terhadap kaum pedagang oprokan kami akui sangat merakyat. bisa jadi mewakili pandangan wong cilik, tidak membeda-bedakan. “Penganut marhein seperti ajaran Bung Karno.”
Bukan hanya para pedagang musiman jersy yang mengaku dekat dengan Paulus sewaktu berada di dalam komunitas penjual makanan kecil di sekitar stadion, mengaku senang dengannya. Selain blater bila disapa para pedagang, kadang malah beli sambil dimakan di tempat. Padahal ditawari memakai piring, oleh pedagang tetapi yang bersangkutan malah lebih senang membawa nasi bungkus dan dibawa ke dalam stadion. Hal itu dibenarkan salah satu jurnalis lawas Antara, yang sering meliput kegiatan sepakbola di stadion Manahan.
“Mas Paulus itu orangnya gampang dan ndak pernah ngerepoti orang lain. Dengan wartawan juga santai, bisa diajak diskusi. Ditelpon pun langsung ditanggapi, meski sesibuk apapun. Kalau memang benar-benar repot, dia pasti ngomong, nanti saya telpon balik. Persis sama dengan pak brengos, juga gitu. Entengan dan nguwongke wartawan banget.”
Ketekunannya merawat pelbagai event persepakbolaan di kota Solo tentu membuat banyak orang mengaguminya. Lihat saja photo-photo yang ada di Balai Persis markas yang sering dipakai untuk perbincangan sepakbola, dulu masih dirawatnya dengan baik. Termasuk piala pemenang tanding sejak Persis merajai persepakbolaan di negri ini. Lihat saja, gambar yang tersimpan di balai Persis, jurnalis sarklewer.com menemukan potho lawan tanding ke Ciamis pada tahun 1951 dan ke Bandung. “Kami dapatkan juga photo lain, waktu Persis tanding,” kata dia seraya menambahkan, “mudah-mudahan photo dan piala tanding masih tersimpan di markas Persis. Instruksi bapak FX Rudyatmo sebagai ketua Ascord PSSI Solo wajib dijalankan.” (eddy j soetopo)
No Comment