Gun N ‘Roses Music Cadas bin Urakan


Ketika jagat didominasi musik pop dan dansa-dansi tercampur pop-metal di era 80-an, sekelompok musisi cadas yang tergabung dalam Guns N ‘Roses justru ingin memporak-porandakan kemapanan struktur musisi lebay dengan membawakan rock and roll.  Meski bawaannya bermain music kasar dan cenderung beringas, toh pengemar rock metal semakin banyak yang memuja. Ironinya, ketika Gun N ‘Roses dielu-elukan para pengemar, justru acap berperangai lucu and acap maisoginis membawa hit disertai kekerasan.

Dengar saja hit terobosan Guns N ‘Roses “Sweet Child O’Mine” mengudara lagu mendayu-ndayu, meski syairnya satir menyebalkan. Band yang satu ini memang bukan sembarangan kelompok pemusik yang meninabobokan pendengarnya. Lihat saja penampilan Slash dan Izzy Stradlin tampil dengan ganas ‘meludahi’ permainan riff gitar berduel layaknya Aerosmith atau Stones.

Penggemar Guns N ‘Rises nenbeludak memenuhi pertunjukan di Jakarta (caption Pic Ist)

Apalagi ketika Axl Rose memekikkan dongeng tentang seks, obat-obatan terlarang dan sikap apatisnya terhadap kota yang membesarkan remaja tanggung super koplax ini di New York, jelas sebuah bentuk perlawanan tak tertandingi. Sementara basis Duff McKagan dan drummer Steven Aldler mengoyak ritme dengan bunyi tetabuhan disertai dengung berdegam, mencirikhasi musisi nyeleneh berani tampil beda.

Music Guns N ‘Roses jelas berada di luar tembok yang memenjarakan keinginan pemilik record agar bermain cantik dan laku. Tidaklah mengherankan ketika Guns N ‘Roses masuk ke dapur rekaman, tak banyak dilirik pengemar music beraliran rock super cadas. Itulah sebabnya membuat crew Guns N ‘Roses frustasi lantaran album perdana yang diluncurkan tak laku.

Musik Guns N ‘Roses jelas tajam dan mendasar namun keras, meski kadang juga agak ngeblues, tetapi semangat mereka tetap gulita, busuk, kkotor dan jujur ketika mengeber lagu-lagu bergenre hardrock mentah. Meski demikian terbersit pengabdian sekaligus kebencian terhadap sesuatu yang sedang berseteru mempertahankan kebenaran versi mereka masing-masing.

Dua personil Guns N ‘Roses yang menjadi andalan bank generasi milenial tahun 90-an

Meluncurlah tema-tema protes terhadap kondisi yang mereka rasakan tidak pas dengan keadaan masyarakat di perkampungan kumuh tempat tinggal mereka waktu itu.

Guns N ‘Roses merilis EP pertama mereka pada tahun 1986, yang menghasilkan kontrak dengan Geffen. Tahun berikutnya, Guns N ‘Roses merilis album debutnya “Appetite for Destruction” disertai live show di beberapa kota. Cilakanya, album Appetite for Destruction tak cepat laku hingga hampi setahun kemudian. Baru setelah MTV mulai melirik album “Sweet Child O’Mine” pasar menggeliat mencari lagu-lagu musisi Guns N ‘Roses.

Setelah tertunda meluncurkan album Chinese Democracy di tahun 2008, Guns N ‘Roses dinilai tak memiliki peluang meramaikan jagat hardrock seantero Amerika. Barangkali sangking judhegnya, record mengusulkan agar Guns N ‘Roses merilis album perdananya “Welcome to the Jungle” dan terlontar ke tangga Billboard Top Ten.  Sejak itulah nama Guns N ‘Roses mulai merangkak mengusur musisi yang telah bercokol menduduki anak tangga lagu-lagu beraliran hardrock di Amerika Serikat.

Setelah album “Welcome to the Jungle” membahana di seluruh anak tangga lagu-lagu di AS, Guns N ‘Roses merilis album baru “Paradise City” dan merangsek anak tangga Billboard Top Ten.  Rasanya agak aneh ketika music Guns N ‘Roses memasang lagu baru bergenre akustik di album “Patience” jelas menyalahi kodrat ciri khas Guns N ‘Roses sebagai pembawa petaka lewat kekerasan masal melalui lagu-lagunya.

Tak kalah keren gebukan drummer yang dikabarkan bubar, tetap exist hingga kini (Caption Pic Ist)

Menjelang pertengahan tahun 1994, ada desas-desus bahwa Guns N ‘Roses akan bubar, karena Rose ingin mengejar arah industri baru yang lebih baru dan Slash ingin tetap bertahan dengan hard rock yang mereka blues. Band ini tetap limbo selama beberapa tahun lagi, dan Slash muncul kembali pada tahun 1995 dengan proyek sampingan Slash’s Snakepit dan sebuah LP, It’s Five O’Clock Somewhere.

Pada tahun 1996, Slash secara resmi keluar dari Guns N ‘Roses, membuat Rose menjadi satu-satunya yang tersisa yang selamat dari masa kejayaan kelompok tersebut. Desas-desus terus berputar, album baru tak sempat diluncurkan, meski Rose sempat merekam ulang album Appetite for Destruction dengan formasi baru sebagai latihan.

Lagu Guns N ‘Roses asli pertama dalam delapan tahun, seperti “Oh My God” akhirnya muncul di soundtrack film Arnold Schwarzenegger tahun 1999 End of Days. Segera setelah itu, Geffen menerbitkan Two-disc Live Era: ’87 -’93. Inilah 15 lagu Guns N ‘Roses memuncaki tangga hit Billboard Top Ten di AS: “There Was a Time”,  “You Could Be Mine”, “Patience”, “Bad Apples”,  “Paradise City”, “Sweet Child O’ Mine”, “November Rain”, “Civil War”, “Locomotive”, “Perfect Crime”, “Coma”, “Rocket Queen”, “Nightrain”, “Estranged”, “Welcome to the Jungle” (eddy je soetopo)

Previous Sajian Khas Kakilima Magelang: Sego Lowo
Next Romo Londo Inisiator Gereja Pohsarang