Konon kabarnya sewaktu kerajaan Surakarta Hadiningrat dipindah dari Pajang di jaman kerajaan Mataram, sebagai panengger alias pertanda ditanamlah beringin kembar di alun-alun Utara dan Selatan, sebagai penolak marabahaya. Bila dihitung sejak kepindahan kerajaan Pajang ke desa Solo, hingga sekarang bisa jadi lebih dari satu abad ringin kurung di dua tempat itu menjadi icon kota kerajaan, tak tergantikan. Hal yang sama ketika Anda berkunjung ke benua Afrika, pohon Baobab hingga kini masih menjadi pohon keramat di negrinya. Pohon yang menjadi icon tenar, ditanam 5.500 tahun lalu, entah benar atau tidak, takk ada penelitian yang dapat memastikannya, dipercaya sebagai pohon kehidupan bagi bangsanya
Saking lawasnya bertahan, Baobab tubuh pohonnya pun dapat menjadi tempat berteduh pada penduduk yang tidak memiliki tempat tinggal dan dikejar-kejar apparat keamanan. Meski telah berumur lebih dari seabad, Baobab hingga kini tetap bertahan hidup lantaran dipelihara sebagai penampung air bagi menopang pohon tetap bisa hidup, juga menyediakan air buat warga sekitar. Harap maklum yang Namanya air di negri tandus Afrika, tentu tidak mudah di dapat. Pohon Baobab menjadi reservoir penampung air warga setempat. Itulah sebabnya Baobab dilindungi negara dan dijaga kelestariannya oleh warga mayarakat di provinsi Limpopo, Afrika Selatan.
Bukan hanya itu, sama halnya dengan warga masyarakat di negara terbelakang, yang namanya kepercayaan animismetik tetap tumbuh diantara kemajuan warga dunia. Baobab dipercaya juga sebagai pelindung pelbagai penyakit, termasuk gempuran pandemic virus yang melanda Afrika. Entah benar atau sekedar dongeng, warga yang terserang penyakit mematikan, ketika dirawat di dalam rumah pohon tidak terlalu lama sembuh. Tidaklah mengherankan bila, warga masyarakat pedesaan di Afrika banyak menanam pohon Baobab hingga tumbuh besar. Menurut warga sekitar, batang yang sangat besar acap dijadikan persinggahan, ketika pokok pohon dilubangi hingga mencukupi buat rumah di dalam batangnya.
Dalam Bahasa ilmiah pohon Baobab merupakan genus Adansonia, dari spesies Adansonia grandidieri, bentuknya mirip botol seolah tubuh laiknya pohon terbalik dengan cabang masuk ke dalam tanah. Akarnya jangan tanya menghujam dalam dan bercabang memperkuat batang pohon dengan kokoh. Selain itu akarnya pun terdapat yang bermekar di udara, memang agak aneh dan tak lazim disebut pohon kehidupan dan pohon ajaib. Tapi biarkan saja, memang seperti itu kondisi pohon Baobab. Entah mengapa, pemerintah Jakarta, terkagum-kagum menanam Baobab hingga ke berbagai tempat. Bisa jadi para petinggi pemerintah mempercayai, pohon Baobab, dapat hidup lebih dari 2000 tahun.
Entah kapan pernah dilakukan penelitian untuk mengukur batang pohon Baobab yang mampu menyimpan ribuan gallon air saat musim kemarau panjang di Afrika dan dapat digunakan untuk persediaan air minum kehidupan pohon dan manusia. Salah satu pohon Baobab dengan ketinggian 22 meter dan diameter 47 meter, pada tahun 2017, ternyata tumbang juga. Bisa jadi akar pohonnya tidak kokoh menopang pohon yang menjadi icon kota itu. Persoalannya, bila pohon Baobab ditanam di negrimu, siapa tahu dapat menyimpan air bah, akibat banjir kiriman dari berbagai daerah. Nah di ibukota lawas, Jakarta, katanya sedang gemar menanam pohon Baobab, buat nyimpang banjir dan berteduh. Entah siapa yang mengusulkan pohon itu didatangkan dari benua Afrika. Entahlah. Siapa tahun abad berikutnya, bisa sebesar pohon yang ada di Afrika, dan dapat difungsikan sebagai tempat tinggal. Dan menyimpan air banjir kiriman. Okey kakak
No Comment