Tidak semua orang yang memiliki kelainan genetik, seperti down syndrome, dermatitis atopic dan systemic lupus erythematosus (SLE) salah satu penyebab kerontokan rambut lantaran kemungkinan penyakit autoimun. Meski demikian, kebotakan tidak menyebabkan kematian, toh seseorang merasa hidupnya didera rasa mati akibat rambutnya acap rontok hingga botak. Padahal, saat ini banyak orang yang kepingin ndase tidak ditumbuhi rambut, alias gundul. Nah trend ndas gundul, tentu berbeda dengan kerontokan rambut kepala.
Bisa jadi kepala digunduli merupakan salah satu ‘nadar’ atau bersumpah ingin gundul bila sesuatu capaian yang diharap-harapkan benar-benar terjadi. Lain halnya dengan botak, bukan kepala gundul disengaja, yang memang akibat penyakit auto imun sejak dia berumur muda dan terus berlanjut. Mempunyai perbedaan gen yang disebabkan kelainan, chromosom contohnya Down Syndrome, atau SLE, tentu acap pula yang tidak menghendaki. Apalagi bila botak alias alopecia areata terjadi pada kaum perempuan, bukan main gaduh dan sebelnya.
Bukan hanya ingin menumbuhkan rambut di palanya yang rontok dan kemudian botak yang menjadi kegusaran seseorang, tetapi keinginannya cepat teratasi agar rambutnya tidak bertumbangan hingga rontok. Tentu kerontokan rambut, entah kaum pria atau wanita, tak ayal membuat was-was penanti dompet utuh dalam rumah tangga akibat robek saat berada di ruang dokter specialis dan salon penumbuh rambut. Selain kebotakan, bagi sebagian kaum perempuan, jelas mengurangi kecantikan dan keanggunan bila ia berada dalam lingkungan mereka.
“Tidak mustahil, duit yang semestinya buat belanja rumahtangga dari pasangan maupun hasil kerja keringat sendiri, toh acapkali duit lancar ngglondor lenyap buat faisel penumbuh rambut,” kata Ricard Kwok dihubungi awal Agustus lalu, “kecuali kalua memang sedari awal ingin membaktikan sebagai biarawati, ndak masalah.”
Bukan hanya buat feisel semata duit lunyu cepat habis tanpa dapat dicegah kalau ngomongin soal kerontokan rambut. Padahal mustinya, bias diatasi, bila pelbagai vitamin D dan lainnya dikonsumsi secara ajeg. Persoalannya, sejak dulu hingga kini harga vitamin tidak mungkin anjlog turun harganya. Mestinya system imun sebelum terserang dengan gencar, daya tahan kekebalan sejak awal menguat, folikel rambut tidak akan rusak dan tidak berfungsi. “Kondisi seperti itu, gampang dideteksi dini, tinggal dilihat bentuk pitak pada kulit kepala, salah satu contoh gejala botak akut,” katanya menambahkan, “sebab alopecia areata umumnya terjadi sebelum penderita berumur 30 tahun. Jadi gak perlu ribet ke salon atau dokter spesialis kulit.”
Secara medis, ketika seseorang mengalami alopecia areata, folikel rambut tempat tumbuh rambut mengecil lalu cilakanya udah kagak mau memproduksi rambut lagi. Menyebabkan terjadi kerontokan dan kebotakan. Kondisi seperti itu bisa terjadi secara bertahap atau tiba-tiba. Meskipun, ujar Ricard Kwok mengingatkan, tidak sakdhet-saknyet langsung terus jadi botak seketika. Mengapa kebotakan seperti itu bisa terjadi? Hingga saat ini belum diketahui penyebab pastinya mengapa system imun menyerang dan merusak folikel rambut, hingga ogah berproduksi. “Dugaan sementara, kondisi seperti itu diduga terpicu oleh infeksi virus, bisa juga lantaran trauma, perubahan hormone serta karena stress fisik atau psikis,” ujar dia, seraya menambahkan, “sebenarnya bisa dikategorikan penyakit kambuhan atau flare. Tanda lain yang mudah dikenali yakni botak dengan pola bulat yang tadinya ditumbuhi rambut, kemudian mampet, terjadi di bagian bawah, samping atau melingkari belakang kepala atau ophiasis alopecia. Atau rambutnya tumbuh agak slenco setelah botak, menjadi keriting.”
Meski kondisi yang dialami seperti itu, tapi jangan kawatir penderita alopecia areata bisa tumbuh kembali dengan sendirinya. Namun ada juga kebotakan permanen, rambut tidak bisa tumbuh kembali. “Disarankan, jangan menanam rambut sendiri dengan ijuk, ntar dikira buat menyapu halaman rumah, malah cilaka.” Menurut refrensi, salah satu cara untuk mengetahui duduk persoalan penyebab Alopecia perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium melalui biopsy, agar terdeteksi ketidaknormalan sel dan jaringan pada kulit kepala dan memastikan penyebab kerontokan yang dialami.
“Kalau memang belum percaya betul dengan dibiopsi, tidak ada salahnya tes darah bisa dicoba agar penyakit lain yang menjadi penyebab kebotakan seperti, Antinuclear antibody (ANA), C-reaktive protein, kadar sendimentasi eritrosit, zat besi, hormone tiroid, testosterone dan Follicle stimulating hormone (FSH) maupun Luteinizing hormone,” kata dia, “yang jelas alopecia areata tidak menyebabkan komplikasi dan membahayakan penderitanya.” (berbagai sumber refrensi – eddy je soe)
No Comment