Pelari tercepat Olimpiade sejagad Alica Schmidt, selain mampu membawa negerinya Jerman, ia juga dikabarkan menolak mentah-mentah majalah super porno Playboy sebagai bintang iklan. Kalian piker kalau uayunya ngedap-edapi dengan postur tinggi semampai, bila udah ngeto langsung mau ditawari wudho dimajalah porno dengan bayaran tinggi, jelas tidak. Bukan hanya dia dari lingkungan keluarga kaya raya hingga berani menolak dijadikan cover Playboy, tapi Schidt memang atlit bukan dari keluarga terpandang di negerinya.
Tentu tawaran itu kagak diladeni, bahkan dicuekin Alica Schmidt yang emang duitnya dari bintang iklan olahraga miliaran. “Tawaran Playboy jelas kurangajar,” katanya pada media Loox, “focus saya ke dunia olahraga. Kalau medsos haya iseng dan cenderung berjalan berdampingan. Bila tidak ada waktu, gwe kagak memposting gambar.”
Tidak mengherankan bila postingannya yang diunggah di instangram diikuti jutaan penggemar fanatic pengikutnya. Dan Alica Schmidt menikmati dengan caranya sendiri mengespresikan diri berselfi ria potrax-potrex ke berbagai negara lain, tentu berkat undangan perkumpulan asosiasi pelari. Dia mengakui karirnya sebagai atlit pelari membuatnya banyak dikenal di seluruh negara pengkut olimpiade tahunan. Bukan hanya di daratan eropa Alica membaur dengan rekan seprofesi sebagai olahragawan, tetapi juga tak canggung bertegur-sapa dengan para jurnalis media massa. Bahkan foto-fotonya yang diunggah followernya di instagram, tak dijadikan masalah pelik sepanjang patut dan pantas dilihat banyak orang lain.
“Saya akui profesi sebagai atlit pelari sangat mendugung penampilan saat ditawari sebagai bintang produk ternama. Saya pernah berlibur sekaligus pemotretan di Bali dan juga ditempat lain seperti di Abudabi dan di negara lain. Saya senang bisa berkunjung ke Bali banyak teman, tempat dan makannya bagus dan enak,” kata dia, “selain tempat distinasi menyenangkan, orangnya ramah dan menyenangkan buat selfie tidak ada yang mengganggu di sawah juga ke laut.”
Elica Schmidt berharap setelah pandemic covid-19 berhenti dan tidak membuat banyak orang ketakutan dirinya akan kembali berlibur di Bali dan tempat-tempat lain. Saat ini kondisi belum memungkinkan untuk melakukan aktivitas keluar daerah. Hanya saja, kegiatan sehari-hari tetap berlatih lari dan menjaga kondisi tubuh agar prima saat nanti perhelatan olimpiade akan dilangsungkan. Bukan hanya berlari-lari kecil di dalam stadion yang dingin, tetapi ia juga melakukannya di luar track stadion negaranya. Bahkan Alica Schmidt acap berujar latihan otot-otot kaki juga dilakukannya di negara tropis Afrika dan Asia.
Obsesinya turun dalam gelanggang lari cepat berbagai kejuaraan nasional maupun olimpiade telah ditanamkan dalam benaknya sejak pandemic virus corona memporak-porandakan jadual pertandingan di negrinya. Meski demikian Alica Schmidt tetap bersikukuh mblandang playon di lintasan 200 m dan 400 m mengelilingi stadion yang akan menyelenggarakan olimpiade. Syukur-syukur nanti olimpiade akan diadakan di Indonesia daripada di tempat lain. “Saya’kan belum menjelajahi negerimu. Ke Borobudur dulu’kan pernah diadakan lomba marathon. Kenapa tidak di sana diadakan, atau Jakarta di gelanggang Bungkarno. Bilangin sama kresidenmu, minta olimpiade diminta diadakan di candi Borobudur, gitu yach.”
Menurut pelari cepat dengan spesialisasi marathon dan lompat jangkit itu akan mendukung Indonesia bila komisioner penyelenggara olimpiade menyerahkan event lima tahunan itu dilakukan di Jakarta dan Solo. “Jadi’kan, lebih dekat ke Bali dan Borobudur. Dibandingin ke Jepang atau Rusia, males. Enggak ada panas srengegenya dan makannya tidak variatif seperti di Jogya atau Solo.” Lebih lanjut Alica mengingatkan pada para olahragawati pelari jangan sampai melonggarkan latihan sprint di ruang tertutup atau di stadion terbuka. Meski saat ini kondisi di berbagai tempat sedang prihatin lantaran pandemi virus corona. Ia menyarankan, yang paling penting jaga kondisi imunitas tubuh tetap prima, makan bergizi dan dibanyakin minum air putih steril.
Ditanya makanan favorid dan tempat distinasi wisata yang bagus saat berada di Bali, Alica menjawab semuanya serba enak dan nyaman. Pantainya dan sawah di pinggiran dataran bertumpuk-tumpuk sungguh menjadi idaman untuk didatangi kembali kalau ke Indonesia. Sayangnya, ujar dia menambahkan ketika dihubungi lewat saluran komunikasi nirkabel, Alica meyakini Bali itu memang berada di Indonesia. “Banyak yang tidak tahu, kalau Bali itu di negaramu. Dulu’kan tahunya hanya mendengar peristiwa bom yang mengerikan. Tapi sekarang tidak ada masalah, aman. Bagus sekali. Nanti akan ajak teman-teman saya yang cantik pergi ke Bali bareng-bareng.” (Nicole dari Moscow / Eddy Je Soe | Solo)
No Comment