Dampak Corona di 25 Negara Tempat Plesir Berbahaya


Bila Anda ingin berlibur di kota Natal Brazilia hati-hati kota ini tujuan wisata saat ini menakutkan

Entah kapan pandemic virus corona alias covid-19 akan berlalu menghajar seluruh manusia di jagad ini. Apakah setelah bulan puasa, virus yang menyengsarakan seluruh umat di muka bumi akan berakhir, tak satupun orang dapat memperkirakan dengan pasti. Padahal, biasanya di banyak negara muslim, tradisi berjabat tangan bermaaf-maafan setelah lebaran, sulit dibendung. Termasuk bila warga masyarakat yang ingin berwisata ke negara lain.

Meski demikian, saat pandemi Covid-19 alias virus corona membabi buta melayangkan nyawa kembali ke asalmula manusia dilahirkan, ternyata juga membawa dampak positif terhadap tindak kekerasan jalanan yang dilakukan berandal di obyek wisata keluarga. Aturan social distancing rupanya juga berdampak ampuh bagi wisatawan yang ingin plesir ke negeri lain. Pasalnya berandalan jalanan yang ingin merampok, menjarah dan memperkosa lenyap lantaran covid-19. Padahal sebelumnya, tercatat duapuluh lima negri di luar Indonesia dikenal sebagai negara berbahaya bagi wisatawan yang ingin leha-leha.

San Salvador negri dikuasai para gengster jalanan, penyelundup senjata ilegal dan narkotika. Pada 2015, hampir 2000 orang dibunuh secara brutal dan tak pernah terselesaikan

Social distancing yang menjadi daya tolak para begundal, lantaran takut mati sama virus menguntungkan pendatang bila ingin berlibur ke negeri wisata di beberapa negara. Apalagi di negara di luar Indonesia yang menerapkan lockdown justru memperkuat dugaan pembuat keonaran dengan melakukan tindak kejahatan, kagak beraksi saat virus corona melabrak 25 negara yang dicap sebagai berbahaya dikunjungi.

Tak hanya di negera yang memberlakukan social distancing dengan sangat ketat, tetapi juga menyetop hilir-mudik gerombolan pembuat keonaran berkumpul ngeper juga, diburu virus. Alhasil, larangan saling berdekatan satu-sama tampaknya berdampak positif di dua puluh lima negara tempat turis asing berleha-leha, yang dulunya ketakutan berliburan.

Setidaknya, menurut laporan Tripminutes.com yang memantau dampak pendemi covid-19 di negara berbahaya dikunjungi wisatawan justru angka kejahatannya semakin menurun. Apakah lantaran sedang diterjang badai virus corona, media yang melakukan evaluasi kejahatan dan dampaknya terhadap wisatawan, belum mengungkap tuntas hubungannya.

Baghdad di Timur Tengah menjadi kota yang diselemuti misteri setelah AS hengkang dari kota pertempuran membuat warganya dapat melakukan apapun di negeri ini

Palng tidak, menurut laporan Tripminutes, di benua Afrika yang dikenal sebagai negara dengan tingkat kriminalitas tertinggi, akhir-akhir ini taklagi terlihat aksi perkosaan, perampasan dan pembunuhan biadab di tepi jalan. Contoh kasat mata mengerikan, terjadi di San Elsavador lima tahun lalu.  Pada tahun 2015 tercatat 2000 orang dibunuh oleh gerombolan gangster jalanan.

“Negeri ini memang terkenal sebagai negara berandalan para penyelundup senjata, geng narkotika dan tempat prostitusi terbesar selama puluhan tahun,” tulis laporan Tripminutes. Negeri ini memang terkenal sebagai negri berandalan, geng narkotika dan tempat prostitusi terbesar di dunia.

Tidak hanya di San Elsavador negri benua hitam yang menjadi geng pengedar narkotik dan pemasok senjata gelap ke negara lain yang sedang bertikai, di Kinsasa, republic demokratik Congo. Meskipun di pegunungan Virunga menjadi tempat favorid bagi pendaki gunung, saat ini tak lagi menjadi cita-cita para pengemar pemanjat gunung dari berbagai kota. Mereka takut menjadi sasaran gtengster pengedar narkotik yang acap bertindak brutal terhadap para turis asing yang berkunjung ke sana.

Meski dikenal sebagai kota dengan arsitektur menawan, Bogota, di Kolombia bukan tempat aman bagi wisatawan berkunjung ke negri ini. Penculikan, perampokan dan pembunuhan menjadi hal biasa

Bukan hanya di benua Afrika perampasan harta-benda dan kekerasan dengan perkosaan dan pembunuhan juga terjadi di India. Saat ini banyak turis asing yang akan berkunjung ke India membatalkan bepergian ke Mumbai, kalau tak ingin teranyam nyawanya dengan sia-sia.

Jangan sekali-kali ingin bepergian di Mumbai, bila Anda tak ingin dijambret dan dirampas harta para begundal jalanan.  Kota yang terletak di pantai barat negara ini merupakan ibukota negara bagian Maharashtra. Meski saat ini sedang terjadi ‘gempuran’ virus corona, mereka tak ambil pusing dan tetap melakukan tindak kejahatan, perkosaan dan perampasan perhiasan yang dipakai turis asing.

Sebagai kota urban yang dihuni 10 juta orang dari seluruh penjuru negeri, setiap hari di kota ini tindak perkosaan, penipuan turis dan terorisme membuat semua orang dalam ketakutan akut secara konstan. “Bila Anda seorang perempuan, hindari melewati Mumbai di negara India,” tulis Nicole Sacarovic.

Mesir selain dikenal dengan piramid ‘berhantu’, raian eksotis tak lagi mengundang wisatawan menikmati kota Aswan dengan nyaman. Tindakan kekerasan merajalela, akibat ketegangan politik dan ketidakstabilan negri ini

Benarkah di belahan dunia lain seperti di Timur Tengah aman dan damai? Kata siapa. Setali tiga uang, di Baghdad, Irak, misalnya jelas tidak aman setelah AS ditarik dari Irak. Negara dengan masa depan tak pasti diselimuti misteri jelas tidak akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu dekat. Tindak kekerasan hampir pasti terjadi di beberapa wilayah. Hanya saja yang mengherankan, kali ini ketika covid-19 mblasak ke Timur Tengah, kejahatan disertai tindak kekerasan hamper dapat dikatakan minim terjadi.

Mudah-mudahan pandemi virus corona cepat berlalu, sehingga bisa plesir ke tempat tujuan wisata. Hanya saja, jangan bepergian ke negara yang terdaftar sebagai 25 negara berbahaya bagi wisatawan, meskipun saat ini angka kejahatan tak separah tahun lalu (eddy j soetopo/berbagai sumber/dan contributor sarklewer Nicole di AS)

Previous Biznis Mengecat Quitek Kuku Hasilnya Mengiurkan
Next Tanggalkan Baju Mahalmu Bila Bercinta Saat Pandemi Corona

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *