Balai Lelang Christy tahun lalu gaduh lantaran melelang barang paling berharga sedunia otak manusia. Bukan sembarang otak manusia yang dilelang tetapi specement otak mahafisikawan kondang: Albert Einstein! Entah darimana balai lelang bisa menemukan specement preparat otak si jenius hingga Christy menaguk keuntungan miliaran rupiah pada tahun 80-an.
Meski menimbulkan kontroversi etis dibidang biomedis, pengambilan preparat contoh otak manusia, apalagi otak Einstein, jelas mendudukkan persoalan science bertabrakan dengan masalah etika. Masalah adab. Toh kepentingan biznis tetap saja berjalan hingga kini.
Tidak hanya persoalan specement otak Einstein yang telah menjadi preparat dengan ketebalan nano micron, mencengangkan public sebelum mahaguru fisika meninggal pada Januari 1954. Peninggalan lain yang bernilai miliaran juga telah dilelang balai lelang Christie di New York yakni surat-surat Einstein.Diperkirakan ‘’Surat pada Tuhan’’ laku 1-1.5 juta dollar AS pada tahun 1955.
Kekaguman Einstein terhadap sohibnya sesama Jahudi, Erik Gutkind tak bisa disembunyiannya dalam surat-surat yang ditulisnya. Einstein melahap buku Erik Gutkind bertajuk “Choose Life: The Biblical Call to Revolt” dan memujinya lantaran berbagai impuls dalam diri sang jenius Einstein,
“Striving for the Improvement and Refinement of Existence,” he soon took issue with Gutkind’s religious ideals.” Meski pun Einstein mempermasalahkan cita-cita religious Gutkind, ia pun sepakat mengenai hal yang paling dianggap esensial dan sering dipertanyakan keberadaannya yaitu Tuhan.
Tulisan Einstein dalam bahasa Jerman dan diterjemahkan ke dalam bahasa Ingris, Einstein menulis, “The word God is for me nothing but the expression and product of human weaknesses, the Bible a collection of venerable but still rather primitive legends,” Einstein wrote. “No interpretation, no matter how subtle, can (for me) change anything about this.”
Pandangan Einstein terhadap Erik Gutkind, yang memang wong Jahudi tulen, tetap kritis, meski ia pun keturunan Jahudi. Dalam surat yang ditulisnya, ia justru mempertanya- kan identitas Jahudi yang dinilai banyak orang sebagai bangsa terpilih.
“Sejauh pengalaman saya, mereka sebenarnya tidak lebih baik daripada kelompok manusia lainnya, bahkan jika mereka dilindungi dari ekses terburuk oleh kurangnya kekuatan. Kalau tidak, saya tidak dapat melihat apa pun yang ‘dipilih’ tentang mereka.”
Perdebatan melalui surat-menyurat antara Einstein dengan Gutknind, tampaknya semakin meruncing ketika memasuki pemahaman eksistensial Gustiallah versus sains. Menurut Peter Klarnet, sepesialis senior buku-buku dan manuskrip di balai lelang Christie menyebutkan surat Einstein secara definitive menulis perdebatan agama versus sains dengan Gutknind. Di situlah warisan berharga dua jenius raksasa di abad ini.
Einstein, ujar Peter Klarnet seperti dikutib livescience.com, menolak secara vocal gagasan tentang Tuhan personal yang mementingkan dirinya sendiri dengan kedatangan dan pergumulan manusia. Dalam surat yang ditulis pada bulan Maret 1954, ia menegaskan “Jika ada sesuatu dalam diri saya yang dapat disebut religius, maka itu adalah kekaguman yang tak terbatas untuk struktur dunia sejauh sains kita dapat mengungkapkannya.”
Surat Einstein yang telanjur disebut “God Letter” sebelumnya laku di bursa lelang eBay pada tahun 2012 dan dibeli seorang tanpa mau menyebut identasnya seharga $ 3.000.100. Masih menurut livescience.com, sebelum itu, pada tahun 2008, dijual di bursa lelang Bloomsbury Auctions di London seharga $ 404.000. Bila Anda ingin memiliki “God Letter” gak perlu jadi milioner dulu, cukup pergi aja ke New York, pada 30 November hingga 4 Desember tahun depan.
Pertanyaan paling mendasar yakni mengapa preparat otak Einstein laku di bursa Christy sebagai balai lelang terpandang sedunia sehingga banyak orang ingin memilikinya. Penulis schience kenamaan, Tia Ghose, menelusuri kronologi pembuatan preparat, pencurian dan pembuatan film documenter otak Einstein dan dipublikasikan pada 2012 lalu.
Menurut Tia Ghose, otak Einstein ternyata memiliki pola lipatan yang luar biasa di beberapa daerah hal itulah yang membuat orang penasaran dan ingin memiliki specimen preparat dan foto-foto memukau manusia tercerdas sedunia itu. Foto yang pernah diterbitkan di jurnal Brain, mengungkapkan lipatan berwarna abu-abu, sebagai terminal kesadaran seseorang.
Terlebih lagi di daerah lobus frontal, daerah terkait dengan pikiran dan abstraksi perencanaan, yang ditemui dalam otak Einstein, memiliki lipatan rumit. “Ini bagian yang sangat canggih dari otak manusia,” kata Dean Falk, rekan penulis studi dan antropolog di Florida State University, mengacu pada materi abu-abu, sungguh luar biasa.”
Laboratorium & Fotograper
Adalah Thomas Harvey, ahli patologi sekaligus ilmuwan yang melakukan otopsi Einstein mengeluarkan otak Einstein, setelah meninggal pada tahun 1955 di usia 76 tahun, kemudian menyimpannya. Seperti laiknya membuat specimen preparat, Harvey memotong ratusan bagian tipis dari jaringan sel otak dan kemudian memotret melalui mikroskup, termasuk mengambil 14 foto otak dari berbagai sudut.
Hasil observasi laboratorium yang dilakukan Harvey, setelahmempresentasikan beberapa slide, kemudian menimpan foto-foto rahasia sebagai bahan menulis buku otak seorang jenius fisikawan Einstein. Cilakanya, ahli patologi tersebut meninggal sebelum sempat menyelesaikan bukunya; dan foto-fotonya tetap tersembunyi hingga beberapa dekade.
Baru pada tahun 2010, keluarga Harvey menyumbangkan foto-foto ke Museum di Washington, sebuah tim dibentuk dengan pimpinan Dean Falk untuk melakukan analisis temuan otak Einstein yang telah menjadi preparat dan foto-foto pembuat geger dunia itu. Dilengkapi dengan teknologi canggih, tim Falk menemukan pada lipatan-lipatan jauh lebih rumit dibanding perkiraan sementara di seluruh permukaan korteks selebral yang berwarna abu-abu. Menurut tim Falk, di dalam lipatan-lipatan korteks selebral berwarna abu-abu diyakini menjadi salah satu central kecerdasan IQ yang lebih tinggi.
Banyak ilmuwan percaya semakin banyak lipatan di atas area permukaan korteks selebral juga terkait dengan proses perkembangan mental seseorang lantaran lebih banyak terkoneksi antar jaringan sel-sel otak. Terkoneksinya jaringan sel-sel dalam permukaan kortek selebral otak, menurut Falk, seseorang mampu membuat asumsi dari satu persoalan ke pemecahan masalah kognitif.
“It was both nature and nurture,” she said. “He was born with a very good brain, and he had the kinds of experiences that allowed him to develop the potential he had.”
Korteks prefrontal, menurut Falk seperti dikutib livescience.com memainkan peran kunci dalam pemikiran abstrak, membuat prediksi dan perencanaan, kemungkinan besar diduga akibat struktur pola lipat dan luar biasa rumit di otak Einstein. Bisa jadi ujar Sandra Witelson, peneliti McMaster University yang ikut meneliti otak Einstein sejak 1999, kemampuan mengolah bahan mentah dalam memecahkan masalah lantaran sel lobus pariental kanan yang memiliki lipatan ekstra memang berasal dari gen sebelum Einstein lahir.
“Bukan hanya itu lebih besar atau lebih kecil, itu adalah pola yang sebenarnya berbeda,” kata Witselson. “Anatomi tubuhnya unik dibandingkan dengan setiap foto atau gambar otak manusia yang pernah direkam.” (nicole dari Jerman / eddy je soe-Solo/berbagai sumber)
No Comment