Trenchem Hard Rock Band Pertama Asal Solo Idola Presiden


Trenchem Hard Rock Band pertama kali dari Solo idola presiden meski pindah ke Semarang (courtesy public Ist)

Inilah band cadas pertamakali mendobrak panggung hard rock di Indonesia dan membuat gempar di tempat kelahirannya, Solo. Ternchem, nama band yang digawangi empat personil Bambang Dőrn Dar pemegang lead gitar, Bambang Soewarno alias Espe (Drumer), Bambang Oen Damoera pemegang bass dan keyboard dipegang Oni Picauri, dengan lead vokal Bernard S Parnadi. Meski awalnya berupa band keluarga dengan nama Family Yunior pada tahun 1957, setelah 5 tahun  namanya diganti menjadi Ternchem pada 1962.

Barangkali inilah satu-satunya band legendaris yang pernah membuat heboh khalak kota bengawan. Bermodal getol ndegerin music ngak-ngikngok rocker band lagu barat seperti jimmy Hendrik, Deep Purple, Arthur Brown, Kansas, Nazaret, Rolling Stone, Black Sabath dan James Brown dari radio sebelum dilarang presiden Soekarno, lambat laun Trenchem jadi icon band cadas pertama di Indonesia dan idolakan presiden semasa kecil di Solo waktu itu. Tidak mengherankan bila sang presiden menggemari musik hard rock lawasan. Tanya saja nama personil Trenchem dan band ngetop Deep Purple, Black Sabath, The Who, presiden hafal musisi seperti Robert Plant, John Paul Jones, Jimmy Page dan Bonzo si penggembuk drum. Juga nama pentolan band lawas di Indonesia lain.

Personil band lawasan Trenchem saat pertama kali berdiri menjadi idola anak muda Solo (courtesy public domain Ist)

Bukan hanya penampilan di atas panggung membuat heran lantaran disesakpadati penonton hingga membeludak, tapi juga dilirik sponsor agar jadi penopang penampilan mereka. Tidaklah mustahil bila merek rokok Noyorono –terbesar saat itu– dan pertamina berebut menjadi mensponsori penampilan band edan-edanan saat itu. Tak mengherankan album yang direkam Trenchem seperti Deremaco kemudian ngehit, ‘Jaman Edan’, direkam di studio rekaman milik Eugene Timothy diburu pengemar tidak hanya di Solo, tetapi dicari pengemar fanatik di Jakarta.

Setelah album pertamanya ludes, Trenchem mengeluarkan Demitha dengan hit lagunya ‘Aku Mencari‘ dan ‘Sekuntum Bunga’ juga laku di pasar. Album kedua, direkaman di studio Om Yos, kakeknya musisi jazz Indra Lesmana, juga dinilai laku keras. Meski lagu dalam album Yukawi, penjualan piringan hitam (PH) maupun pita casset mengendur, entah lantaran berbahasa Jawa atau factor lain, toh Trenchem mampu membuktikan, hard rock band asal Solo itu tetap dianggap sangar. Dengerin lagu mereka seperti, ‘Pak Demang Klambi Ireng’ dan ‘Ngiring Nganten’ yang direkam di studio milik Nomo Koeswoyo, menjadi penutup album rekaman terakhir.

Mengenakan kostum warna-warni diabadikan menggunakan film berwarna (courtesy Ist public domain)

Apa yang menarik grup band cadas yang lahir di kota budaya dengan simbol-simbol andap asor penuh keseopanan bila melihat penampilan Trenchem hingga dijadikan tonggak keberadaan band modern: eksentrik. Bisa dibilang meski awak band yang mayoritas lulus sekolahan, Trenchem memang tidak mewakili penampilan gaya adiluhung pemuda njron kraton atau bocah kenthir kerabat abdidalem kerajaan, tetapi situasi kegaduhan band tenar luar negeri itulah yang mengaktrol keberadaan mereka. Bagaimana tidak bila di setiap penampilan manggung, selain urakan suka berteriak-teriak seperti kesurupan, vokalis Trenchem acap melakukan tindakan diluar batas kewajaran.

Mbrakot gulu ayam hidup, dan bahkan saking histerisnya pernah dilarang wudho blejet di atas panggung! Membakar topi yang sedang dipakai, hingga bunuh diri –tentu apus-apus sekedar aksi panggung- menusuk pakai senjata dan dimasukkan ke dalam peti mati, Gila bukan?  Entah lantaran semboyan rock never die, kemudian bertingkah urakan mbarakot ayam sampai mati, tak ada tahu persis soal itu. Yang jelas sejak atraksi memelintir gulu ayam dan bugil, Trenchem dilarang manggung.

Aksi panggung Trenchem di atas panggung memakai asap beneran bukan menggunakan dryice (courtesy Ist)

Bukan lantaran ‘kegilaan’ sewaktu manggung yang membikin Trenchem dihalau apparat tantara dan polisi, tetapi pemerintah pusat memerintahkan band ndableg itu dicekal tak boleh manggung. Keberadaan Trenchem bisa dibilang sebagai penjilmaan musisi music hard rock dunia berkesenian ngeband di Jawa. Tidak hanya di kandangnya Solo Trenchem tenar, tapi moncer hingga menggoyahkan Semarang dan Surabaya. Media besar setelah era 70-an seperti Aktuil dan koran lokal mengukuhkan ketenaran Trenchem ngalahin ketenaran musisi Jimmy Hendrik. Tidak hanya itu Trenchem juga dinilai meng-knockout hardrock grup yang dijadikan patokan seperti Deep Purple, Arthur Brown, Kansas, Nazareth, Rolling Stone, Black Sabbath dan James Brown.

“Coba saja tidak ada Jimi Hendrix, Pink Floyd, dan music heavy metal Black Sabbath, Deep Purple, Metallica, Led Jeppelin, yang pernah dijadikan kiblat Ternchem ternyata dikalahin di Solo. Bisa jadi di era tahun 70-an’kan ada juga God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy (Jakarta). Terus ada Giant Step, Super Kid (Bandung). AKA/SAS (Surabaya), Bentul (Malang). Bahkan ada juga dari Banten Rawe Rontek,” kata Hermawan mantan redaktur media di Bali, waktu itu, “kagak bakalan kondang.”

Grup hard-rock band kaliber dunia seperti Led Zeppeline dan Black Sabbath dijadikan contoh musisi Trenchem asal Solo

Bila melongok masa-masa sulit gerembolan pemuda berambut gondrong dengan celana komprang model ‘ye-ye’ semua orang yang tinggal di dekat stadion Manahan, tentu tahu jadual latihan dan berkerumun mendengarkan personil Trenchem Latihan ngebuk drum dan menowel snar gitar teriak-teriak histeris. Di sebuah garasi yang menghadap lapangan Manahan, pemilik rumah membiarkan kelima personil band itu sak karepe dewe ngeband ingar-bingar. Apalagi, menurut salah satu penggemar music Trencem, Indro ‘Gembong’ Nugroho, dalam waktu dekat akan diadakan ‘duel’ Meet Trencem vs Yap Brother di Gor Manahan. Konon, selain kelima personil lawas Trencem, Setiawan Djodi juga pernah singgah sebentar sesekali mbanjeli main gitar sebelum pagelaran yang akan mempertemukan dengan grup band kondang lain dari Surabaya, AKA dan God Bless.

Dalam perkembangannya walaupun band ini dilahirkan di kota yang sama dengan kota kelahiran presiden kedua RI Soeharto, setelah melarang Trenchem manggung melalui gubernur dan komandan Kodim, band kebanggaan wong Solo itu ditundung pindah ke kota lumpia Semarang. Tentu dengan beralasan, kata punggowo Trenchem, di kotanya kurang memenuhi syarat manggung dan nyari perangkatan buat ngeband lebih komplit dengan suasana baru di Semarang. Meski demikian, tantangan paling seru bukan hanya berhadapan dengan penjagaan aparat keamanan, tetapi Trenchem agak ngeper juga dengan band Bentoel atau AKA.

Celana komprang model Ye-Ye juga ditiru penggemar Deep Purple setelah digelondorkan Trenchem di Solo

Lihat saja aksi manggung sewaktu di Malang, Trenchem nekat membakar topi yang dipakai hingga terbakar beneran sampai lagu Deep Purple ‘Fire’ selesai dibawakan. Tak hanya itu, vocalis Trenchem dengan aksi bergaya Alice Cooper, memainkan ular dan dikubur dalam peti mati yang ditutupi bendera Amerika Serikat, bukan merah putih. Aksi gaya-gayaan teatrikal grup music Solo itu dilakukan tidak hanya di Malang, tetapi sewaktu pentas di Palembang pada tahun 1974-an. Bahkan saking ‘gokil’nya waktu manggung di Semarang vocalis Trenchem, Onny lebih nekat melantunkan lagu menggambarkan orang sedang beronani dan bersenggama di atas panggung meniru gaya Ucok Harahap (AKA-Band) di atas panggung.

Sebelum bubar jalan, band ‘kenthir’ asal Solo pada tahun 1975, Trenchem sempat merekam satu album lagi berisi Sembilan lagu antara lain Hanya Untukmu, Cinta Pertama, Cemburu, Salam Kenangan, Jaman Edan, Minggu yang Lalu, Jeritan Cinta dan Sayangku. (indro nugroho/eddy je soe)

Previous Mejikuhibiniu & Klambi Putih Presiden
Next Berperan Sebagai Pekerja Sex Nama Julia Robert Ngehit

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *