Tak Ada Lagi Copet Menjambret Jam Tangan


Keakraban mendiang Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev dengan Presiden Soekarno sewaktu bertemu di Rusia

Entah apa sebabnya para pencopet sejak tahun 1980-an tidak bergariah lagi mencopet jam tangan. Padahal sebelumnya, siapapun orang yang ingin naik angkutan umum bus atau kereta api, sejak melangkahkan kaki ke luar rumah, tentu nasehat orang tuah pasti mengingatkan, “hati-hati dompet dan jam tanganmu. simpan jam tangan kamu buatan german atau keluaran uni soviet.” Tidaklah mengherankan bila kedua pemimpin negara bertukar cinderamata arloji dan bilah keris. Entah saat ini jam tangan cinderamata dari presiden Kurskev tersimpan di gedung joang, atau telah lenyap lantaran politik pelenyapan warisan mendiang presiden Soekarno. Konon kabarnya, cindera mata dari pemimpin Uni Soviet pun, tak terlacak rimbanya sejak kisruh politik melanda negeri ini. Padahal nilai sejarahnya bukan main mahal harganya.

Bukan lantaran kemajuan jaman yang menjadi salah satu sebab pencopet ogah menjambret jam tangan, tetapi memang barang itu tak akan laku di jual, sejak negeri ini merdeka. Meski sebenarnya menjambret jam tangan lebih mudah dibanding nyolong dompet yang kadang di simpan di dalam tas, toh para pencopet tetap ogah. Bisa jadi pelbagai merk jam yang dulu hanya didominir keluaran pabrik dari Swis dan menjadi symbol eksistensi pemakainya atau, sekarang di negri ini juga sudah piawai membuat jam tangan. Entahlah.

Inilah arloji kebanggaan buatan Uni Soviet dari jaman ke jaman tetap diminati

Bagi pinisepuh alias orang tuwir banget, seusai perang kemerdekaan, memakai jam bermerk buatan swis, atau jerman dan bahkan keluaran uni soviet, tentu mencuatkan keangkuhan tersendiri bagi pemakainya. Siapa yang tidak merasa ditinggikan martabatnya, bila di pergelangan tangannya bertengger merk jam tangan berharga ratusan juta, bila dinilai dengan mata uang saat ini. Tapi jangan harap para pencopet dapat mengerayangi jam berkelas seperti Rolex dan merek lain berharga jutaa itu, lantaran pemakainya selain dikawal bodyguard, juga tak mungkin naik bus bumel.

Itulah sebabnya, para pencopet tak dapat dengan sembarangan mengaku mendapat jarahan jam bermerk. Kalaupun ada, dapat dipastikan jam tersebut berasal dari pabrik buatan di Sidoarjo, meski bentuk dan tulisannya sangat mirip sekali dengan jam aslinya. Kembali soal copet-mencopet jam tangan, menurut pengakuan bekas penadah jam tangan jambretan, bermarkas di seputar stanplat tirtonadi, sejak tahun 70-an taka da lagi penjambret yang mengincar jam tangan.

Dikira mudah menservice mesin penggerak jarum jam tangan

“Ndak ada yang dijambret jam tangan, sejak tahun 70-an. Enggak tahu kenapa. Apalagi sekarang petugas banyak. Mana ada orang kehilangan jam tangan lapor ke petugas. Dulu kan masih ada jam merk Titus, ada Seiko jam Jepang dengan tipe jam quartz,” kata Dheglenx, nama panggilan, ngecepret di tepi kali depan terminal. “Pernah suatu ketika, setelah gestok ada orang yang memiliki jam tangan buatan soviet. Dijual sangat murah. Sebab ada tulisannya CCCP, ndak tahu apa artinya, gak ada yang berani beli. Tidak ngerti itu jam sangat mahal sebelum Gestok. Uedan tenan. Coba tahu, kalau sekarang saya jual pasti sangat mahal. Itu punya sejarah. Nyesel juga. Coba dulu saya beli, ndak jadi gembel seperti sekarang.”

Bukan lantaran dia nyesel ndak jadi beli jam tangan buatan Soviet, yang menyebabkan kehidupannya nyungsep. Padahal dulu dia punya toko jam di tengah kota, coba kalau jam Rusia itu dulu dibeli dan sekarang ndak mungking jadi reparasi jam keliling pinggir tritis. Apalagi saat ini’kan jam didominir quartz. Itu yang bikin sebel juga. Gimana kagak, harga meluncur jatuh. Cerita masalah jam tangan, katanya menerawang mengingat masalalu. Pada tahun 19670-an kalau tidak salah center electronique Horloger meluncurkan prototipe jam tangan quartz pertama kali. Meski demikian, justru perusahaan Jepang Seiko yang nyerobot menjual dan memproduksi pertama jam quartz di seluruh Asia.

Jam mewah dengan balutan modernitas quartz siapa yang dapat menolak kehadirannya

“Menurut saya sih itu sah saja. Tapi membuat pasar jualan jam orisional ambruk ketekan quartz. Mungkin itu penyebabnya, jam tangan kagak laku dan pencopet ndak mau lagi nyopet jam tangan,” katanya.

Masih menurut penuturan Dheglenx, ambruknya merk jam tangan juga diperparah dengan maraknya produsen jam tangan digital. Siapa yang tidak tertarik dengan jam modern itu. Selain jarang macet, kena hujan pun tetap muter jarumnya, harga murah lagi. Itulah salah satu alasan pencopet ogah ngerayangin tangan nyerobot jam tangan sejak tahun 1970-an. “Saya masih ngalami dapat barang jam tangan model pocket watch. Bentuknya lingkaran dan dilengkapi rantai dan dimasukkan ke celana. Itu pemiliknya pasti, kalau dulu bangsawan. Sekarang pegawai pemerintah lawas mau pension. Itu jam dari Jepang seperti Seiko, meski lahirnya terbilang lawas toh juga banyak penggemarnya.”

Meski kemunculan arloji terbaru seperti, Gshock dan Victorinov, mahal harganya itu toh tak juga dilirik para pencopet. Lantaran penggunanya mayoritas warga masyarakat berkelas, juga kebanyakan anak muda berdasi kantoran. Rupanya pencopet belum paham betul jam tangan model terbaru, bila dijambret juga menghasilkan duit ratusan ribu hingga jutaan. Hanya saja tergantung merk G-Shock dan Victorinov asli atau bajakan bikinan Sidoardjo. “Mungkin pencopet perlu belajar soal mode arloji masa kini. Biar tahu kalau jam tangan anak muda, juga tidak kalah moncer dan laku di pasar gelap-gulita kalau dijual.”

Kaum perempuanpun memakai arloji bermerk dengan harga jutaan dollar menambah penampilan (note meski kami telah memperoleh izin memakai gambar tanpa watermark, kami tetap pakai courtesy pic shutterstock)

Deretan merk arloji, baik buat kaum perempuan maupun pria, nampaknya akan terus bergulir seiring perkembangan teknologi digital. Muncul nama-nama beken jam tangan membuat mata awam terbelalak bila mendengar harganya. Tak hanya jam tangan yang dipakai di para selebritas yang membikin kepala geleng-geleng, harganya selangit, tetapi juga arloji lawas yang dulunya pernah dipakai pemimpin negara. Bisa jadi tuker-tukeran cinderamata arloji dan keris antara presiden Uni Soviet dan Bung Karno, bila masih tersimpan paling mahal di dunia. Lantaran harganya tak ternilai dalam sejarah perjumpaan kedua pimpimpin negara dunia itu. (tim indepth/nicole dari As)

Previous Jualan Jenang Sumsum Dari Rp.100 Sampai Rp.5500
Next Speda Jengki Merajalela di Jalanan Ibukota

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *