Penderita Alzheimer Sulit Sembuh Total


Susunan saraf otak penderita Alzaimer hasil pemeriksaan menggunakan alat canggih (courtesy bigthink.com)

Bila Anda sering lupa ketika selesai mengerjakan sesuatu dalam waktu sekejab, dan tidak ingat apapun yang diucapkan, hati-hatilah. Siapa tahu fungsi kognitif otak mengingat, berucap, maupun visuospatial ditengarai mulai ndlosor alias tidak mampu lagi diajak kompromi.  Jangan sesekali menganggap enteng, meski hal itu dianggap wajar lantaran Anda telah memasuki ‘era’ demensia alias pikun, dalam bahasa kedokteran, acap disebut penyakit Alzheimer.

Biasanya Alzheimer atawa kepikunan mulai menghajar usia di atas 55 tahun. Tentu bukan termasuk koruptor yang acapkali pura-pura pikun ngoceh tidak ingat ketika ditanya kasusnya dalam sidang di pengadilan. Hitungan kasar, sekitar 70 persen kasus demensia alias pikun merupakan penyakit Alzheimer. Jadi seorang yang diduga korupsi, apalagi usianya kurang dari 50 tahun, jelas bukan tergolong pengidap Alzheimer.

Penelitian penyebab kerusakan saraf otak masih belum menemukan obat yang dapat menyembuhkan total penyakit Alzaimer (courtesy heraldnews)

Cilakanya pengidap Alzheimer memang sulit disembuhkan total, meski dapat dihambat melalui obat. Itulah sebabnya pendeteksian dini terhadap gejala Alzheimer, perlu lebih dini dilakukan. Termasuk memperhatikan secara seksama orang yang dituduh sebagai koruptor ketika diperiksa dalam persidangan, dan sering mengatakan ‘lupa’.  Sebab seorang penderita Alzheimer, gejala paling menonjol lupa berbagai hal yang pernah dilakukan.

Menceritakan sesuatu hal dengan topik sama berulang-ulang dalam percakapan merupakan salah satu ciri Alzheimer.  Ciri lain yakni penderita Alzheimer sering ngedabus bercerita sesuatu hal yang sama tidak ada kaitannya.  Kebiasaan itu bisa dimengerti, lantaran penderita Alzheimer sulit focus sehingga mengalihkan kesatu topik yang sedang dibicarakan acap menemui kesulitan. Bahkan untuk beraktivitas sehari-hari seperti misalnya menghitung angka yang sederhana pun, memerlukan waktu lebih lama dibanding dengan orang normal.

Bukan perkara mudah menemukan kerusakan susunan dalam saraf otak penderita Alzheimer (courtesy rttnescom)

Disorientasi tak sinkron menjadi  pola pola kerja yang gubrak-gubruk lantaran kebingungan ingin melakukan aktivitas lainnya, juga merupakan gejala yang kerap diperlihatkan penderita Alzheimer. Termasuk sulit merencanakan, apalagi menyelesaikan tugas keseharian, dan mengatur keuangan. Apakah seorang koruptor juga bisa dikategorikan sebagai penderita Alzheimer, lantaran sulit mengatur keuangan dan tidak bisa focus bertindak baik, belum ada penelitian khusus soal itu. Kecuali bila seorang koruptor tidak tahu jalan pulang ke rumah dan kerap nyasar, sewaktu pulang dari sel penjara sendirian, itu lain persoalannya. Yang jelas yang bersangkutan bukan penderita Alzheimer.

Hal lain yang membuat prihatin terhadap kenyataan para penderita Alzheimer yakni, selain mereka sulit memahami visuospasial, juga tidak bisa menentukan jarak, tidak bisa membedakan warna dan mengenali wajahnya sendiri di depan cermin.  Menuangkan air dalam gelas seringkali tidak tepat sasaran. Berbicara tidak runtut dan sulit diajak berbicara dengan logika, menjadi salah satu hal lain yang perlu dipahami.

Jangan anggap enteng kerusakan saraf otak penderita Alzaimer, karena belum ada obatnya

Jangan heran bila Anda bertemu dengan  penderita Alzheimer, ketika diajak berbicara kemudian dia diam, karena bingung mencari padanan kata yang tepat. Ketika Anda diajak berbicara dan terlihat orang tersebut berhenti bicara tidak tahu penyebabnya, bisa jadi yang bersangkutan kemungkinan penderita Alzheimer.  Pahamilah kesulitan mereka.

Jangan pula menambah kebingungan dengan pertanyaan yang tidak lumrah ditujukan kepada penderita Alzheimer, seperti menanyakan mengapa pakaian yang dipakai tidak serasi, misalnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lou Reese, pendiri sekaligus dewan direksi pada United Neuroscience menyebutkan, penderita Alzheimer tidak mempedulikan keserasian cara berpakaian dan menganggap tidak ada masalah.

Bukan hanya keserasian berpakaian dan tak bisa mengenali wajah di depan cermin yang menjadi kecemasan keluarga penderita Alzheimer, tetapi lebih gawat bila penderita mengalami delusi dan halusinasi sehingga tidak mampu melakukan aktivitas lantaran kecemasan dan ketakutan tak beralasan.

Hasil pemeriksaan CT Scan atau MRI perlu dilakukan untuk mengetahui kerusakan sel-sel saraf otak

Gaya hidup di masa lalu, sebelum berumur di atas 55 tahun, acapkali menghantui secara psikis seseorang penderita Alzheimer apalagi perilaku buruk acap membuat yang bersangkutan dihantui halusinasi akut. Mayoritas penderita Alzheimer kaum wanita di atas 65 tahun, dan memiliki kerabat saudara kandung yang juga pengindap Alzheimer.

Penemuan hasil research yang dilakukan Lou Reese, salah satu pendiri United Neuroschience, kemungkinan penderita Alzheimer merupakan penyakit degeneratif dapat dicegah menggunakan vaksin. ”Kemungkinan terbesar, Alzheimer dapat dikategorikan sebagai penyakit degeneratif dapat dikendalikan menggunakan vaksin. Umur panjang manusia selalu bisa dikaitkan dengan teknologi vaksin,” papar dia dalam artikel ilmiah di Neuroschience Journal, ”dianjurkan mengkomsumsi jenis ikan dapat mengurangi kerusakan sel-sel otak.”

Pemeriksaan melalui CT Scan atau MRI perlu segera dilakukan bila dalam keluarga Anda mengalami gejala yang pantas dicurigai menderita penyakit Alzheimer, tentu dengan pemberian obat-obatan. Selain itu penanganan psikologis melalui stimulasi kognitif perlu dilakukan untuk memperbaiki ingatan penderita, memulihkan kemampuannya berbicara dan memecahkan masalah serta membantu memperbaiki kemampuan berbicara, sangat dianjurkan. Jangan tinggalkan penderita Alzheimer sendirian (thomas desanto/eddy je soe editor)

Previous Trend Makeup Mata Biru Elizabet Taylor Lagi Laku
Next Merah Milenial Membalut New York

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *