Meski Venesia Banjir Tetap Menjadi Kota Wisata Dunia


Baru kali ini Venisia dilanda banjir lantaran membeludaknya air laut mengenangi hampir seluruh kota (Ist)

Jangan plesiran ke kota paling mengairahkan Venesia, kalau tak ingin basah kuyup lantaran saat ini hampir di semua kota di Italia sedang dilanda banjir. Cilakanya Venesia, sebagai kota yang menjadi daya tarik wisatawan sejagad dengan kanal-kanal diapit tembok megah bangunan kuno, kesempyok air laut yang membludak. Tidaklah mengherankan bila Venesia di bulan Oktober hingga Maret tahun depan banyak wisatawan selain membeli mantel penghangat tubuh, juga menenteng paying dan celana anti basah. Apalagi mereka ingin berkunjung ke kota yang didirikan para leluhur bangsa Romawi kuno, dapat dipastikan para pelancong itu akan ngeyel halan-halan ke Venesia.

Kota dengan keindahan mepesona meski banjir pelancong tak peduli ingin menikmati wisata kota tua

Jangan tanya seberapa indahnya Venesia saat ini meskipun di beberapa tempat terendam air laut dari kanal-kanal yang membeludak. Jangan pula membandingkan Venesia dengan Jakarta, jelas kalah juauh keelokannya. Meski Jakarta dulunya juga didesign para pendatang dari belahan negara penjajah, toh kanal-kanal yang membelah di tengah kota Jayakarta tak bisa dipamerkan keelokannya. Jelas berbeda dengan Venesia.

Bisa dimengerti bila kota yang didirikan abad pertengahan oleh beberaoa pelarian bangsa Lombardia, berkeinginan memajukan Venesia dengan menutup tanggul sebagian pulau-pulau lumpur dengan gundukan pasir membendung luapan rob air laut Adriatik agar menjadi tempat hunian mereka.  Selain bertujuan menahan sempyokan air laut yang ujug-ujug membuat klelep, para pendiri kota bahu-membahu membangunan tempat tinggal sebagai kota yang berbeda dengan kota lainnya.

Di lorong-lorong gondola menyusur bangunan kuno kota Venesia di masalalu tetap dipertahankan

Venesia memang bukan Jayakarta! Di Venesia, sekitar tahun 421, rakyat di pulau-pulau itu berjibaku membendung kanal dengan lumpur dan menancapkan tumpukan kayu tahan lapuk sebagai fondasi untuk membangun kota yang diperkirakan akan berkembang puluhan tahun mendatang.

Venesia memang bukan model pengembangan kota Jayakarta yang zaman pemerintahan kolonial Belanda mencaplok nusantara. Venesia dirancang sebagai kota yang berbeda dengan kota-kota lain di Italia. Orang lain di luar Venesia acap membanggakan, merekalah satu-satunya keturunan bangsa Romawi kuno dan masih satu garis keturunan bangsa Roma. Tetapi rakyat di Venesia ogah mengklaim leluhurnya dari Roma, emang agak aneh. Tapi itulah wong asli Venesia. Mereka tak memikirkan garis keturunan silsilah bangsa lain bila tak bisa bekerja memajukan Venesia.

Wisatawan mancanegara pun tetap tak peduli banjir menerjang Venesia menikmati keindahan panorama (Ist)

Kota yang didirikan awal Abad Pertengahan oleh orang-orang yang melarikan diri dari penyerang Lombardia, jelas berkeinginan memajukan masa depan Venesia. Mereka berjibaku membendung berkarung-karung berisi pasir menahan hepasan rob air laut ke daratan yang acapkali menerjang daratan.  Memang Venesia berada di pinggir pantai Laut Adriatik utara, berbahaya. Tapi para leluhur bangsa Venesia, tak peduli. Mereka tetap berkarya dan membangun peradaban dimasanya. Pada sekitar tahun 421, yang diyakini sebagai hari jadi kota legendaris Venesia, rakyat berjibaku membangun dunia baru dengan tumpukan kayu sebagai fondasi dan tumpukan tanah liat padat sebagai dasar kota baru.

Mereka menyadari, membangun kota baru tak semudah membalikkan tangan, dan oleh karenanya warga masyarakat sejak zaman baheula diwanti-wanti agar menjaga eksistensi Venesia sebagai kota budaya dunia. Apalagi, di abad awal pertengahan, Kekaisaran Bizantium, di Konstantinopel menetapkan Venesia salah satu cagar budaya tak tertandingi wajib hukumnya agar dilestarikan.

Meniru Venesia dalam menjaga budaya masalalu sebagai kota warisan dunia, tak perlu diperdebatkan sampai berbusa-busa (courtesy Ricksteves.com)

Bukan hal mustahil bila kehendak seluruh rakyat menyokong keinginan menjaga warisan budaya masalampau agar tak lapuk tergerus zaman. Membiarkan gondola –perahu kayuh tangan– hilir mudik menyisir lorong-lorong canal yang diapit bangunan lawas kota tua Venesia menjadi suatu hal langka dalam dunia pariwisata. Justru di situlah daya tarik kota peninggalan para leluhur mereka tetap terjaga.

Lihatlah warisan budaya seni di ruang pamer di seputar kota dan warisan bangunan perluasan ruang urban utama di sekitar Piazza San Marco maupun di Basilika San Marco, betapa indahnya. Dan jangan heran bila, beberapa koleksi karya pelukis papan atas dunia memenuhi galeri seni yang ditonton jutaan orang saban tahun. Sembari berdecak kagum, “Ternyata inilah warisan budaya dunia yang tak takut lekang disapu banjir, bukan seperti di Jakarta.” (nicole dari Jerman / eddy je soe dari Solo)

Previous Melirik Penghasilan Model Papan Atas di AS 1 Triliun
Next Quen, Kamilah Pemenangnya

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *