Lebih Jauh dengan Sosiawan Leak Baca Puisi sambil mencak-mencak


Seniman sebabisa Sosiawan Leak baca puisi sambil mencak-mencak (credit pic jez)

Aksi teatrikal ketika membacakan syair puisi acap pencilakan. Bukan hanya sekali-dua ia menggebrak-meja dan jungkir balik sembari membawa bendera merah-putih memprotes kesewenang-wenangan yang dibawakannya lewat pembacaan puisi. Leak bukan julukan siluman dalam jagad dunia mistikisme, tetapi nama panggilan penyair Sosiawan Leak.  Nama parapan Leak itulah yang menjadikan ia disegani di dunia kepenyairan dan persoalan-persoalan dramatologi keaktoran di tempat ndeso kelahirannya, Solo, 23 September 1967.  Meski nama aslinnya Sosiawan Budi Sulistyo, mungkin tidak meroketkan namanya sebagai actor, penyair, penulis dan pembicara dari ndesonya, namanya pun di pendekkan jadi Leak.

Meski bakatnya di dunia kepenyairan berseberangan diametral dengan kuliahnya, di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Solo, ia ngocol tetap bersikukuh bersastraria. Termasuk ketika berteriak lantang melihat melihat carut-marut dunia politik di negrinya yang mempolitisir puisi sembarangan, ia jengkel. Melalui gerakan revitalisasi sastra pedalaman ia gulirkan ‘pemurnian’ puisi secara masif. Bahkan Leak bersama Heru Murgiaso menggugat lewat Gerakan puisi menolak korupsi yang digagasnya pada tahun 2013.  Tidaklah mustahil bila Leak memborong beberapa penghargaan bergengsi dari Yayasan Hari Puisi Indonesia maupun dari lembaga lain dari luar negeri. Kiprah pecicilan berkesenian dimulainya sejak 1987 dibidang teater dan sastra. Selain aktif kerja kreatif di bidang music berkolaborasi antarcabang berbagai kesenian, sembari menulis puisi dan naskah-naskah drama. Puisi yang ditulisnya meronta terpublikasi lewat halaman sastra koran selain diterbitkan di forum dan festival sastra Bersama penyair lain.

Sastrawan sebabisa Leak berpentas baca puisi di sanggar seni Mas Don Art (credit eddy j soe)

Tidak hanya itu yang ditorehkan Sosiawan Leak dalam berkesenian, ia bahkan ngeyel menjadi sutradara dan penulis scenario. Tercatat Leak pernah menyutradari di komunitas Teater Peron UNS (1990-1997), Teater Thoekoel UNS (1991-1994), Teater Citra Mandiri (SMU 2 Solo, 1990-1993) dan bahkan menjadi sutraara tamu di Teater Putung (Kudus, 1994). Dalam dunia sandiwara, Leak pernah pula bergabung dengan Teater Gidag-Gidig Solo (1987-1993), dan Teater Kililing Jakarta (1990-1993). Rupanya Leak juga prihatin terhadap pelanggaran hak azasi terhadap manusia. Berangkat dari keprihatinan itulah ia mendirikan Kelompok Klosed (Kloearga Sedjahtra) Solo dengan tujuan mensosialisasikan persoalan hak azasi dan demokratisasi lewat kesenian. Bukan kelompok Leak, kalau mereka tidak dicap sebagai seni pentas nganeh-anehi. Bagaimana tidak, 72 kali pentas hamper semuanya digelar di Lembaga pemasyarakatan, terminal, stasiun, di kampung-kampung dan kampus maupun sekolahan.

Namanya juga seniman, apapun yang telah digarap akan diapresiasi warga masyarakat atau pemerhati seni pertunjukan, menurut dia tidak ada masalah. Mau diacungi jempol, atau dicacimaki seni yang pernah dilakukannya, katanya tidak perlu diambil pusing. “Toh itu memang hak warga mengkritik atau mengapresiasi mbok ben. Itu hak warga berbicara dan menilai karya seni,” katanya di Padepokan Tari Don Sardono usai melakukan pentas baca puisi, bulan lalu. Itulah sebabnya, buku ‘Wathathitha’ yang ditulis dinilai sebagai buku Puisi Terbaik pilihan panitia pada perhelatan Hari Puisi Indonesia 2016 di Taman Ismail Marzuki. Sedang Puisi ‘Negeri Sempurna’ menjadi puisi terbaik pilihan tim curator Tifa Nusantara 3 pada tahun 2016.

Sardono W Kusumo di sanggar seni Mas Don Art di Kemlayan Solo (credit eddy je soe)

Tiga buku yang ditulisnya, Kepemimpinan Akar Rumput, yang diterbitkan Yogya Bangkit Publiher tahun 2015, dan buku Anai-anai Digelap Badai; maupun ODHA Terpencil Melawan Stigma diterbitkan oleh Rumah Matahari Kudus Bersama Yayasan Sheep Indonesia Yogyakarta tahun 2015, mendapat apresiasi peminat buku sastra.  Di dunia pertelivian, Namanya berkibar sebagai sutradara sinetron ‘Komedi Putar’ yang diproduksi TVRI Jakarta 13 episud.

Kepiawaian Leak meneriakkan puisi dengan gaya dramatisasi, menurut koreografer dan seniman tari Sardono W Kusumo,sungguh pantas dicungki jempol. Intonasi lontaran kata dari Leak mencerminkan karakter kata yang diterjemahkan dalam ekspresi sulit dicari seniman sebayanya bisa mencontoh. “Dia sangat menjiawi kata lewat mimik yang diteriakkan. Perkara dia mau mencak-mencak nginjek-injek meja saya, ndak masalah. Paling sempal, bisa diberesin. Saya sungguh bangga.”

Previous Ndalem Joyokusuman hasil sitaan Dihibahkan ke Pemerintah Kota Solo
Next Darah tinggi Pencabut Nyawa Tersembunyi

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *