Jajanan Lawas Sermier VS Romeo


Sermier Jajanan Lawas Terbuat dari Singkong (courtesy Kompasiana)

Siapa yang mbancaki pergantian nama jajanan ringan Sermiyer menjadi Romeo tanpa ngomong pemilik HKI (hak kekayaan intelektual) ndek ndeso gwe. Koq bisa-bisanya panggilan nama Jowo dheles diganti nama orang: Romeo. Jelas kami harus memprotes ke Dirjen Kekayaan Intelektual, ndek nJakarta. Kenapa tidak sekalian digandengkan dengan nama pasangannya Juliet. Biar ntar kalau dipatenkan, nama jajanan sermier bisa berubah jadi Romeo-Juliet.

Jajanan Lawas Produk Rumah Tangga (courtesy DidiDiah.blog)

Meski tak jua perlu dipatenkan, jajanan terbuat dari pohong yang diguepengin sampai pipih and dipyur-pyuri rajangan daun brambang, seharusnya perlu dijamin keberadaannya sebagai maeman ringan khas aseli ndeso ndek pulau Jawa. Jangan sampai ntar diaku negeri sebelah sebagai khas negeri Jiran dan didaftarin ke WHO (world health organization) atawa badan kesehatan sejagat, sebagai jajanan bergizi tinggi.

Hanya saja jangan sakit hati kalau nama Sermiyer bila diaku-aku sebagai nyamikan Malaisah, Singaparna, Shailan atau Burna bisa saja bergonta-ganti nama, suka-suka mereka. Sapa tahu nama Sermier beralih jeneng jadi Romeo diadopsi dari negara lain asal Roma. Lantaran mau ngomyiang beli Sermiyer sulit njut digampangkan jadi Romeo.

Pernah suatu ketika, cerita mbokmase Sroepijah bisik-bisik, ada Londo –note: semua orang bule disebut Londo alias Belanda, meski bukan dari Nederland– jangkung keblusuk ndek Sar Slompretan ingin membeli makanan khas ke Sar Gede. Kerna yang ditanyain simbok pedagang oproxan, dia cuma bisa ngomong, “mener situ belio Sermier di Sar Gede banyak.”

Mempertahankan produk rumahtangga ndeso

Sambil menduduhkan jenis makanan pohong pipih matang. “Apa itu Romeo,” tanya Londo jangkung pada anaknya Romeo. “Iya betul mener naminya Romeo. Situ beli’o Romeo di Sar Gede.” Dhiar tenan.

Barangkali itulah asal muasal jajanan Sermier berubah nama menjadi Romeo. Meski berstatus jenis makanan khas ndeso itu double nama dwikewarganegaraan, toh sampai saat ini tak perlu didaftarkan ke Dirjen Kekayaan Intelektual dengan nama tunggal Sermier. Alasannya, nama Romeo tidak terkenal di warung angkringan hiek. Penjual hiek hanya ngerti nama Sermier, titik.

Whateperlah, mau dikenal dengan nama Romeo atawa Sermier, nyang penting jajanan product ndeso laku. Biar simbok-simbok punya sampingan berjualan buat nyulut cethik geni biar angklonya tidak nggoling. Meski kemerintah telah mengglontorkan dana pembangunan ndeso, lha kalau tidak merata and dibadhok pancilok, yach tetangga gwe tetep sengsara. Mangkanya situ harus wajib menghidupi Sermier, jajanan langka nan jenaka. Ndak percaya, coba situ kletak, pasti bunyinya kriouk-preak. Tabik (budi rahayu/eddy je soe)

 

Previous Ianfu dalam Gerak Mencekam Penari
Next Reco Gladak dan Tradisi Demo

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published.